Chapter 4

1.5K 71 0
                                    

vote dan commentnya juseyooo






Jika waktu dan keadaan mulai mendukung, apalagi yang perlu kau elakkan ?

****

"Reina mana sih ? Lama amat," eluh Salsa karena temannya itu tak kunjung datang.

Salsa mulai menunggu Reina sejak tiga puluh menit yang lalu. Ia sengaja datang lebih pagi untuk menanyakan sesuatu hal kepada temannya itu. Salsa mengerti bahwa Reina sangat terkenal di sekolahnya. Terlampau terkenal. Karena, temannya itu adalah salah satu bagian penting dari OSIS.

Tak heran, jika Reina memiliki banyak kenalan dari kelas lain ataupun kakak kelas. Sebenarnya, Reina adalah orang yang sangat humble dan friendly, sehingga tidak heran perempuan dengan mata sayu itu memiliki banyak teman.

"WOYY," sapa Reina dari belakang Salsa yang membuat temannya itu terkejut.

"Gak ada akhlak lo emang, ckckck," jawab Salsa sambil mengelus dadanya.

"Yailah gitu doang kaget lo. Alay," jawab Reina dan Salsa hanya mendengus kesal.

Reina mulai duduk dibangkunya dan mengambil botol air minumnya.

"Tumben lo dateng pagi ? Ada apaan ? Sok sok an nyuruh gue dateng pagi segala," tanya Reina sambil membuka tutup botolnya dan mulai menegak air putih.

"Ehm itu re. Gimana ya jelasinnya,"

"Ya mana gue tau lah, lo yang mau cerita kenapa gue yang ikutan mikir," jawab Reina lalu menaruh botol air minumnya di meja.

"Ehhmm, lo kenal Kak Agam gak ?" Tanya Salsa hati-hati dan dijawab anggukan oleh Reina

"Kenal kok, emangnya kenapa ?"

"Bentar-bentar, jangan-jangan lo...." lanjut Reina, namun ia menggantungkan kalimatnya sehingga membuat Salsa kesal sendiri.

"Apapun yang lo pikirin, semuanya gak bener,"

"Lah emangnya gue mikir apaan,"

"Ya mana gue tau lah. Lo pikir gue Limbad apa hah ?" Reina hanya terkekeh mendengar jawaban Salsa itu.

"Terus kenapa lo tanya, bambang ? Tumben-tumbenan banget lo tanya,"

"Ya itu,"

"Ya itu kenapa sih ?"

"Kemaren kan gue pulang tuh, teruuss..." jawab Salsa menggantung.

"Oalah anjir, lama lo jelasinnya,"

"Sabaaaarrrr, gue lagi berusaha jelasin ini. Biar tidak menimbulkan salah paham,"

Reina kesal sendiri dengan temannya itu. Ia tidak habis pikir dengan jalan pikir temannya yang satu ini.

"Lah iya kenapa ?"

Salsa mulai mengambil dan menghembuskan napasnya. Ia lakukan hal tersebut sebanyak tiga kali.

"Gue kemaren pulang bareng Kak Agam," jawab Salsa cepat dengan satu kali tarikan napas.

"Oh.. Hah ?" Reina kaget. Banget malahan. Spontan, Salsa menutup mulut Reina.

"Lepasin, tangan lo bau,"

"Sialan, anjir emang lo, re,"

"Ya emang, tangan lo bauu. Tapi, itu emang beneran pulang sama dia ?" Salsa hanya mengangguk mengiyakan.

DirgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang