Chapter 2

2.1K 94 6
                                    

vote dan comment guys :)


Sudah bertemu lagi, tapi malas menanggapi ?


***


Salsa hanya mendumel tidak jelas sejak dari rumah hingga sampai di sekolah. Ia kesal dengan Sakti karena bekal miliknya tertinggal di rumah. Sakti menyuruh Salsa untuk segera berangkat karena jam dinding telah menunjuk pukul 6.30. Artinya, lima belas menit lagi, sekolah mereka akan ditutup. Tentu saja, Sakti tidak ingin telat karena ada presentasi tugas kelompok dengan teman sekelasnya.

"Manyun mulu lo, dek. Udah napa. Nanti kan bekal lo bisa lo makan pas pulang sekolah," kata Sakti sambil tersenyum manis kepada Salsa. Salsa yang melihatnya tetap diam dengan wajah ditekuk.

"Lo kalo ngomong emang gak pernah bener, bang. Kebanyakan ngelantur. Ya mana ada lah, bekal dimakan pas sore. Gue pasti yakin banget nih, bekal gue bakalan diambil sama Kak Sania," jawab Salsa sambil mengepalkan tangannya.

"Semua salah lo sih, bang," rengek Salsa lalu meninju lengan Sakti. Lelaki itu hanya mengekspresikan rasa sakit. Padahal, dia tahu bahwa tinjuan milik adiknya itu tidak sakit sama sekali.

"Aduuhh, lo tuh ya, gak tau adat emang. Abang lo sendiri, malah lo pukulin,"

"Yaa, abisnya lo ngeselin banget, bang. Bekal gue jadinya ketinggalan, kan,"

"Ya, salah lo sendiri lah. Siapa suruh bangun siang banget. Biasanya, lo bangun pagi buta banget. Udah ngalah-ngalahin si buta dari goa hantu,"

"Apaan sih lo, jayus banget. Yaa, pokok salah lo. Titik gak pake koma," bela Salsa pada dirinya sendiri mengingat kemarin ia mengirimi pesan kepada Reina hendak ingin curhat, tetapi ia malah marathon menonton drama korea.

"Gue terus. Iya gue. Terus aja salahin gue,"

"Ya emang salah lo, anjir. Tumben-tumbenan banget lo bangun pagi abis itu udah siap-siap berangkat,"

"Ya, karena gue ada tugas, bego. Kan kemaren gue udah bilang, lo nya aja yang gak denger,"

"Ciiihh, pake bawa-bawa tugas segala, sejak kapan lo kena santet ?" tanya Salsa kepada abangnya

"Serah lo aja lah. Nih udah sampe kelas lo. Gak kurang baik apasih gue nganterin adek kesayangan upin ipin iniii," Kata Sakti sambil mencubit kedua pipi Salsa lalu pergi.

"AAAA, sakit baangg. Awas lo ya, gue sumpahin tugas lo gagal. Aamiin paling serius!" Teriak Salsa kepada abangnya, Sakti hanya tertawa mendengar dumelan adiknya itu.

Salsa masuk ke dalam kelasnya. X IPA 1. Kelas yang sangat ramai yang terdiri dari berbagai macam spesies manusia.

"FANOOO, BALIKIN HAPEE GUEE," rengek Reina kepada Fano. Fano memang senang sekali menjahili teman sekelasnya.

"Eiitss, gak bisaa dong, ay," jawab Fano sambil menyeringai.

"WEEHH, PANGGILAN APA LAGI NIH, FAN ?" Teriak Ethan lalu merangkul Fano. Mereka memang sohib sehidup semati.

"Ay itu ayaaaaang Rere," jawab Fano lalu mereka berdua tertawa bersamaan lalu seketika diam karena, Devan, salah satu sohib mereka juga, mengambil barang milik Reina.

"Nih, punya lo," kata Devan lalu memberikan barang tersebut kepada Reina.

"Makasih ya, van," jawab Reina, namun Devan sudah kembali sebelum Reina mengucapkan terima kasih.

"Yah, van. Gak asik lo jadi orang," protes Fano kepada sohibnya itu.

"Bacot lo pada," jawab Devan lalu kembali ke tempat duduknya lalu tertidur.

Reina yang baru menyadari Salsa baru saja datang, mulai menoleh kepada temannya itu. Ia mulai memangku wajahnya dan mengarahkannya pada Salsa. Seakan-akan, ia akan mendengarkan segala macam cerita yang akan ditumpahkan oleh temannya itu. Salsa yang menyadari pergerakan temannya itu, mulai merasa risih.

