15

1.4K 137 4
                                    

Klik
Pintu ruangan terbuka.

"annyeonghaseyo.", kataku pelan.

"Oh Sehun. Masuklah. Kenapa baru sekarang kau menemuiku.", kata Lee Sooman sambil tersenyum ramah.

"Waktu itu setelah saya menemui Irene, aku ke sini tapi anda sedang tidak ada di ruangan dan pergi dinas selama dua minggu. Kalau boleh tahu, untuk apa saya dipanggil kesini?"

"Aku memang agak sibuk belakangan ini.. Oh iya. Kudengar kau sudah mulai latihan dengan Irene untuk SMTOWN, ya?", tanya Lee Sooman agak antusias.

"Iya. Kami sudah latihan dengan baik.", kataku tersenyum.

"Hmm.. aku hanya ingin memberitahumu, Irene akan aku debutkan sebentar lagi. Tapi aku belum kenal betul dengannya. Bisakah kau mengawasinya untukku? Kau tahu, aku agak 'trauma' mendebutkan seseorang tanpa berhati-hati. Mungkin kau tahu alasannya."

Aku tahu benar alasannya. Karena EXO kehilangan anggota dari cina dan beberapa anggota di grup lain. Hal ini membuat perusahaan sangat berhati-hati dalam mendebutkan artis baru.

"Iya saya mengerti.", kataku.

"Aku ingin junior-junior bisa lebih dekat dengan senior-seniornya. Seperti keluarga, agensi harus dianggap sebagai rumah yang nyaman. Membuat mereka lebih betah berada disini."

"Menurutku itu ide bagus. Saya akan berusaha sebaik mungkin."

Lee Sooman tersenyum. "Terimakasih, Sehun. Dari dulu aku sangat percaya padamu."

"Dengan senang hati. Kalau begitu, bolehkah saya pamit? Saya ada jadwal untuk latihan."

"Oh iya silahkan. Sampaikan salamku untuk EXO."

Lalu aku keluar ruangannya.

Jadi begitu. Disini belum ada yang mengenal Irene. Tapi selama ini Irene baik-baik saja. Ia semangat dan sangat senang di bidang ini. Pasti ia akan bertahan disini.

Aku masuk ke ruang latihan. Masih kosong. Irene sepertinya agak telat.
Ya sudahlah aku latihan dulu untuk lagu EXO.

Beberapa menit kemudian pintu membuka. Irene masuk  menggunakan baju training, sweater dan topi. Ia memasukkan seluruh rambutnya ke dalam topi lalu ditutupi dengan hoodie sweaternya.
Ia juga memakai kacamata yang kuberikan.

"Maaf aku terlambat. Apa kau sudah menunggu lama?"

Aku mematikan musik. "Tidak. Aku baru saja datang."

"Syukurlah.. Oh iya! Aku harus memberitahumu. Ini latihan terakhir kita.", kata Irene.

"Kenapa begitu?", kataku agak kecewa karena harus menyelesaikan sesi latihan dengan Irene.
Sebenarnya aku sudah menghafal gerakan dari hari pertama latihan. Tapi aku terus membuat kesalahan agar bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan Irene.

"Jadwalmu sudah diatur. Sebelum konser kau harus melakukan latihan terakhir dengan BoA sunbaenim.", kata Irene.

Aku tidak bisa menelan rasa kecewaku. Tapi selesai latihan dengannya bukan berarti berpisah dengannya juga. Kami masih di agensi yang sama. Ia tidak akan kemana-mana.

"Baiklah. Ayo latihan.",kataku.

Irene memulai musik. Seperti biasa gerakan awal dilakukan. Kami sudah tidak secanggung dulu.

Tapi kali ini jarak diantara kami dihalangi topi yang Irene pakai.
Lalu aku menghentikan latihan.

"Ada apa?", tanya Irene heran.

"Topimu. Bisakah kau tidak memakainya?"

"Tidak. Aku harus memakainya."

"Kalau begitu aku tidak mau latihan.", kataku sambil berlalu.

SEHUN IRENE - Human NatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang