Okey,.. kali ini saya tak akan banyak basa-basi. Langsung saja ke lanjutan ceritanya. yuk cap cusss,... jangan lupa vote dan komentarnya ya,.. jangan jadi ghost reader ;) :D
Kang Jung Tae terus memandang foto Han Seo Jin yang terpajang di samping peti jenazahnya. Tak sedetikpun pandangannya beralih dari benda tersebut. Matanya sudah terlihat sangat sembab akibat airmatanya yang menetes deras sebelumnya, dan selama berjam-jam ia berdiri mematung di dekat dinding cokelat muda itu. Di sampingnya juga berdiri seorang Yong Ri An yang sesekali sedikit membungkukkan badannya ketika ada orang yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir pada Han Seo Jin.
Yong Ri An masih belum bisa mempercayai kenyataan nenek angkatnya pergi begitu cepat dan bahkan di saat itu sang penerus masih koma. Dalam fikirannya masih terus beradu, apa yang harus ia lakukan selanjutnya? Apakah dia yang harus melanjutkan perjuangan direktur Han dan Yong Ri Sa? Jika tanggung jawab selanjutnya diserahkan pada Kang Jung Tae, apakah dia akan dapat mengatasi lawan-lawan yang ditinggalkan oleh neneknya dan tak akan menghancurkan jerih payah Yong Ri Sa?
Tiba-tiba perhatiannya teralihkan pada dua sosok pria yang langsung membuat hatinya memanas. Kedua orang itu datang dengan raut wajah yang menyiratkan kemenangan besar. Pria yang sudah memiliki uban di kepalanya itu berjalan didepan pria muda yang tak tak lain adalah cucunya. Mereka berdua memasuki ruangan dimana jenazah Han Seo Jin berada. Setelah mereka memberikan penghormatan terakhir pada jenazah Han Seo Jin, mereka menghampiri Yong Ri An dan Kang Jung Tae.
"Aku turut berduka atas meninggalnya nenek kalian. Dan terlebih lagi orang yang digadang-gadang sebagai penerusnya justru masih koma. Aku harap kalian tetap kuat menerimanya." Ucap pria beruban itu yang tak lain adalah Heo Joon Wang dengan sangat tenang.
Tanpa memandang wajah Heo Joon Wang, Yong Ri An mengeluarkan kalimat sindiran, "Apa anda datang kesini hanya untuk memastikan ancaman terbesar anda benar-benar telah berkurang?" setelah mengatakan itu, ia menyuguhkan tatapan tajam pada mata kakek tua itu. Seakan ingin menumpahkan kemarahan atas tragedi yang baru saja terjadi pada orang-orang yang disayanginya.
Mendengar sindiran dari seorang remaja, Heo Joon Wang justru tertawa pelan. "Berani juga kamu. Nampaknya aku melihat rubah lain muncul disini." Masih dengan ketenangannya. "Sepertinya kamu harus lebih hati-hati Kang Jung Tae,.." mengarahkan pandangannya ke Kang Jung Tae yang juga menatap tajam matanya. "Ada dua rubah di sekelilingmu." Lanjutnya sebelum membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya menjauhi dua remaja itu.
Kang Jung Tae menggeratakkan giginya, "Ya. Dua rubah yang akan membantuku untuk menghancurkanmu. Heo Joon Wang!" Tegasnya yang masih dapat didengar oleh dua pria itu.
Ketika dua pria bermarga 'Heo' itu sudah tak terlihat lagi, Yong Ri An kembali bersuara, "Apa kamu benar-benar mempercayaiku dan Yong Ri Sa?"
"Entahlah. Apakah ada rubah yang dapat dipercaya?" itulah jawaban singkat bernada dingin yang dikeluarkan oleh Kang Jung Tae sebelum suasana kembali hening.
###
Tawa menggelegar di dalam ruang CEO Cessa Hotel. Tawa khas sang CEO itu terdengar jelas dari luar ruangan. Saat itu ia masih bersama cucu laki-lakinya. Heo Joon Wang berdiri di dekat jendela kaca yang mengarah ke pemandangan luar gedung sambil membawa sebuah gelas anggur yang telah kosong.
"Hahahahaha,.. hari ini langit sungguh sangat cerah. Benar-benar saaaaangat cerah. Tak kusangka keberuntungan mengarah padaku. Han Seo Jin mati dan Yong Ri Sa,.. hahaha segera menyusulnya." Ucap Heo Joon Wang penuh dengan tawa kemenangan.
"Harabeoji,.. bukankah secepatnya harus ada rapat pemegang saham? Tak mungkin kan posisi direktur pusat kosong seperti ini?" tanya Heo Yong Min yang juga berdiri didekat jendela.
YOU ARE READING
Soul In Seoul
Ficción General--Seberapa banyak yang akan kamu dapatkan kelak tergantung seberapa banyak yang kamu korbankan dan kamu ikhlaskan hari ini.-- Kehidupan baru Lee Ri Sa / Yong Ri Sa setelah datang ke Seoul bersama kakaknya meninggalkan segala kenangan dari tanah ke...