Chapter 13

13.2K 1K 8
                                    

Bianca berhasil merayu Bi Yanti untuk menemaninya di Singapore. Bianca mendapat promosi, menjadi manager pemasaran untuk perusahaannya tapi cabang singapore.

Setelah membocorkan kalau ia hamil, akhirnya Bi Yanti mau ikut dengannya. Awalnya Bi Yanti takut, takut dianggap TKW. Namun Bianca berhasil meyakinkannya.

Sudah lebih dari 3 bulan Bianca tinggal di Singapore, dan minggu depan ia sudah mulai cuti hamil.

Pak Marcell, Boss barunya agak kaget waktu tahu Bianca belum menikah, tapi memahami. Bianca merasa beruntung tinggal di negara yang tidak suka bergossip.

***

Waktu berlalu dengan cepat. Anak laki-laki Bianca sudah menginjak usia 1 tahun.
Selama ini, Bi Yanti membantu Bianca mengurus Evan.

Bianca memberi anaknya nama Evan. Evan Wijaya Sambadha. Ia merasa perlu menyisipkan nama keluarga ayah anaknya. Namun tidak mau anaknya memiliki marga ayahnya di belakang. Jadi Bianca meletakan marganya untuk di sandang anaknya.

***

Bianca sedang mengurus kerjaannya di ruangannya saat ruangannya di ketuk.

"Masuk" seru Bianca

"Ngapain, Lo? Kerja mulu" ujar Lark. Teman Bianca disini. Saat pertama kenal Bianca agak kaget, nama Lark mengingatkannya pada keponakan Dion.

"Masih banyak kerjaan gue" jawab Bianca.

"Eh entar sore ada party di rooftop. Nyambut Boss baru, yang gantiin Pa Marcell" ujar Lark

"Eh hari ini? Gue kira besok" sahut Bianca

"Mangkanya fokus, Bi"

"Bisa gue skip ga? Gue mending balik dah maen sama anak gue" kata Bianca

"Gabisa, lagian gabakal nyesel. Ganteng Pa Alo. Aseli deh, single lagi" kata Lark

"Kapok ah nyari pacar, pas gue cerita gue udah punya anak langsung kabur"

"Ya elo, kencan pertama langsung cerita anak" seru Lark

"Jujur itu baikkkk" balas Bianca

"Skip dulu sampe kencan ketiga. Biar dia sayang sama lo dulu. Baru kasih tau udah punya anak. Kan dia mau kabur juga mikir. Wong udah sayang" kata Lark memberi ide

"Duh gilee, ngejebak orang dong gue" sahut Bianca

"Yaa gapapa laah"

Bianca tak menanggapi Lark lebih jauh. Ia sudah mengambil keputusan bahwa ia tidak memikirkan urusan pacaran dulu. Apalagi selangkangan. Urusan anak nomor wahid sekarang.

Sudah pukul 4 sore. Semua karyawan penting naik ke rooftop untuk menyambut Boss baru.

Bianca, Lark dan Rossa berjalan bersama menuju rooftop.

Rooftop yang biasanya hanya untuk tempat bersantai, sudah dirubah menjadi seperti cafe. Layak untuk dijadikan tempat pesta penyambutan Boss baru.

Pa Marcell sudah hadir, ini juga semacam farewell party untuknya.

Setelah Pa Marcell menyampaikan pidato singkatnya, ia memperkenalkan penggantinya. Alejandro Dewanata. Tapi ia lebih suka di sapa Alo.

Alo tergolong masih muda. Berumur 28 tahun, dan sudah bisa memimpin perusahaan. Masih lajang. Penampilannya sangat casual. Wajahnya tampan dihiasi brewok tipis yang menutupi rahang kerasnya. Tubuhnya tinggi. Berisi dan agak kekar.

Bianca, Lark dan Rossa dihampiri oleh Pa Alo. Berjabat tangan, berkenalan singkat lalu Pa Alo pergi mengider ke teman-teman yang lain.

Setelah selesai farewell party, Bianca langsung pulang. Ia langsung di sambut oleh Bi Yanti

"Evan mana, Bi?" Tanya Bianca

"Tidur, Neng. Inikan udah malem" jawab Bi Yanti.

"Maaf ya Bi, pulang telat. Ada acara dulu"

"Gapapa, Neng. Neng kebanyakan kerja. Ngurus anak. Sekali-kali main gapapa" seru Bi Yanti.

"Yaudah, Bi. Aku liat Evan dulu abis itu mandi"

***

"Gimana? Kamu udah cari informasi soal Bianca?" Tanya Mas Marlo

"Belum, Mas. Temen-temenku pada gatau" jawab Dion pasrah

"Tanggung jawab kamu loh itu, Al" kata Mas Marlo

"Tau, Mas. Cuma kalo yang mau ditanggungjawabin-nya ga ada kan aku pusing" sahut Dion

"Cari sampe ketemu, buat saat ini Mas masih bisa keep rahasia kamu. Tapi kalo udah lewat 2 taun. Terpaksa harus kasih tau ayah sama bunda"

"Ko gitu mas?" Ujar Dion. Protes

"Yaa antisipasi. Kan bahaya kalo ayah bunda mendadak tau. Kamu mau orang tua kamu jantungan?" Tanya Mas Marlo, kesal

"Iya. Mas. Iyaa"

"Yaudah. Mas mampir apartment-mu cuma mau bilang itu doang. Soalnya Mas ikutan kepikiran juga"

Dion hanya mengangguk

"Eh, toilet dong"

"Kamar aku aja mas" sahut Dion. Sambil menunjuk pintu kamarnya.

Tak berapa lama kemudian Mas Marlo kembali

"Itu apaan? Fucking rapist?" Tanya Mas Marlo

"Kenang-kenangan. Dari Bianca" jawab Dion Asal

Mas Marlo hanya menggeleng-gelengkan kepala lalu berjalan keluar

"Tanggung jawab, inget" katanya sebelum menutup pintu.

Hampir 2 tahun Dion kehilangan jejak Bianca. Gila Bianca! Dia bener-benet tahu cara menyembunyikan diri dengan baik. Bikin gue stress.

Dion menyambar botol San Miguel dari mini bar miliknya. Lalu minum di balkon. Sejak Bianca pergi. Ga ada hari tanpa minum Bir.

'I'm just a lost boy, Bi. I miss you' bisik Dion kepada angin malam.

TBC

Dont forget to vote and comment. Thankyou

BFF [COMPLETED] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang