CHAPTER 5

1.3K 56 0
                                    

Holly P.O.V

Hari esok telah tiba, lagi lagi aku memusingkan soal yang kemarin. Aku jadi tidur gak tenang, makan gak tenang, main HP juga tidak senyaman dulu. Aku menjadi kepikiran. Tanpa ragu, aku memasukan pepper spray ke dalam tasku dan menuruni tangga untuk ke dapur. Di dapur sudah ada ibu yang menyediakan sarapan. Nasi dan telur ditambah ayam bakar yang kemarin tersisa.

"Mah, ayam nya masih enak tuh?"

"Still good. Ayo makan saja"

Aku hanya mengangguk dan melahapnya.

Sesudah itu aku langsung pergi ke sekolah pakai rok kotak-kotak agar terkesan sedang memakai school uniform dan baju atasan putih. Sebelum sekolah aku sempat berdandan sedikit, ya biasalah. Aku jadi ingin berdandan karena Emily.

Sesampai sekolah, semua tampak normal. Banyak anak anak hangout lagi dan seterusnya. Yang sekarang aku cari adalah Emily. Ya, kemana kah anak itu? Bukannya kemaren sebelum pulang sekolah ia sempet bilang mau nungguin? Baiklah kalau tidak ditungguin. Setidaknya aku sudah tahu kelasku dimana. Kali ini aku jalan melihat depan, melihat wajah-wajah orangnya. Agar aku tidak menabrak si cowok itu lagi. Dan aku sekarang sedang menghindarinya. Aku berjalan menuju lobby. Terlihat Emily sedang menaruh buku buku pelajaran ke dalam lokernya.

"Hey, yo Emily!" teriakku mendekatinya.

"Gue nyariin elo tau, Holly! Lo kemana aja sih? Jangan bilang baru nyampe? Lain kali cepetan dikit dong, mau bel tau. Kalau-"

Belum selesai Emily ngomong, udah bel aja. Benar, aku berati telat. Aku hanya tertawa dan mengajak Emily untuk ke kelas. Ia pun hanya memutar bola matanya seakan-akan males dan mengikutiku. Lalu saat aku berlari ke kelas, aku disenggol seorang laki-laki. Yang sepertinya aku kenal, matanya, hidungnya aku sangat kenal.

Ia adalah orang yang daritadi aku hindari. Wesley dan teman-temannya. Ugh, masa udah gue hindarin tetep ada sih. Sudahlah, deal with it.

"Ohh, jadi ini ya, den? Yang kemaren gak mau nganterin makanan ke rumah gue.. Lo pikir lo siapa hah?" Ia menyenggol Aiden dan menunjuk ke arahku.

Aku memberanikan diri untuk menjawab pertanyaannya. Toh kalau dia macem-macem aku bawa pepper spray.

"Gue bukan babu lo, dan lo belom kenal gue gakusah suruh-suruh gue deh!" Akhirnya semua kata-kata yang kupendam ini keluar semua.

Wajah dia memerah dan ia pun maju satu langkah mendekatiku dan mendorongku sampai aku terjatuh.

"Hey, im the leader, follow what I want! Gue tuh disini raja dari semua siswa disini! Dan lo, anak baru? Cih, belom juga seminggu udah bikin gue muak!" teriaknya. Teman-temannya pun hanya mengangguk kearahku dan menatapku seakan-akan aku makhluk paling menjijikan sedunia. Emily yang disebelahku langsung menjulurkan tangannya kearahku untuk membantuku bangun. Aku dengan cepat bangun dan merapihkan kotoran debu yang ada di celanaku.

"Thank you, Raja sudah membuatku kotor gini. Raja benar-benar hebat! Gue salut. But, bukan berati kalau lo raja, gue gak boleh melakukan apa yang gue mau kan? Memalukan ya, sekolah ini punya murid kayak lo. Gausah cemarin nama sekolah deh lo. Malu-maluin" Jleb. Aku bisa merasakan betapa malunya dia saat ku bicara seperti itu. Dia speechless. Lalu, aku berjalan dan menabrak bahunya sampai dia terdorong dan berjalan bersama Emily ke kelas. Toh, aku gak mau telat lagi ke kelas kayak kemarin. Cuma gara-gara berantem sama cowok brengsek itu. Merusak hidupku aja.

I Like Your HoodiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang