CHAPTER 17

818 27 0
                                    

Happy reading, guys 😊








Sayangnya, dia tidak berubah.










****

Tanggal enambelas Januari menjadi saksi bisu terjadinya semua kejadian antara tiga orang. Dua lelaki dan satu perempuan. Namun, rasa canggung menyelimuti perasaan mereka bertiga. Tak ada lagi yang bersuara. Hanya suara deru angin dan teriakan siswa yang sedang bermain futsal di lapangan sekolah. Padahal, posisi mereka di belakang perpustakaan.

"Maafin aku kak, tapi aku suka sama Kak Dirga," suara perempuan itu mulai terdengar. Dengan kelopak mata yang hendak mengeluarkan air mata, ia meremas rok birunya untuk menahan tangisnya itu.

Lelaki yang bertujuan hanya mengantar temannya yang ingin mengutarakan perasaan mulai menoleh ke arah perempuan itu. Ia tidak menyangkan namanya keluar begitu mulusnya dari mulut perempuan itu.

"Tapi, gue gak ada apa-apa sama lo, dir," jawab lelaki itu sambil menoleh ke arah temannya itu. Lelaki yang diucap namanya itu.

"Gapapa, nad. Gue hargain jawaban lo. Makasi sebelumnya udah nerima gue dalam kehidupan lo. Sekarang, gue bakalan menjauh dari lo," jawab seorang lelaki yang sedari tadi hanya diam berusaha mencerna semua yang telah terjadi. Lelaki itu pergi meinggalkan temannya dengan perempuan yang ia suka.

"DIM, DIMAS!"

***

Lelaki itu hanya merenungi kejadian yang telah menimpanya beberapa hari yang lalu. Ia berusaha mencerna semua kejadian yang terjadi. Ia tidak menyangka, dari sejumlah Nadira di dunia ini, harus Nadira itu yang menjadi murid baru di sekolahnya.

"WOY, NAPE LU. DIEM BENER," ucap seorang temannya yang tiba-tiba duduk disebelahnya.

"Brisik lo, dam," jawab lelaki itu lalu mendorong temannya menjauh.

"Yaelah, temen lu kenapa dah jen ?" ucap seorang lelaki dengan kacamata bundarnya yang harus ia pakai ketika gaming di laptop.

"Mana gue tau lah, gam. Dari kemaren Senin gak sih ?" jawab Zain menanggapi pertanyaan Agam.

"Eh iya, anjir. Senin udah diem banget, kayanya kena santet lo dim," sahut Adam dengan mengambil ponselnya dari saku jeansnya.

Lalu, tiga temannya hanya memperkirakan ada apa dengan Dimas dan tertawa kembali. Hanya seperti itu terus, hingga Dimas bersuara.

"Dirga gak dateng ?"

"Dateng laah, tapi ada perlu sebentar katanya sih," jawab Adam masih dengan scrolling akun media sosialnya.

"Lo ada apa sih ? Crita sama kita-kita bro," sahut Agam sedikit serius sambil megantungkan tangan panjangnya ke bahu temannya itu. Namun, Dimas menggeleng.

"Lo pada tau lagu yang inget mantan crush yang tiba-tiba muncul padahal kita udah lupain dari lama, tapi ya masih sakit kalo inget sih. Habis itu tiba-tiba inget lagi waktu-waktu pas masih pedekate gitu. Tau gak ?" tanya Dimas panjang kali lebar. Ketiga temannya hanya diam tanpa adanya ekspresi yang berbeda. Terlihat wajah temannya bingung maksimal.

"Lo ngomong apaan sih ?" sahut Zain

"Fix dia mah kena santet," sahut Adam

"Bentar-bentar, gue kayanya punya deh. Dari kakak gue nih," sahut Agam setelah berkutat beberapa detik di laptopnya.

"Dari Kak Gea ?" Tanya Zain lalu diangguki oleh Agam.

"Got it! Judulnya You Were Beautiful. Lo cari aja sono," jawab Agam setelah mengirim pesan ke kakak perempuannya.

"Nama penyanyinya brow,"

"Band ini mah, dey enam atau apa-"

"Yaelah, namanya dey six itu mah, tulisannya de a ye sama angka enam," jelas Adam lalu mengambil chikinya.

"Oh yang lo pernah kasih tau gue bukan sih dam ?" Tanya Zain lalu diangguki oleh Adam.

"Iya, jen. Tapi, yang gue kasih tau tuh yang satunya, congratulation. Trus mereka baru keluarin lagu You Were Beautiful, lah itu masi ada kaitannya sama lagu yang gue bagi tau ke lo," jelas Adam.

"Gue dengerin enak-enak juga lagu-lagunya," sahut Agam.

"Iyee, yang gitaris satunya mirip lo, gam. Persis banget kaya orang-orangan sawah," jawab Adam dan Zain hanya ketawa mendengarnya.

Tanpa mereka sadari, Dimas mengambil earphone milik Adam dan mulai beranjak pergi ke arah ruang tamu. Ia mulai mencari lagu yang diberi tahu oleh Adam. Setelah itu, ia menjelajahi kartu memori yang telah ia kunci bertahun-tahun. Mencari folder dengan nama Memori Kita ?.

Setelah menemukannya, ia mulai membukanya dan memperlihatkan isi dari folder tersebut. Ia melihat berbagai macam foto dan video yang berisi dirinya dengan seorang perempuan. Ia berhenti di satu foto yang memperlihatkan dirinya dengan perempuan itu tengah memegang kue ulang tahun dengan tulisan KAK DIMAS ULTAH J

Ia memegangi kedua pundak perempuan itu dengan posisinya dibelakang perempuan itu. Keduanya tampak senang dengan momen itu. Namun, tanpa ia ketahui, perempuan itu sangat bahagia karena sang fotografer adalah temannya sendiri.

"Lo masih sama ya, nad. Rambut gak panjang gak pendek, dikuncit sekenanya aja, tapi sayang, lo udah masa lalu,"

"Kenapa lo, dim ?" tanya seorang lelaki saat memasukki ruang tamu dengan wajah bingung, dan dengan secepat kilat Dimas memasukkan ponselnya, sebelum temannya itu tahu.

**

Perempuan itu mulai membuka kamarnya. Kamar yang sempat ia tinggalkan namun ia kembali lagi dengan waktu yang lama. Ia berjalan menuju tempat tidurnya, setelah duduk di pinggirannya, ia berdiri lagi untuk mengambil ponsel di meja belajarnya.

Namun, ia mengurungkan niatnya untuk mengambil ponselnya, melainkan mendorong kursi belajarnya dan membuka laptop abu-abu pemberian orang tuanya.

Perempuan dengan rambut yang ia kuncir alakadarnya itu mulai melihat beberapa foto di laptopnya. Laptop kesayangannya sejak ia berumur 14 tahun.

"Maafin gue, kak. Gue gak pantes buat lo. Gue nyia-nyiain lo, yang jelas-jelas setia dan care sama gue,"

*


DirgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang