Happy reading, guys 😊😊😊
Masih berusaha kah ? Oh, rupanya sudah nyaman.
****
Kedua lelaki itu saling diam. Berusaha mencerna apa yang telah terjadi. Antara bingung dan takut untuk mengetahui. Namun, jika mereka tidak mengetahuinya, maka akan terjadi hal-hal yang tidak diduga.
"Yang bener lo, jen,"
"Astaghfirullah, gue beneran, dim. Ngapain juga gue bohong sama lo sih,"
"Kalo kayak gini ceritanya trus kayak gimana dong anjir," umpat salah satu lelaki diantara keduanya. Ia menundukkan kepalanya sambil mengusap wajahnya kasar.
"Kalo menurut gue sih, bakalan sebelas duabelas kayak lo sama Dirga dulu. Yang dulu lo ceritain itu dim,"
Lelaki yang sedari tadi hanya mengumpat karena bingung mulai mendongakkan kepalanya. Berusaha mencerna apa yang temannya ucapkan.
"Gak. Hal itu gak boleh kejadian. Gue gak mau Dirga ngerasain kayak dulu lagi,"
"Ya tapi kita juga ga bisa biarin Agam ngerasain love one-side, anjir,"
"Trus mau lo gimana ?"
"Gue gak tau," jawab lelaki itu lalu pergi ke kasir untuk memesan kopi, lagi.
***
Hari Sabtu pun tiba. Lelaki itu tampak rapi dengan setelan kemeja hitam dengan motif garis-garis putih serta celana jeans hitam. Ia tersenyum di depan cermin hingga menunjukkan deretan gigi putihnya. Namun, senyum itu luntur seketika.
"Jelek banget gue, kaya tampilan jamet Adam ini mah," ucap lelaki itu pada dirinya sendiri. Ia kembali melepas kemejanya dan mulai mencari kemeja lain yang ada di dalam lemaarinya.
"Pake apaan nih, Ya Allah kok gue rempong banget kayak Dea sih," gerutu lelaki itu.
"Apa ini aja?"
"Gak gak gak, jelek banget ini mah,"
"Atau ini aja kali ya ? Gila, sama jeleknya sih,"
"Ini aja deh, ya elah sama aja ini mah, Cuma ini polosan,"
"Gila kayaknya gue ketularan rempongnya Dea,"
"Napa lo, kak ?" suara seorang perempuan menyeruak di pendengaran lelaki itu.
"Astaghfirullah, yak. Bisa-bisanya lo ngangetin gue," Adek perempuannya hanya terkekeh mendengar sambatan kakaknya itu.
"Lo mau kemana sih ? Repot banget, biasanya juga kemana-mana pake kaos item atau abu-abu," jawab Dea yang sudah duduk di pinggir tempat tidur Dirga.
"Gue mau pergi ke panti, nih,"
"Widiih, gue ikut doongg," jawab Dea antusias.
"GAAAAK, LO DI RUMAH AJA NEMENIN BUNDA,"
Dea langsung mengerucutkan mulutnya kesal. Kesal dengan jawaban kakaknya itu. Perempuan itu langsung berdiri, hendak pergi dari kamar kakaknya itu.
"Yak, bentar deh, sini," ucap Dirga sambil melihat isi lemarinya itu.
Dea hanya berjalan malas ke posisi kakaknya itu. Tak lupa dengan wajahnya yang masih kusut, karena tidak dibolehkan ikut oleh kakaknya itu.
"Enaknya gue pake apaan nih ? Kok gini semua sih isi lemari gue, dek,"
"Kan lo mau ke panti, kak. Pake yang biasanya aja napa," Jawab Dea malas.
"Duh yak, yang bener napa," jawab Dirga frustasi.
"Gue beneran anjir,"
"but wait...." lanjut Dea
"Lo mau ngajak cewek juga kesana ?" lanjut Dea lagi.
"Iya dedekku. Makanya gue tanya lo,"
"Ya elah, ya mana ngerti gue. Lo aja gak bagi tahu sama gue bro,"
"Beneran yak, plis bantuin gue. Gue baru tau kemeja gue isinya kalo gak item, putih, abu-abu doang," mohon Dirga pada adeknya. Dea tampak berpikir sebentar. Ia sepertinya telah memahami kondisi kakaknya itu.
"Es krim Mang Agus lima rasa coklat dua, rasa vanilla tiga. Deal ?"
**
"Kak, kita beneran ke panti kan ?" tanya perempuan itu dengan wajah yang didekatkan pada sang pengemudi motor.
"Iyaaa, sal. Kangen sama anak panti gak ?"
Perempuan itu hanya mengangguk dan sang pengemudi dapat melihatnya dari kaca spion motor maticnya. Ia terkekeh melihat perempuan dibelakangnya itu.
Perempuan itu membuka kaca helmnya dan membiarkan hembusan angin menerpa wajahnya itu. Ia memejamkan matanya sambil menghirup udara yang masih sejuk. Lelaki didepannya hanya melihat sepintas dan kembali tersenyum.
"Bawa kantong belanja banyak banget, mau buat apa emangnya, kak ?" Tanya perempuan itu kembali setelah menyadari ada dua kantong belanja berwarna hijau dengan motif bunga digantung didepan lelaki itu.
"Mau aku kasihin ke yang ngurus panti,"
Perempuan itu hanya mengernyit bingung. Nampak sekali ia ingin bertanya, namun ia urungkan.
"Ini tuh isinya sembako, sal. Bunda nitip ini buat dibawa ke panti," jelas lelaki itu dan perempuan dibelakangnya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Entah sejak kapan, mereka berdua berusaha menghindari percakapan yang terdapat unsur gue-lo. Entah siapa yang memulainya, namun mereka tetap nyaman dengan zona yang mereka buat sendiri. Malah, tanpa mereka berdua sadari, aku-kamu menjadi penggantinya. Ya, tidak sering sih.
"Kamu nanti bantuin ya buat kasih ke ibu-ibu yang ngurus panti,"
Salsa hanya mengangguk dan tak lupa menyunggingkan senyumnya dengan tulus. Lelaki di depannya hanya tersenyum melihat reaksi perempuan dibelakangnya itu.
"Oh iya kak, aku tadi juga bawa brownies coklat sih. Aku boleh taruh di kantong juga gak ?"
"Boleh kok, kita nepi dulu ya," Salsa hanya menganggukkan kepalanya.
Dirga mulai meminggirkan sepeda motor maticnya. Salsa pun mulai turun dan Dirga pun juga. Lelaki itu mengambil satu kantong belanjanya dan memberikannya kepada Salsa.
"Haus, sal?" tanya Dirga yang menyadari wajah Salsa seperti dehidrasi berat.
"Gak kok, ka-... Kak Dirgaaa!!" teriak Salsa ketika Dirga telah pergi meninggalkannya untuk pergi ke warung seberang.
Salsa melihat Dirga yang sedang mengambil dua air mineral dengan menggunakan helm spongebob milik lelaki itu. Lelaki itu tersenyum ketika melihat Salsa yang sedang menatapnya dengan wajah sedikit kesal. Ia memperlihatkan senyum dengan mengacungkan jempol kanannya ke arah perempuan itu. Senyum pun mulai terlihat dari wajah perempuan itu.
"Semoga gue gak jatuh sama lo, kak. Aamiin,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirga
Teen Fiction|[[COMPLETED]]| 11 Juli 2017 11:54 |[AWAL PUBLISH SEKITAR AWAL BULAN OKTOBER 2016]| [REMAKE HEHE] Cinta adalah hal yang menurut sebagian orang sangat rumit untuk dipecahkan, tetapi cinta mampu membuat kita nyaman dengan seseorang. Kerumitan ini terj...