thirteen - Strange Feeling

131 9 3
                                    

Andara Pov

Suasana terasa sangat canggung. Padahal tidak ada yang terjadi selama perjalanan menuju kafe ini dari bandara. Tapi entah kenapa suasananya jadi aneh.

Mungki Sam termasuk orang pendiam. Tapi setiap pertemuan kami pasti akan terisi oleh obrolan kami berdua. Tapi semenjak perjalanan pulang dari bandara sampai saat ini di kafe, dia enggan berbicara. Gerak tubuhnya menjadi kaku. Entah kenapa. Mungkin masih jet lag atau oekerjaan membuatnya seperti ini.

Tapi. Apa yang terjadi dengan rafel? Semenjak aku mengajaknya ke bandara untuk menjemput sam, tiba tiba ia menjadi pendiam. Apa mungkin gara gara aku memaksanya menemaniku? Padahal aku tahu hari minggu adalah waktu berharganya untuk tidur seharian? Tapi minggu lalu dia juga menemaniku fitting kebaya tapi dia tidak seperti ini.

Suasanya sangat tidak mengenakan. Aku merasa tidak enak jika begini.

"Ehm, Sam. Gimana kerjaan disana? Udah selesai?", tanyaku kepada Sam untuk memecah keheningan ini.

"Hem..", jawabnya singkat. Padat dan tidak jelas.

"Ndut. Itu eskrimnya udah mulai cair. Tumben banget. Padahal biasanya lahap banget kalo udah di depan es krim", kataku sambil mengalihkan perhatianku ke nduty, rafel. Dia benar benar pendiam. Apa karena di depannya sekarang adalah atasannya? Tapi biasanya dia diluar pekerjaan adalah tipe heboh dan supel. Dia akan cepat mempunyai teman dan cepat akrab dengan orang.  What situation is it?

"Rasa eskrimnya aneh?", jawab rafel asal. Kemudian kulihat dia mengaduk aduk eskrimnya dan makan dengan ogah ogahan.

Hendak ku membuka pembicaraan lagi, handphone rafel berbunyi, kemudian ia mengedipkan matanya minta ijin untuk menjauh dari kami untuk mengangkat telpon.

Setelah kulihat rafel menjauh dari meja kami sambil mengangkat telpon, akupun mengganti oerhatianku ke tunangan disebelahku ini.

"Capek?", tanyaku sambil mengusap lengan sam dengan lembut.

"Ya. ",  jawabnya singkat kemudian mengalihkan perhatiannya ke ipad yang di pegangnya lagi.

"Habis ini mau langsung pulang?", tanyaku lagi. Kudengar helaan nafasnya dan gerakan menutup ipadnya dan menaruhnya di meja. Dia memandangku sekilas.

"Apa?", tanyaku, karena mearasa aneh dan gugup dipandang oleh pria di depanku.

"Tak apa. Cuma memandang calon istriku...", jawab sam yang sontak membuatku malu. Aku tak tahu, mungkin wajahku semerah yomat sekarang.

"Ngomong ngomong. Siapa temanmu itu?", tanya sam kepadaku.

"Rafel. Temanku yang kuceritakan padamu.si nduty aku",

"Jadi... Dia nduty yang kamu selalu ceritakan itu? Yang pindah dari kalimantan?", tanya sam namun aku merasakan ada yang aneh di nada bicaranya. Terdengar sedikit sendu.

"Ya. Dia nduty. Dia dipindahkan ke kantor pusat kita dari cabang perusaan sawit di kalimantan", jelasku. Dan kulihat raut wajah Sam yang berubah terkejut.

" dia... Berkerja di kantor... Pusat? Sekantor dengan kita?", tanya sam dengan nada yang sedikit... Tercekat?. Tunggu. Ada apa ini. Apakah sam mengenal nduty?

"Kenapa Sam? Kamu kenal nduty?", tanyaku penasaran.

",......",

"Sam?...", kata kataku terputus saat rafel kembali ke meja kami. Namun ia terlihat merapikan barang barangnya dan memasukan ke dalam tote bag nya.

"Kemana? ", tanyaku pada rafel.

"Cabut dulu.  Ada temen yang mau ketemu", ucap rafel sambil memandangku. Belum ku menjawab perkataannya. Ia keburu menyodorkan wanahnya dan men-cipika cipiki kepadaku tanda pamitan.

DestinationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang