19

1.5K 138 8
                                    

"Kang Seulgi!!"

"Uww.. kalian serasi ya.", kata Seulgi sambil melihat hasil foto yang ia ambil.

"Hapuslah. Aku tidak mau membuat masalah untuk debutmu.", kataku berdiri menutupi Irene yang sedang mengusap sisa air matanya.

"Baiklah nanti kuhapus. Kalian lanjutkan apapun yang kalian bicarakan. Aku tidak akan mengganggu lagi.", kata Seulgi seraya mengedipkan matanya ke arah Irene lalu keluar menutup pintu meninggalkan kami berdua.

Muka Irene merah tertunduk malu.

"Hei warna wajahmu sekarang hampir sama dengan warna rambutmu yang pink.", kataku menghiburnya.

"Tidak lucu.", katanya malu.

"Nah, mulai sekarang kau harus menceritakan semua masalahmu padaku.", kataku berjongkok menghadapnya lagi.

"Jangan hanya masalahmu. Juga segala hal. Harus kau ceritakan semuanya padaku. Kau hari ini sedang apa, makan apa atau apapun itu. Kau harus laporkan padaku.", kataku.

"Untuk apa aku melakukannya?", tanya Irene heran.

Aku menggenggam tangannya.

"Maafkan aku berpikir terlalu lama. Kau tidak perlu tanya kenapa aku memperlakukanmu begini. Akulah yang terbaik ada untukmu saat ini."

Aku memandangnya dan tersenyum.

"Ingat janjimu untuk tetap menjadi dirimu sendiri. Jangan berubah dari Irene yang kukenal."

Irene membalas senyumku lalu berkata,
"Terima kasih untuk semuanya."

Tangannya menyentuh pipiku.
"Sekarang pulanglah. Kau butuh istirahat.", katanya dengan lembut.

"Ne. Kalau begitu aku pulang dulu.", aku beranjak pergi.

"Tunggu!", kata Irene sebelum aku pergi. Ia mengambil sesuatu dari tasnya dan menaruhnya di saku jaketku.

"Apa ini?", tanyaku karena aku tidak sempat melihatnya.

"Kau baru boleh membukanya saat di jalan pulang.", kata Irene tersenyum dan melambaikan tangan.

Aku keluar dan menyempatkan melihatnya terakhir kali sebelum menutup pintu.

Senang sekali rasanya hari ini. Hubunganku dengan Irene semakin membaik. Apalagi yang bisa kuminta untuk hari yang sempurna ini.

Lalu kejadian Irene menangis tadi mengusikku. Bagaimana bisa orang-orang begitu kejam di hari debutnya.

Aku tidak peduli Irene menyukai Minho hyung, selama aku masih bisa membuatnya tersenyum. Apapun akan kulakukan.

Aku melihat Seulgi di luar ruangan.
Ia melihatku dan melambaikan tangan. Lalu aku mendatanginya.

"Siapa yang melakukannya?", tanyaku pada Seulgi.

"Melakukan apa?", Seulgi heran.

Kepalaku menunjuk ruangan Irene.

"Oh.. Kami tidak tahu siapa. Tapi kemungkinan ada haters yang datang untuk mengacaukan. Aku juga tidak mengerti kenapa ia disebut seperti itu.", kata Seulgi.

"Itu penghinaan. Tidak bisa begitu saja dibiarkan. Kalian kan baru debut.", kataku tidak sabar.

"Tenang semua sudah diatasi oleh manager. Itu penghinaan tidak mendasar, jadi tidak akan dianggap serius oleh masyarakat. Manager juga sudah mengancamnya akan dilaporkan ke polisi bila bertindak terlalu jauh.", kata Seulgi menenangkan.

Syukurlah. Sejauh ini rahasia masa lalu Irene sebenarnya belum ketahuan. Kasian Irene. Ia pasti sangat ketakutan.

"Kalau begitu aku pulang dulu. Nanti kabari aku jika sesuatu terjadi padanya.", kataku sambil high five dengan Seulgi.

SEHUN IRENE - Human NatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang