22

1.5K 142 7
                                    

Jadi setelah Irene bilang saranghae jangan kalian pikir aku tidak mendengarnya.

Aku bahkan menyuruhnya mengulang beberapa kali sampai aku benar-benar sadar ia baru saja mengatakannya.

Dan aku yang terkejut hanya bisa merespon, "kau sedang membaca pikiranku atau kau sudah tahu perasaanku dari Seulgi atau Baekhyun??"

Irene tertawa melihat reaksiku sambil menutupi wajahnya yang malu. "Padahal aku bersiap untuk menyesal telah mengucapkannya. Terlalu memalukan.."

Aku masih terkejut untuk menyadarinya. Irene benar-benar mengatakannya. Pernyataan cinta yang sangat mengejutkan keluar dari mulut Irene, orang yang mengubah hidupku hanya dalam waktu beberapa bulan.

"Jangan sesali apapun. Kau tidak tahu bagaimana aku memerangi perasaanku untuk tidak menyukaimu.", kataku membuka tangannya agar ia melihatku dengan jelas.

"Maaf aku baru menyadarinya.. Aku terlalu sibuk memungkiri perasaanku sendiri. Bagaimana bisa aku baru menyadari, aku sangat menyayangimu.", semua kata itu meluncur bahkan tanpa kupikirkan. Karena memang itulah perasaanku yang mengganjal selama ini.

Irene tertegun menatap mataku. Sejenak terlihat keraguan di matanya, namun lama kelamaan keraguan itu berganti dengan senyuman dan air mata bahagia. Manis sekali.

"Aku masih penasaran mengapa dengan hanya melihat matamu aku merasa sangat bahagia. Kau punya jawabannya?", kataku sambil memgusap air mata di pipinya.

Irene tertawa malu dan aku bersumpah akan menjaga tawa dan senyuman itu selama yang aku bisa.

Kami mulai menceritakan hal-hal lain yang belum pernah kami ceritakan seperti aku yang memandanginya dari pintu ruang latihan setiap hari rabu, dan Irene yang diam-diam sering menaruh botol minum di ranselku saat latihan.

Tidak terasa hari sudah sore. Irene bersiap untuk siaran radionya.

Setelah mengetahui perasaan masing-masing, agak sedih saat harus berpisah bahkan hanya untuk beberapa jam saja.

"Tidak bisakah Seulgi menggantikanmu jadi leader Red Velvet untuk satu hari ini saja..", kataku merengek.

Irene tertawa selagi memakai make up, "kau tega sekali menurunkan jabatanku hanya untuk menemanimu."

"Tapi aku bosan jika sendirian disini. Kau tidak kasihan? Aku akan kesepian dan.. aw! ya ampun tanganku! sakit sekali. Sepertinya lukanya terbuka lagi..", kataku mencoba meyakinkannya aktingku.

"Itu artinya kau tidak boleh pergi. Bagaimana jika infeksi dan..", tiba-tiba sesuatu mendarat di bibirku.

"Jika kau berisik terus, lama-lama bibirmu akan melebar seperti joker.", kata Irene sambil memakaikan lipstik di bibirku sampai ke seluruh wajahku.

"Yaaaa... jangan pergi..", kataku tanpa mempedulikan wajahku penuh lipstik.

Irene tidak bisa berhenti tertawa. "Kau harus difoto dengan itu."

Ia mengambil ponselnya dan selfie denganku. Aku tidak peduli bagaimana rupaku asalkan Irene tidak pergi apapun kulakukan.

Setelah siap Irene berpamitan padaku. "Aku pergi dulu ya. Makanan ada di kulkas, jangan lupa minum obatmu yang sudah kusiapkan."

Aku diam saja. Wajahku cemberut marah ditinggal Irene.

Irene melihatku masih marah dengan belepotan lipstik menahan tawanya. Ia lalu mengambil tissue basah dari tas-nya dan perlahan membersihkan wajahku.

"Maaf... Kan jadwalnya sudah diatur sebelum kau sakit seperti ini. Aku cuma sebentar kok. Kabari aku jika ada apa-apa ya."

Lalu terakhir mengelus rambutku dan menyelimutiku sebelum ia pergi.

SEHUN IRENE - Human NatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang