Chapter 21

710 28 0
                                    






Dia atau dia ? Bingung ? Lalu, siapa lagi dia ?







*****

Bulan Maret akhir. Bulan yang penuh dengan segala macam ulangan harian dadakan, kuis dadakan, tugas dikumpul dadakan, rapat dadakan, semuanya serba dadakan.

"Tadi rapat bahas apaan re ?" tanya Nadira setelah mereka semua mendapatkan bangku di kantin.

"Oh itu, bahas pensi tahunan gitu yang sempet berhenti, habis itu ini mulai di-fix-in lagi," jawab Reina lalu menyeruput minumannya.

"Trus jadinya tanggal berapa ?" giliran Salsa bertanya.

"Belum tau juga sih, soalnya kan ini masih abu-abu juga. Kepsek juga blom kasih lampu ijo ke kita," jawab Reina sedikit malas dengan hasil rapat tadi.

Setelah itu, makanan mereka datang dan percakapan-percakapan ringan mulai muncul begitu saja. Kadang tertawa mereka membuat pengunjung kantin yang lain melihat mereka bertiga.

"Eh, Nad, Sal. Masa tadi tuh gue rapat kan, trus katanya ada anak baru gitu," ucap Reina yang tiba-tiba memulai percakapan disela-sela makan mereka.

"Hah ? Yang bener lo ? Ini udah bulan-bulan nyeremin buat jalan ke pekan uas, euy," jawab Salsa kaget.

"Masa sih? Bukannya kalo pindah waktu beginian ga boleh ya?" sahut Nadira.

"Ga tau sih kalo itu gue, tapi katanya cowok dan masuk kelas sosial," jawab Reina masih fokus dengan makanannya.

"Seangkatan sama kita ?" Salsa bertanya dan Reina menganggukkan kepalanya.

Kok perasaan gue gak enak banget ya? Ada apaan nih ? Batin Salsa

"Sumpah sih, gue kepo banget. Gue dulu pernah kan SD mau pindah pas mepet-mepet pekan UAS, eh malah, disuruh ngulang setahun dong," jelas Nadira menggebu-gebu.

"Masa , dir ?"

"Iya, sal, beneran deh, gue ngulang setahun, hahahaa, trus untung gue sekolah rada-rada kecepetan kan, jadi ya masih seumuran juga sih hehehe," jelas Nadira dan Salsa hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

"Lo tau anaknya gak re?" tanya Nadira lalu menyeruput air putihnya.

Reina mengangguk dengan makanan yang masih penuh di mulutnya. Lalu, ia mendongakkan kepalanya ke arah Nadira namun, ia salah fokus ke pintu masuk kantin. Reina dengan wajah kaget mengangkat telunjuk kanannya.

"Kenapa lo , re?" Tanya Salsa. Lalu, Nadira dan Salsa menoleh ke arah yang sama dengan Reina

"Gak mungkin," gumam Salsa.

****

Sore hari yang begitu terik menghiasi lapangan basket. Tak ada awan, tak ada hujan, namun ada sliweran angin. Keadaan sudah sepi tak ada murid, karena jam pulang telah dimajukan. Namun, terdapat dua orang yang sedang beradu argumen di pinggir lapangan itu.

"Sal, dengerin gue dulu," ucap si lelaki dengan menggenggam pergelangan tangan perempuan.

"Apaan sih, lepasin tangan gue, lang. Lo sama aja kayak Rifki,"

"Salsa, ini cuma salah paham, please dengerin gue,"

"Apalagi yang perlu gue dengerin ? Ucapan minta maaf lo ? Tenang, lo udah gue maafin. Sekarang, lepasin tangan gue," ucap perempuan itu sambil menatap lekat-lekat manik mata lawam bicaranya.

