CHAPTER 14

599 22 0
                                    

Monica P.O.V

Aku terus membuntuti Wesley yang berjalan menuju ruang emergency. Aneh. Kenapa dia ke ruang emergency? Bukannya Holly dirawat di lantai atas ya? Seketika Wesley menoleh saat aku batuk. Namun, aku segera mengumpat dibalik tiang koridor. Wesley menghela nafasnya dan berjalan lagi. Aku membuntutinya lagi. Dan, sampai akhirnya Wesley berhenti di depan sebuah ruangan yang paling pojok. Ia membuka pintu dan masuk ke ruangan. Aku hanya bisa terdiam di belakang. Lalu, karena aku mulai penasaran, aku membuka pintu perlahan-lahan untuk mengintip.

"Holly?" aku keceplosan. Aku segera menutup mulutku. Mereka menoleh kearahku heran. Ternyata, yang berada di ranjang pasien bukan Holly. Melainkan, seorang nenek tua. Sepertinya, ia menjenguk neneknya. Aku merasa bersalah. Aku  pun segera berlari kabur namun terlambat. Wesley sudah menggapai tanganku dan memegangnya agar aku tidak bisa melarikan diri.

"Lo.. Buntutin gue?" ucapnya dengan nada heran.
"I..iya aku kira kamu jenguk Holly jadi.. A.. Aku juga heran kamu kok pulangnya cepat.. Dan.. Dan.." aku gugup mengatakannya.
"Monica, sebaiknya lo pulang aja. Itu nenek gue. Gue emang ngantuk, tapi gue tidurnya di sofa dekat ranjang nenek soalnya nenek kasihan gaada yang nemenin" ucapnya dengan lelah.
"Maafkan aku ya, Wesley. Udah buruk sangka sama kamu. Aku.. Pulang ya" ucapku mundur dan berlari ke pintu keluar. Tidak menyangka, bodohnya aku! Aku tidak percaya omongan pacar sendiri, pasti ia akan mengira kalau aku tidak percaya sama dia.

Wesley P.O.V

"Jangan ngebut-ngebut ya pulangnya. Bye, Monica!" teriakku dari belakang. Lalu, aku kembali ke ruangan nenek tua itu.

"Maaf bu, kayaknya saya salah kamar. Seharusnya kamar yang saya tuju di sebelah. Tapi terima kasih, berkat ibu saya tidak ketahuan kalau mau jenguk teman yang lain. Hehe" ucapku meminta maaf. Ya, aku sengaja salah kamar soalnya aku sudah tau dari awal. Mulai dari Mini Cooper yang membuntutiku dan suara batuk khas Monica yang terdengar. Syukurlah rencanaku berhasil. Aku pun berjalan menuju kamar Holly.

"Holly!" teriakku saat memasuki kamarnya.
"Wesley, Monica mana? Gak jenguk gue nih? Haha" ucapnya sambil tertawa mengejek.
"Apaan sih, Holly seharusnya lo tuh berterima kasih sama gue udah mau nemenin lo malem ini"
"Ups! Ups! Ups! Terima kasih Wesley!" ucapnya tertawa bahak-bahak. Terkadang, aku suka merasa senang kalau dia tertawa. Apalagi, pas lagi sakit gini. She's the strongest girl I've ever met. Sakit gini masih bisa ketawa. Aku sampai bingung mau ngomong apa lagi.

"Lu, gak tidur?" tanyaku sembari melihat ke jendela.
"Ah, gue lagi mikirin PR buat besok. Tapi, sejak gue sakit gini.. Gue gak bisa sekolah besok! Hehe.." ucapnya menggaruk-garuk kepala. Sepertinya ia sudah mengantuk.
"Lo udah ngantuk ya?"
"Hah? Waduk? Waduk mah deket sini gak ada! Emang mau ngapain sih?" ucapnya. Iya dia ngantuk pasti. Soalnya udah bolot banget. Haha.
"Ih, yaudah bye Holly! Sampai bertemu besok!" ucapku membuka pintu.
"Besok, gak usah jenguk ya" ucapnya dengan lelah
"Ke.. Kenapa?" Jangan-jangan dia marah sama aku? Gara-gara aku berbohong soal beli pulsa itu?
"Karena besok.. Gue bakalan di.." Lalu, ia menghela nafas panjang. "Bakalan di operasi" ucapnya. Aku langsung merasakan hal yang tidak enak. Khawatir. Cemas.
"Oh, good luck then!" ucapku keluar kamar. Aku jongkok depan kamarnya. Tidak bisa berkata-kata. Rasanya ingin sekali yang sakit tuh aku, bukan dia. Kalau misalnya operasi itu tidak berhasil, nyawa taruhannya. Aku yang seharusnya dioperasi! Aku yang seharusnya sakit! Aku yang seharusnya disiksa seperti itu! Bukan dia, dia hanyalah cewek baik dan ceria yang tidak berdosa sama sekali! Aku? Sudah mendorongnya, membohonginya dan mengganggunya. Besok aku akan memberitahu kabar ini ke Emily dan Aiden.

I Like Your HoodiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang