Soul in Seoul #Part 11

92 11 1
                                    

Dalam amplop putih itu berisi sepucuk surat yang bertuliskan, "Datanglah ke rumah saya. Saya kirimkan orang saya untuk menjemput kalian di rumah sakit."

Dalam surat itu tak ada nama pengirimnya sehingga membuat Lee Ri Sa semakin bingung. Siapa yang telah berbaik hati membayar biaya rumah sakit yang begitu besar. Dan apa maksud orang itu mengundangnya datang ke rumahnya. Beribu pertanyaan masih terus berputar-putar dalam otaknya. Saat itu, ia tidak langsung pergi ke ruang perawatan kakaknya. Ia berjalan menuju ke lorong lain dan masuk ke salah satu ruang perawatan di lorong itu.

"Kemana pasien yang disini?" tanyanya pada perawat yang tengah merapikan tempat tidur pasien. Karena memang ia tidak melihat pasien yang ingin dia temui.

"Pasiennya memaksa untuk rawat jalan jadi dia sudah dibawa pulang."

"Aahh,.. gamsahamnida." Ucap Lee Ri Sa yang langsung keluar dari ruang perawatan itu.

"Bukannya kemarin lukanya cukup parah? Heh.. sampai segitunya dia nggak mau dirawat di rumah sakit? Hemmm,.. kenapa juga aku harus memikirkannya? Udah bagus ditolong. Lagipula gara-gara dia Ri An Oppa harus absen lama dari kejuaraan. Tak ada alasan aku harus mengkhawatirkannya." Dumelnya ketika berjalan menuju ruangan Lee Ri An.

Ketika baru membuka pintu ruang perawatan Lee Ri An, tidak hanya ada Lee Ri An dan Heo Yoon Woo. Ia juga melihat ada dua orang pria berjas hitam berperawakan tinggi kekar dengan earphone yang menancap di telinga kanannya persis seperti seorang bodyguard.

"Nuguseyo? (anda siapa?)" tanya Lee Ri Sa sambil berjalan mendekat ke ranjang pasien dengan tanpa mengalihkan pandangannya dari dua orang itu penuh kewaspadaan.

"Kami diperintahkan untuk menjemput anda berdua." Jelas salah satu pria itu.

"Siapa yang memberi perintah?" tanya Lee Ri Sa.

"Jika anda sudah membaca suratnya, mungkin anda sudah tau." Ucap pria itu lagi.

"Bagaimana saya tau ini perintah siapa, dalam surat itu tak ada nama pengirimnya."

"Anda akan tau ketika anda sampai di rumah." Ucap pria satunya.

Mendengar itu, Lee Ri Sa, Lee Ri An dan Heo Yoon Woo hanya saling bertukar pandang. Ada keraguan, ketakutan dan rasa penasaran menggelayuti fikiran mereka.

"Baiklah. Kami akan ikut kalian." Sambil ancang-ancang mengangkat sebuah tas yang ada disampingnya namun langsung direbut salah satu dari orang itu. Pria-pria itu membawakan tas-tas besar itu ke mobil yang telah dipersiapkan didepan rumah sakit, sehingga Lee Ri Sa dan Heo Yoon Woo tidak harus membawa tas-tas besar itu. Sedangkan Lee Ri An masih harus menggunakan kursi roda dan didorong oleh Heo Yoon Woo ketika menuju mobil yang akan membawanya ke orang yang telah berbaik hati menanggung seluruh biaya rumah sakitnya.

"Mian,.. aku hanya bisa mengantar sampai sini. Ada yang harus aku urus." Ucap Heo Yoon Woo ketika mereka sudah berada disamping mobil warna hitam itu.

"Ne eonni,.. gumawo. Maaf telah banyak merepotkan."

"Aniya,.. aku senang bisa membantu kalian. Emmm,.. masuklah!" pintanya agar Lee Ri Sa segera masuk ke mobil.

Mendengar itu, Lee Ri Sa hanya tersenyum dan segera masuk ke mobil melalui pintu belakang yang didalamnya telah duduk seorang Lee Ri An dan seorang bodyguard sebagai supir. Sedangkan bodyguard yang satunya masih diluar menutupkan pintu mobil itu dan segera ikut masuk ke bangku depan.

Selama perjalanan menuju rumah orang yang mengirim surat padanya, wajah gelisah terus tergambar dari diri Lee Ri Sa dan Lee Ri An. Terutama Lee Ri Sa. Ia terus bolak-balik mengalihkan pandangannya ke arah Lee Ri An, pemandangan jalan yang ia lewati dan kedua bodyguard yang ada didepannya. Ia juga terus menggenggam tangannya. Disisi lain, Lee Ri An yang juga gelisah dan penasaran hanya bisa menggenggam genggaman tangan Lee Ri Sa dan menyuguhkan senyuman untuk menenangkan Lee Ri Sa.

Kurang lebih 30 menit berlalu dan akhirnya mobil yang membawa mereka berhenti di sebuah rumah besar berwarna putih dan berhalaman sangat luas bak lapangan sepak bola dengan banyaknya bunga berwarna-warni tertata rapi. Mata mereka terus mengelilingi sudut halaman rumah selama berjalan menuju pintu utama rumah yang sudah seperti istana itu.

"Silakan masuk!" ucap salah satu bodyguard yang telah membawanya ke rumah itu dan membukakan pintu utama.

Dengan masih sedikit was-was dan keraguan, akhirnya mereka telah menginjakkan kaki didalam rumah yang benar-benar seperti istana itu. Dalam rumah itu penuh dengan benda-benda mewah dan antik yang sontak membuat mereka berdecak kagum.

Tak berselang lama, muncul orang yang membuat mereka sangat terkejut.

"Neo?! (kamu?!) ngapain kamu disini?" ucap Lee Ri Sa spontan karena saking kagetnya ketika melihat ada Kang Jung Tae yang wajahnya masih penuh memar dan tangannya masih diperban, berdiri disamping tangga tak jauh dari ia berdiri.

"Harusnya aku yang tanya. Ngapain kalian di rumahku? Mau minta sumbangan?!" ucapnya kasar.

Saat itu Lee Ri Sa dan Lee Ri An langsung berfikir keras. Apa mungkin yang mengundang mereka itu adalah Kang Jung Tae? Tapi untuk apa? Jika memang dia, kenapa dia berkata sekasar itu? Setan apa yang telah merasukinya? Pertanyaan-pertanyaan aneh pun langsung membanjiri otak jenius mereka.

"Apa yang ngirimkan surat itu adalah kamu?" tanya Lee Ri An yang saat itu masih duduk di kursi roda.

Belum sempat Kang Jung Tae menjawab, muncul kembali suara lain dari lantai 2. "Akhirnya kalian datang juga. Selamat datang di White House. Maaf saya tak bisa menjemput kalian di rumah sakit." Suara itu adalah suara wanita tua yang saat itu sedang menuruni tangga.

"Direktur?" gumam Lee Ri Sa yang sangat terkejut.

Sedangkan Lee Ri An langsung terdiam ketika melihat orang yang sangat berpengaruh di yayasannya itu.

"Mari duduk." Ajak Han Seo Jin untuk duduk di kursi ruang tamu yang perabotannya mayoritas warna putih itu.

Mendengar itu, Lee Ri An dan Lee Ri Sa langsung mengikuti Han Seo Jin untuk duduk di tempat yang dimaksud sebelumnya. Sedangkan Kang Jung Tae masih tetap di posisi yang sama seperti sebelumnya.

"Bagaimana perasaanmu, akhirnya bisa meninggalkan rumah sakit setelah hampir 1 bulan disana?" tanya Han Seo Jin membuka obrolan.

"Sebelumnya saya ingin mengucapkan rasa terima kasih pada anda. Karena telah membayar biaya rumah sakit saya yang tidak sedikit itu. Jeongmal gamsahamnida isa-nim (terima kasih banyak direktur). Dan sekarang saya sudah merasa lebih baik dari sebelumnya." ucap Lee Ri An.

"Ahh,.. itu bukan apa-apa."

"Anda sangat baik pada kami. Sebelumnya anda memberikan beasiswa penuh pada kami dan sekarang anda menanggung semua biaya rumah sakit. Kami sampai bingung bagaimana harus membalas kebaikan anda." Kata Lee Ri Sa.

"Mudah saja. Kalian cukup tinggal disini, itu lebih baik." Tawar Han Seo Jin.

Mendengar itu, tidak hanya Lee Ri Sa dan Lee Ri An yang terkejut, Kang Jung Tae yang sedari tadi berdiri disamping tangga pun tak kalah terkejut, "Halmeoni! (Nek!) Jangan bercanda! Aku nggak mau tinggal satu rumah dengan mereka." Berontaknya.


>> part 12

Soul In SeoulWhere stories live. Discover now