"Gue sama Rifki gak sejahat yang lo kira, sal,"

"APA ? GAK SEJAHAT YANG LO KIRA, LO BILANG? LO GILA ATAU GIMANA SIH ? LO BERDUA JADIIN GUE BAHAN TARUHAN. C'MON, DUDE,"

"Sal, tolong jangan gini. Jangan kekanak-kanakan, kita kan Cuma salah arah, sal,"

"Jangan kekanak-kanakan lo bilang ? Dengan lo mainin gue, lo bilang gue kekanak-kanakan ? Lo manusia apa setan sih ? Oh iya gue harusnya udah tau lo tuh bukan manusia dan emang the real of satan"

Lelaki itu hanya menundukkan kepalanya. Bingung dengan apa yang akan ia utarakan lagi. Dia sudah capek. Capek dengan hal apapun. Ia berusaha untuk mengerti semuanya, namun sama saja, ia tetap tidak mengerti perasaan perempuan didepannya.

Lelaki itu melepaskan tangannya dari pergelangan tangan perempuan itu. Perempuan itu pun hanya diam, namun ia berusaha dengan keras untuk tidak menangis.

"Udah kan ? Sekarang gue mau pergi. Dan, inget, jangan gangguin gue lagi, gue males ketemu lo berdua, bilangin juga sama Rifki," ucap perempuan itu lalu berjalan pergi dari hadapan lelaki itu.

"Gue bener-bener tulus sama lo, sal," ucap lelaki itu namun, sang perempuan tak dapat mendengarnya karena ia sudah pergi terlampau sangat jauh.

***

"SAAALL,"teriak Reina tepat di telinga Salsa. Sang empunya tersentak kaget mendengarnya.

"APAAN SIH ? BISA GAK SIH GAK USAH TERIAK-TERIAK," jawab Salsa lalu Reina hanya mendengus kesal.

"Perasaan tuh kita daritadi udah manggilin lo, sal. Dengan metode apapun. Sampe teriak juga kali. Tapi, lo-nya gak nyaut," jelas Nadira dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gak tau, males gue sama lo, sal," jawab Reina lalu mengerucutkan bibirnya malas.

"Ya tapi kan gue juga bisa denger kali,"

"Iya deh iya, gue minta maaf, ya," lanjut Salsa menyerah lalu mengambil botol air minumnya itu.

"Lo tuh aneh banget tau gak, sal ? Abis makan di kantin pas jam pertama, lo mendadak jadi linglung, kayak gak punya tujuan hidup," sahut Nadira sekenanya lalu diangguki oleh Reina.

"Iya anjir, gue baru ngeh. Lo ada apa sal?"

"Gak kenapa-napa kok," jawab Salsa lalu meneguk air putih dari botol minumnya.

"Bohong lo," jawab Reina

"Beneran. Percaya deh sama gue,"

"Tapi, wajah lo keliatan kusut banget, sal. Ya mana ada kita percaya sama lo," jelas Nadira.

"Ah gak tau, gue mau pulang aja," ucap Salsa lalu keluar dari kelas meninggalkan kedua temannya itu.

**

Salsa berjalan cepat menghindari seorang lelaki yang sedang mengejarnya. Ia tidak ingin bertemu lagi dengan lelaki itu.

"Sal, tungguin gue," teriak lelaki itu dengan sedikit berteriak. Suaranya bergema karena kondisi sekolah pun juga sudah sepi.

"SAAL," ucap lelaki itu lalu meraih pergelangan tangan Salsa.

"Apalagi ?" jawab Salsa sambil menatap mata lelaki didepannya itu.

"Dengerin gue,"

"Lo masih inget jawaban gue dulu kan? Gue harap lo inget sih,"

"Sal, please, dengerin gue dulu, sedikit aja,"

"Gue gak ma-," jawab Salsa namun terhenti karena lelaki didepannya itu mulai memeluknya.

"Please, biarin gini dulu," jawab lelaki itu lalu menenggelamkan kepalanya di pundak sang lawan bicara

"Gue kangen banget sama lo, sal,"

"Kangen banget," gumam lelaki itu.

*


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DirgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang