#Part 18 (Pengkhianatnya Pengkhianat adalah Pahlawan)

54 11 5
                                    

Duduk di balik meja tinggi didepan ruang Direktur, pria berusia sekitar 26 tahun itu menunduk sambil terus fokus pada layar komputer yang ada didepannya. Rambut hitam lurus, kemeja biru muda dan tak ketinggalan jam tangan hitam bulat melingkari pergelangan tangan kirinya.

"Sekretaris Park,.." panggil seseorang yang membuatnya bergegas berdiri dari tempat duduknya.

"Ne, sajang-nim. (Ya, bos)" Spontannya ketika melihat Yong Ri Sa sudah berdiri didepan meja.

Yong Ri Sa tersenyum. "Sedang sibuk?" tanyanya.

"Animnida (tidak). Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sopan.

"Temani aku makan siang." Ajaknya.

Mendengar itu, Sekretaris Park mengernyitkan dahi dan melirik jam yang ada di pergelangan tangan kirinya yang menunjukkan pukul 4.10PM dan sontak membuatnya cukup terkejut. "Anda belum makan siang?"

Yong Ri Sa hanya mengangguk dan tersenyum tanda mengiyakan pertanyaan sekretarisnya.

Beberapa saat kemudian, Yong Ri Sa sudah duduk bersama dengan sekretaris Park di kafe yang ada di gedung Cessa Hotel, dengan meja bundar kecil sebagai pembatas mereka. Diatas meja itu juga sudah ada dua gelas kopi dan dua bungkus roti sandwich ukuran besar yang siap untuk mereka santap.

"Makanlah!" seru Yong Ri Sa sambil meraih sandwich yang ada didepannya.

Sekretaris Park tersenyum dan ikut meraih bagiannya.

"Sajang-nim,..--" ucapan Sekretaris Park terpotong oleh kata-kata Yong Ri Sa.

"Saat diluar pekerjaan, panggil saja dengan nama." Potongnya.

"ye?" spontannya karena saking terkejut.

Sekretaris Park menarik nafas dalam-dalam, "Yong Ri Sa-ssi,.. boleh saya bertanya?" ijinnya hati-hati.

Yong Ri Sa hanya menatap sekretaris Park dengan senyuman manisnya.

"Apa anda tidak marah ketika tiba-tiba harus datang kesini disaat anda seharusnya masih di sekolah seperti tadi?"

Sebelum menjawab, Yong Ri Sa tertawa kecil, "Sebelumnya memang cukup kesal, harus bolos dari jam pelajaran. Tapi berkat rapat yang dimajukan itu, saya tak perlu cari alasan lain untuk kabur dari lab kimia. Jadi hari ini saya telah terselamatkan." Menggigit sandwich yang ada di tangannya,

"Memangnya ada apa dengan lab kimia? Apa gurunya galak?" candanya sambil berusaha menahan tawa.

"Ani. Ada Trauma yang masih menghantuiku."

"Trauma?" gumamnya yang masih dapat didengar oleh Yong Ri Sa dan membuatnya hanya tersenyum.

"Yong Ri Sa-ssi,.. boleh saya tau berapa usia anda sebenarnya?"

"17. Wae-yo?" singkatnya.

"Animnida (tidak ada). Di usia anda yang masih sangat muda ini bagaimana bisa anda begitu berani menghadapi orang-orang besar di manajemen hotel? Dan bahkan sekarang anda terlihat telah mampu mencengkeramkan kuku anda kuat-kuat. Apa rahasianya?"

"Awalnya saya ragu untuk mengambil kesempatan sedini ini. Tapi waktu itu ada orang yang mengatakan, saya pasti mampu memegang kendali hanya dengan menggunakan otak saya. Dan akhirnya saya mencobanya seperti saat ini."

"Wahhh,.. jadi rumor tentang IQ anda itu benar? 193." Terkagum-kagum.

"IQ,.. Bakat,.. jadi tak ada artinya jika tidak dilatih. Meski itu hanya latihan kecil, rangsangan itu sangat perlu."

Soul In SeoulWhere stories live. Discover now