Chapter 5

14K 1.1K 20
                                    

Dion dan Bianca sudah tiba di Villa milik keluarga Wijaya, keluarga Dion. Kehadiran mereka di sambut oleh Bu Lidya (Bundanya Dion)

"Yon, lo gabilang kalo ada bokap-nyokap lo?" Bisik Bianca sembari berjalan menuju teras.

"Hahaha bairin, jailin lo kali-kali"

"Eh anak bunda, sama siapa ini?" Tanya Bunda Dion

"Bianca, Bun. Sahabat nyebelin yang suka nyusahin itu loh" jelas Dion. Bianca tersenyum singkat sambil menyikut rusuk Dion

"Apaan sih Lo, sakit tau" kata Dion

Setelah sampai di teras keduanya langsung salim, Bu Lidya memeluk kedua anak itu sebentar.

"Ayok pada masuk" ajak Bu Lidya

"Mba Rachel udah dateng, Bun?" Tanya Dion

"Masih di jalan. Mas-mu yang udah dateng sama istri dan anaknya" Jelas Bu Lidya.

Bianca bersikap formal sekali. Bisa-bisanya Dion ngajak gue ke kumpul keluarganya gini, semalem dia bilangnya liburan. Bangsat emang. Maki Bianca dalam hati

"Siapa yang dateng?" Tanya Pak Wijaya dari teras samping

"Ini, Yah. Al dateng sama temennya, Bianca" jelas Bu Lidya.

Lalu Bianca menghampiri Pak Wijaya dan mencium tangannya.

"Maaf yaa Om aku nimbrung, abis Dion bilangnya liburan. Kalo tau kumpul keluarga aku ga ikut deh." Kata Bianca

"Ya ampun, santai aja. Kalian kan juga lagi liburan kuliahnya. Bosen kan di Jakarta. Mending kesini" ujar Pak Wijaya.

"Bianca sekamar sama Al gapapa ya? Kamar di Villa cuma 4. Yang dua udah dibooking yang pada nikah, maaf ya sayaang" kata Bu Lidya.

Bianca agak shock mendengar akan sekamar bersama Dion. Shit men. Bisa-bisanya ini orang tua biarin anak laki-nya bobo sama cewe. Umpat Bianca

"Oh iya, gapapa tante. Maaf yaa ganggu. Aku dateng recokin banget yaa" kata Bianca

"Apaan sih lo, minta maaf mulu" kata Dion sembari menoyor kepala Bianca

"Al, gaboleh gitu ah" tegur Pa Wijaya

"Tunjukin kamarnya, Al. Biar bisa naro barang" kata Bu Lidya

"Oke, Bun" sahut Dion

"Al?? Emang lo anaknya Ahmad Dhani?" Tanya Bianca begitu mereka sudah berdua menuju kamar paling belakang.

"Nama tengah gue kan Alexander, dulu gue ngotot pengen dipanggil Alex biar keren. Eh semuanya jadi kebiasaan malah manggil Al" jelas Dion

Bianca hanya mangut-mangut mendengarnya.

Malam hari saat semua sudah kumpul. Ayah-Ibu. Mas Marlo - Mba Mutia dan anaknya Tatiana. Mba Rachel - Mas Niko dan dua anaknya Lark dan Aga. Lalu terakhir Dion dan Bianca.

Mereka semua berkumpul di teras belakang yang menghadap ke persawahan milik warga setempat. Api unggun yang dibuat oleh Mas Marlo dan Mas Niko menambah kehangatan semua keluarga ini.

"Kalo Bianca asli Bali yaa?" Tanya Mba Rachel

"Iya, Mba"

"Dimana Balinya?" Tanya Niko

"Di Jimbaran, Mas" jawab Bianca

"Katanya Bianca punya hotel, resot dan temen-temennya itu yaa?" Tanya Bu Lidya

"Iya Tante, peninggalan orang tua"

Keluarga Wijaya ternyata banyak tahu tentang Bianca, karena ternyata anak bungsunya, Dion. Rajin bercerita tentang Bianca.

"Boleh dong Ayah kalo ke Bali dapet gratisan nginep" kata Pa Wijaya dengan nada humor

"Boleh banget Om, bilang aja nanti ke Dion. Terus tinggal aku sampein kesana" Jawab Bianca dengan nada serius

"Becanda ahh" kata Pa Wijaya.

Suasana malam itu sangat tenang.

Lark, anak pertama Mba Rachel duduk di pangkuan Bianca. Bianca asik mendengar cerita Lark yang sudah duduk di bangku kelas 1 SD dan mulai les balet.

"Kalo lulus bakal pulang ke Bali, Bi? Apa gimana?" Tanya Mas Marlo

"Kayanya stay di Jakarta, Mas"

"Pengep tau di Jakarta, asikan Bali" sahut Mba Mutia

"Tapi di Bali aku gapunya temen hahaha" jawab Bianca, malu

"Mending gapunya temen, Bi. Dari pada punya temen tapi kaya Al" sambar Mas Marlo sambil menjitak kepala Dion.

Semuanya tertawa termasuk Dion

"Udah malem ini, Aga udah tidur. Aku bawa masuk dulu yaa" kata Mba Rachel

"Iyaa Tia juga ini" kemudian Mba Mutia menyusul Mba Rachel

Sisanya hanya mengobrol ngalor-ngidul

Tentang kerjaan, tentang politik ataupun update-an terbaru sidang kasus kopi sianida.

Sampai akhirnya Lark yang dipangku oleh Bianca menguap lalu tertidur pulas.

"Eh ini anak udah tidur yaa, sini deh di angkut" kata Mas Niko.

Kemudian Bianca menyerahkan Lark untuk di gendong oleh ayahnya ke kamar.

Satu-persatu mengantuk menyisakan Bianca, Dion, Pa Wijaya dan Mas Marlo.

Pa Wijaya lalu menceritakan pengalamannya menjadi chef executive di beberapa hotel terkenal di Jakarta, dan ternyata ada salah satu hotel milik keluarga Bianca

"Oh jadi papa kamu itu Daniel Sambadha?" Tanya Pa Wijaya

"Iyaa, Om" jawab Bianca

"Ya ampun. Ga nyangka ya dulu pernah kenal sama papanya sekarang bisa ngobrol-ngobrol sama anaknya" kata Pa Wijaya

"Dunia sempit, Yah" sahut Dion

"Anaknya Boss Ayah nih berarti, Bianca" kata Pa Wijaya

Lalu Mas Marlo dan Dion tertawa.

"Mas, Tatia rewel nih, pengen sama kamu" kata Mba Mutia tiba-tiba.

"Okee, pamit yaa semua. Duluan nih maaf" kata Mas Marlo

"Iyaa, urusin tuh anakmu" kata Pa Lukman

"Om sempet kenal deket sama Papa?" Tanya Bianca tiba-tiba.

Bianca dari dulu tidak pernah dekat dengan keluarganya. Mereka semua sibuk. Hari-hari Bianca hanya bersama Tiffany dan Bi Yanti (ART di rumah Bianca)

"Lumayan lah sebatas atasan sama karyawan. Tapi untuk ukuran Boss, Papamu baik banget" jawab Pa Wijaya

Bianca tersenyum. Ia lega, setidaknya walau sangat jarang berada dirumah, citra Papanya selalu baik di mata orang-orang yang mengenalnya.

Tbc

Dont forget to vote and comment. Thankyou

BFF [COMPLETED] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang