(Sedang ada perbaikan kecil-kecilan pada setiap babnya!!)
Taehyung tak menyangka cinta yang selama ini menjadikannya semangat menjalani hidup telah berkhianat.
Jujur, itu menyakitinya begitu dalam, namun apa dayanya? Gadisnya memilih orang lain dan...
Aku melepas helm yang berada di kepalaku dan memberikannya pada Kwangmin, tak lupa ku mengucapkan terima kasih padanya karena sudah mau mengantarkanku pulang.
Walau terasa sedikit canggung, namun aku tetap bersikap seolah tidak terjadi apa-apa diantara kami.
Sungguh semua ini membuatku pusing, benar. Kwangmin memang sangat membantu, sangat perhatian dan juga sangat tampan.
Tetapi entah kenapa hatiku bukanlah kunci dari gembok hatinya, rasanya susah untuk menyatukan hati kami.
Setelah melambaikan tangan pada kwangmin aku pun segera masuk ke dalam rumahku, keadaan di dalam rumah sangat sepi.
Aku menyalakan lampu dan melihat sebuah catatan kecil yang tertempel di kulkas.
'aku pergi selama beberapa hari Soohyun,Yoongi. Kalian jaga diri kalian dengan baik, oh iya Yoongi jaga adikmu. Terkadang ia sangat rentan dengan beberapa hal. jika kalian ingin tau.. aku pergi ke kampung halmeoni kalian, untuk menjenguknya yang katanya sedang sakit.'
"Eommaaa padahal aku membutuhkanmu untuk menuangkan setiap masalahku!!" Ucapku di dalam hati.
Setelah membaca surat itu, aku segera beranjak ke kamar untuk berganti baju, dan aku juga harus memasak untuk Yoongi oppa.
Setelah selesai membersihkan diri, aku segera turun dan melihat Yoongi oppa yang sedang terlelap di sofa rumah.
Penampilannya kacau, seperti bukan anak sekolah, ia seperti ahjussi yang baru saja pulang dari club.
Lihat saja betapa berantakkan dia, rambutnya acak-acakan, bajunya sudah kusut dan lagi kancing bajunya sudah terbuka tiga kancing bagian atas.
"Tuan tidur, ayolah bangun! Bersihkan dirimu oppa, aku akan memasakkan makanan untuk kita," ucapku mengguncang bahunya agak keras.
"Ugh..aku mengantuk, aku rindu ranjangku. Sebaiknya kau makan seorang diri saja, aku benar benar tidak bisa menahan rasa kantukku."
Setelah mengatakkan itu, ia pun pergi berjalan dengan sempoyongan ke arah kamarnya, bahkan saat ia menaiki tangga ia sempat terjatuh.
Dan telingaku dengan jelas mendengar suara benturan yang keras, tetapi tetap saja itu tidak bisa membuatnya kembali sadar.
Aku menggelengkan kepalaku dan menatapnya dengan tatap kesal, sungguh kenapa aku dan dia bisa lahir dari satu rahim yang sama? Bahkan ia sungguh aneh, karena selalu tidur setiap saat.
Aku berjalan ke arah dalur dan melihat persediaan bahan makanan yang ada di kulkas, kulihat kulkas kami sangat kosong, hanya ada satu buah tomat.
Tidak mungkin aku akan memakan tomat itu, aku benci memakan tomat secara langsung. Rasanya aneh.
Aku mengambil mantel biru ku dan berjalan keluar rumah menuju tempat pembelanjaan terdekat, mungkin aku akan pergi ke minimarket.
....
Sesampainya di minimarket aku langsung menuju tempat yang menyediakan sereal dan beberapa snack, mungkin aku akan memakan itu saja malam ini.
Setelah mengambil beberapa Snack, aku lanjut memilah beberapa minuman dingin.
Tetapi di sana, aku melihat nya. Kau tau bukan ia siapa...yap dia adalah Taehyung.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ia terlihat memegang sebuah botol coke, matanya berwarna merah. Mata tajam itu berkedip sangat sering.
Hidungnya memerah dan juga pipinya terlihat bersemu, kurasa ia kedinginan, mata merahnya itu terus melirik ke berbagai arah.
Seolah-olah ia adalah pencuri yang siap kabur dari minimarket ini dengan barang curiannya.
Sampai satu saat, mata itu menuju ke arahku dan mata itu sekarang benar-benar menatapku, seketika kakiku terasa lemas.
Entah efek apa yang jelas sekarang kakiku terasa sangat lemas dan juga mataku tak bisa beralih dari mata indah itu.
Karena menatapnya terus-menerus aku jadi bisa merasakan perasaan yang tercermin lewat matanya.
Kesedihan.
Satu kalimat itulah yang mewakili gambaran mata nya.
Ia mulai berjalan dengan lambat ke arahku, tetapi aku tetap diam. Seperti kakiku tertancap di tempat ini.
Ia mulai mendekat dan mendekat, sekarang ia ada di depanku, namun ia tidak berhenti.
Melainkan berjalan satu langkan lagi, aku hanya bisa mengatupkan rahangku rapat-rapat. Karena sekarang hidungnya sudah beraentuhan dengan hidungku.
Mata yang memerah itu kini mengeluarkan suatu cairan, cairan itu jatuh ke pipiku, aku masih terdiam sangat tercengang melihatnya menangis seperti ini.
Ia menutup matanya lalu menarik tubuhku agar lebih dekat dengannya, dan tidak kusangaka...
Ia memelukku.
Memelukku dengan erat, dan juga hangat. Kepalanya beristirahan di lekukan leherku dan tangannya mencengkram mantelku.
"Bogosshipeo," ucapnya dengan suara serak di telingaku.
Keranjang belanjaan yang aku pegang kini terjatuh kebawah. Tanganku mengepal dan aku menggigit bibir bawahku.
Rasa ini kembali menghantuiku, rasa sesak di dadaku, rasa kalut dan juga kegelisahan yang luar biasa.
Perlahan aku mengangkat tanganku ke atas. mencoba untuk membalas pelukannya, tetapi aku ingat apa yang baru saja aku ucapkan padanya pagi tadi saat di sekolah.
Aku pun akhirnya meletakkan tanganku di dadanya dan mendorongnya secara perlahan.
Seakan terkena kejutan listrik tinggi, tiba-tiba saja pelukkan eratnya melonggar dan terlepas.
Ia menatapku dengan matanya yang berlinang air mata.
"Maaf tae," ucapku dengan pelan.
"Soohyun e-entah kenapa a-aku tidak rela melepasmu," ucap nya seraya mengambil kedua tanganku dan meremasnya.
"Kau harus," ucapku dengan bibir yang bergetar.
"Aku sangat-sangat bingung dengan diriku, entah kenapa aku merindukanmu, dan aku frustasi akan hal itu," jawabnya lagi.
"Itu urusanmu, a-aku sudah t-tidak peduㅡ"
"Geotjimal hajimara!!" (Jangan bohong!!) "Kau sangat perduli denganku, kau menyayangiku bahkan kau mencintaiku. Bisakah kau akui hal itu!! Jangan terus menghindari dirimu, kau bisa berbohong padaku tetapi tidak dengan dirimu sendiri."
"Benar! Benar aku sangat mencintaimu tetapi untuk apa semua itu!! Cinta,cinta,cinta..cinta tidak berguna!! Cinta hanya akan membuatku sakit!"
"Kau bisa berbahagia dengan cinta, kau adalah bukti dari cinta itu sendiri, cinta dari kedua orang tuamu!" "Pokonya aku tidak akan membiarkanmu lepas dari genggamanku, percayalah padaku aku sangat..sangat..."
Aku menatapnya dengan sarkastik. "Haha, bahkan mengucapkannya saja kau tidak bisa, entah untuk apa kau terus mempertahankanu di sisimu, untuk menjadikanku alat? Untuk membuatku sakit?!!"
"Aniyo Soohyun Bukan begitu, aku tidak akan melakukan kesalahan yang kedua kalinya."
"Lalu! Ah sudahlah Taehyung..aku lelah dengamu, hentikan semua ini!!"
Aku berbalik dan mencoba berjalan keluar dari minimarket ini, namun kurasa tangan Taehyung menahanku.
Menahanku untuk pergi.
"Aku akan jujur padamu," ucapnya dengan nada yang lembut. "Aku akan mengungkapkan perasaanku.."
"Simpan saja perasaanmu, maaf aku tidak bisa dan tidak ingin mengetahuinya."
aku mengempaskan tangannya lalu pergi dengan Tangan kosong keluar dari pusat perbelanjaan itu.