"Apaan sih, anjir ? Lo kok malah liatin gue kek gitu,"

"Ya gak apaan-apaan sih, sal," jawab Reina lalu menegakkan badannya kembali.

"Ya terus lo ngapain kayak gitu itu," jawab Salsa kesal.

Reina hanya memutar bola matanya lalu menjitak kepala Salsa hingga menimbulkan bunyi yang sedikit keras.

"AWWW, sakit, gila. Apaan sih ?"

"Apaan lo bilang ? Lo tuh masih muda, sal. Masa lo lupa kemaren lo chat gue malem-malem. Pake acara ngechat jam 2 segala lo," jelas Reina kelewat kesal.

"Ooohh, ituu,"

"Iiiiihh iti. Buru cerita anjir,"

"Iya-iya ini juga mau cerita,"

"Apaan buruu," jawab Reina tidak sabar.

Setelah itu, Salsa mulai menceritakan semua hal yang mengganjal pada dirinya semenjak diantar Dirga kemarin. Ia juga menceritakan bahwa dia merasa pernah bertemu Dirga, tetapi ia lupa kapan dan dimana ia bertemu. Obrolan mereka terus berlanjut, karena pada dasarnya hari itu ada dua mata pelajaran yang jam kosong secara berturut-turut.


**


Dirga mulai memasukki kelas dengan wajah kusut. Rambutnya acak-acakan, namun telah membuat beberapa anak perempuan menjerit di sepanjang koridor sekolah. Bahkan, ia tidak memerdulikan hal itu. Hal yang ia pedulikan saat ini, mengapa perempuan yang kemarin ia antar ternyata sattu sekolah dengannya ?

"Weeeiiittsss, sobat kita dateng tuh," sapa Adam dengan semangat lalu menghampiri Dirga lalu merangkulnya.

"Apaan sih lo, dam ? Berisik banget gue dengernya," jawab Dirga lalu berjalan mendahului temannya itu.

"Loh, kenapa lo ?" Tanya Zain yang menyadari bahwa Dirga sedang tidak baik-baik saja.

"Gak papa," jawab Dirga lalu ia mulai mengeluarkan handphonenya dari kantong celananya.

"Assalamualaikum, spadaaaa," salam Dimas lalu segera berjalan ke tempat duduknya.

"Berisik lo, nyet," jawab Agam ketus

"Berisik-berisik tapi gans. Dijawab dong salam gue," jawab Dimas ceria

"waalaikumussalam," jawab semua temannya itu.

Dimas yang menyadari ada temannya yang tidak bahagia, mulai menghampiri Dirga. Ia merangkul temannya itu.

"Sedih-sedih amat lo, tong. Harusnya kan lo bahagia kemaren nganterin old princess lo balik," kata Dimas yang membuat Adam yang meneguk air putihnya harus tersedak.

"Maksud lo apaan, anjir ?" Tanya Adam heboh. Sudah dipastikan dia adalah makhluk terheboh.

"Lo masih inget gak sih, yang dulu gue cerita kalo Dirga ini suka sama seseorang pada pandangan pertama. EAAAKK," jelas Dimas

"Kagum, bukan suka," koreksi Dirga

"Iyadeh serah lo,"

"Maksud lo apaan sih dim ? Tuh orang ketemu gitu sama Dirga ?" tanya Agam yang mulai kepo

"Enggaaakk, bukan gituu, jadi gue sama Dirga kan pulang agak sorean abis itu gue ketemu Reina, gue ajaklah nebeng si Reina, tapiii ternyata Reina itu punya temen. Lah temennya itu doinya si yayang Dirga," jelas Dimas sambil tersenyum

"Beneran lo dim ? Lo gak ngawur kan ?" Tanya Zain tidak percaya

"Yailah, beneran. Gue gak bohong. Awalnya gue gak nyadar kalo ada dia, tapi ternyata dia anak sini juga," jawab Dimas lalu semuanya ber-oh ria, kecuali Dirga.

Dirga yang mendengar hal itu, langsung berdiri dan meninggalkan kelas. Ia tak peduli dengan pertanyaan ataupun omongan teman-temannya itu. Sekarang, ia hanya mementingkan dirinya sendiri terlebih dahulu.


*



takut bener ini buat lanjut :(

DirgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang