"Apa maksud semua ini? mereka akan menggunakanku sebagai senjata? Senjata melawan siapa? Dan kenapa aku harus mati?" gumamnya.
Kemudian muncul kembali suara Han Seo Jin, "Seharusnya dia sudah kesini. Tadi aku juga mengundangnya."
Mendengar itu Lee Ri Sa langsung menghela nafas panjang untuk menenangkan dirinya dan ketika merasa sudah tenang, akhirnya dia memberanikan diri mengetuk pintu dan masuk ke ruangan itu.
"Duduklah!" seru Han Seo Jin pada Lee Ri Sa yang baru masuk ke ruangan itu.
"Apakah kita bisa mengandalkannya? Bukankah dia masih terlalu kecil untuk maju ke medan perang?" Park Ji Woon merasa kurang yakin dengan kemampuan Lee Ri Sa.
"Joesonghamnida, Medan perang? Apa maksudnya?" Lee Ri Sa ingin memastikan.
"Kamu mau kan membantuku sekali ini saja? Anggap saja ini sebagai balasan apa yang telah kamu terima selama ini. Bagaimana?" desaknya.
"Hoejang-nim?! Apa anda yakin?" tanya Park Ji Woon yang sebelumnya saling pandang dengan Jin Woo Jin.
"Aku melihat potensi besar di depan mataku. Apakah kalian menganggap penglihatanku salah?" Han Seo Jin masih tetap dalam ketenangannya.
"Apakah saya harus menyetujuinya? Bagaimana jika saya menolak?" tegas Lee Ri Sa.
"Jika kamu menolak, mudah saja penyelesaiannya. Mau tidak mau kakakmu yang harus bersedia mengambil bagian. Bukankah meskipun dia seorang atlit, dia memiliki IQ yang sangat tinggi juga? Apakah itu yang kamu mau?" ancamnya.
"Kenapa harus kami? Apakah ini tujuan anda terus menerus membantu kami?" ekspresi kecewa terpancar dari wajah Lee Ri Sa.
"Kenapa harus kalian? Jawabannya adalah aku ingin membantu mengembangkan potensi luar biasa yang ada dalam diri kalian. Apakah itu salah? Kamu tidak harus menjawabnya sekarang. Kuberi waktu dua minggu. Kuharap itu lebih dari cukup karena mengingat kamu memiliki otak yang jenius."
Mendengar setiap kata-kata yang keluar dari mulut Han Seo Jin, membuat Lee Ri Sa semakin tertekan dan langsung terdiam dengan menggengam tangannya erat-erat. Tak lama kemudian, ia pun berpamitan untuk pergi dari ruangan itu.
"Hoejang-nim, sebenarnya Lee Ri Sa itu anak yang seperti apa? Kenapa anda begitu yakin dia akan menerima tawaran ini?" Jin Woo Jin yang masih bingung dengan jalan fikiran Han Seo Jin itu.
"Seperti yang kujelaskan tadi, anak itu memiliki potensi yang sangat luar biasa. Tidak hanya karena akademisnya tapi juga keberanian, kepedulian, tanggung jawab dan terutama dia memiliki kemampuan bela diri yang tidak dimiliki anak-anak jenius jaman sekarang. Selain itu, dia bukanlah tipe orang yang rela membebani orang lain, terutama membebani kakaknya. Maka dari itu, aku yakin dia yang akan mengambil bagian. Dilihat dari kemampuannya, dia jauh lebih berpotensi dari kakaknya. Gimana? Apa kalian masih meragukannya?" yakin Han Seo Jin dengan semakin melebarkan senyumannya.
Sementara itu Lee Ri Sa langsung menuju ke toilet untuk membasuh muka. Masih di depan kaca, Lee Ri Sa memandang wajahnya yang saat itu memang sedang sangat kacau. "Ternyata Direktur Han lebih menakutkan dari yang kubayangkan. Siapa Heo Joon Wang? Seperti apa mereka? Apa yang harus aku lakukan? Potensi apa yang dimaksudnya? Apakah aku bisa melakukan sesuai yang diharapkan mereka? Ataukah aku harus menyerahkan ke Oppa? Tidak tidak. Karena aku dia kehilangan namanya. Aku nggak mungkin memberikan beban ini padanya. Bisakah aku melakukannya?" Batinnya.
Beberapa hari kemudian,..
"Ri Sa-ya!" panggil Heo Yoon Woo ketika melihat Lee Ri Sa baru keluar dari ruang manajer restoran Hong Diamond yang saat itu tidak mengenakan baju pelayan.
YOU ARE READING
Soul In Seoul
General Fiction--Seberapa banyak yang akan kamu dapatkan kelak tergantung seberapa banyak yang kamu korbankan dan kamu ikhlaskan hari ini.-- Kehidupan baru Lee Ri Sa / Yong Ri Sa setelah datang ke Seoul bersama kakaknya meninggalkan segala kenangan dari tanah ke...