Maaf ya untuk pembaca setia 'SOUL IN SEOUL' atas lamanya update akhir-akhir ini. Dan terlebih lagi, juga tak menentu jadwal updatenya. Hal itu karena akhir-akhir ini ada masalah dengan laptop Author hingga harus berulang kalingetik dari awal lagi khususnya untuk part ini. Mohon maaf sebesar-besarnya atas ketidakberdayaan Author ini. Selamat membaca,.. 😘😉
Beberapa hari kemudian, di kelas 3-1 SMA Meongso telah tampak keseriusan siswa-siswi memperhatikan setiap penjelasan dari gurunya. Saat itu Guru Nam yang mengajar pelajaran kimia dengan semangat memberikan penjelasan di depan kelas. Pelajaran kimia memang tidak selalu diajarkan di laboratorium dan sesekali pengajarannya di kelas serta riset-riset keluar gedung yayasan. Tak jarang siswa-siswi diberikan tugas untuk meneliti tentang zat kimia apa saja yang ada disekitar rumah mereka, mengolahnya dan melakukan berbagai eksperimen didalamnya.
"Choi Moo Gak,.. Yong Ri Sa,.. setelah pelajaran ini selesai, kita bicara sebentar." Pinta Guru Nam yang berdiri dibalik meja guru.
Mendengar itu, Yong Ri Sa yang sedari tadi menundukkan kepalanya menghadap buku yang ada di mejanya langsung mengangkat kepala dan menganggukkan kepala tanda mengiyakan. Begitu pula dengan Choi Moo Gak yang sedari tadi menyalin tulisan yang ada di papan tulis, langsung mengalihkan perhatiannya.
Setelah pelajaran usai, Yong Ri Sa dan Choi Moo Gak langsung keluar mengikuti Guru Nam. Masih tak jauh dari ruang kelas 3-1, Yong Ri Sa pun bertanya sambil masih berjalan disamping Guru Nam. "Seonsaengnim, apa yang ingin anda bahas dengan kami? Kenapa hanya kami berdua?"
"Karena peringkat kalian. Banyak yang ingin saya bahas. Tentang lomba ilmiah, beasiswa perguruan tinggi dan masih banyak lagi. Salah satunya, termasuk kebiasaanmu yang tidak pernah mengikuti pelajaran kimia jika waktunya di lab." Jawab Guru Nam singkat dan terlihat menahan kemarahannya. Memang bukan tanpa alasan Guru Nam marah. Setiap kali jadwal di laboratorium, Yong Ri Sa selalu membolos dan bahkan sama sekali tak pernah menginjakkan kaki di laboratorium.
Mendengar itu, Yong Ri Sa langsung diam dan mengikuti langkah kaki Choi Moo Gak dan Guru Nam. Ia terus berjalan disamping mereka hingga mereka sampai di laboratorium kimia. Tiba-tiba kaki Ri Sa terhenti saat akan memasuki pintu. Tangannya mendadak gemetar dan keringat dingin pun sempat keluar dari keningnya. Ingatan tentang air keras yang disiramkan ke wajahnya saat berada di laboratorium masih melekat kuat dan menjadi trauma mendalam dalam dirinya.
"Kamu kenapa?" tanya Choi Moo Gak ketika melihat keanehan pada diri Yong Ri Sa.
"Joesonghamnida,.. saya harus pergi." Ucapnya diikuti langkah cepat ke balkon di lantai yang sama dan saat itu sedang tak ada orang di tempat itu.
Ketakutan, kesakitan, kepedihan dan rasa panas pada wajahnya tiba-tiba muncul kembali. Trauma itu otomatis mensugestikan pada dirinya untuk merasakan kembali pada detik-detik dia harus kehilangan wajah aslinya. Dia terduduk lemah di sudut pagar, gemetar ketakutan dan terus menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "ahhh,..!" desahnya berulang kali ketika ia seperti kembali merasakan kesakitan itu.
"Kamu kenapa?" tanya Choi Moo Gak baru sampai di balkon.
"Ka! Biarkan aku sendiri." Ucapnya yang masih gemetar dan berusaha mengatur nafasnya.
"Ri Sa-ya,.. gwaenchanh-a?" tanya Guru Nam.
Gemetar tangan, airmata dan keringat dingin telah menjawab pertanyaan Guru Nam tersebut. Saat itu Yong Ri Sa memang sedang tidak baik-baik saja. Trauma masa lalu yang tak diketahui orang lain kecuali kakaknya itu terus menghantui fikirannya. Ia terus gemetar ketakutan dan tanpa sadar menggenggam tangan Choi Moo Gak dengan sangat erat.
YOU ARE READING
Soul In Seoul
General Fiction--Seberapa banyak yang akan kamu dapatkan kelak tergantung seberapa banyak yang kamu korbankan dan kamu ikhlaskan hari ini.-- Kehidupan baru Lee Ri Sa / Yong Ri Sa setelah datang ke Seoul bersama kakaknya meninggalkan segala kenangan dari tanah ke...