Chapter 12

13.9K 1K 5
                                    

Hari-hari Dion terasa suram. Ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Sudah hampir 5 bulan Bianca menghilang, atau mungkin sengaja menghindarinya.

Dion benar-benar menyesal atas apa yang ia lakukan pada sahabatnya itu. Ingin sekali ia meminta maaf secara langsung. Namun Bianca benar-benar susah dicari.

Saat ini Dion sedang berada di kamarnya, memandang coretan yang ditinggalkan Bianca di dinding kamarnya. Sengaja Dion tidak menghapusnya. Pengingat kalau yang ia lakukan ke Bianca adalah nyata adanya.

Ponsel Dion berdering

Andreas calling

"Kenapa Dre?" Kata Dion menjawab panggilan itu

"Malem ini ikut yuu, anak kampus dulu pada ikut loh. Kumpul kita, reuni kecil-kecilan" jelas Andre

"Siapa aja?" Tanya Dion

"Icha, Tomi, Fachri, Melinda. Terus katanya Melinda juga mau ajak Bianca. Banyak deh 20 orang ada" jawab Andre

Begitu mendengar nama Bianca disebut. Jantung Dion berdetak kencang sekalo

"Oke gue ikut. Wa aja dimana tempatnya" seru Dion.

Lalu Dion memutuskan sambungan teleponnya. Kalau malem ini Bianca dateng, gue harus selesaiin semuanya sama Bianca. Kata Dion dalam hati

Pukul 7 malam Dion sudah sampai di Restoran MoonLight yang dimaksud Andre.

Sudah ada beberapa orang yang hadir, Dion ikut bergabung bersama mereka semua, namun sosok Bianca belum hadir. Sampai makan malam terhidang di meja, Bianca tak jua muncul.

"Yon, Bianca mana? Susah gitu sih di hubungin" kata Icha tiba-tiba.

"Eh gatau, dia lagi ngambek sama gue" ujar Dion.

"Eh pada tau ga Bianca hamil?" Kata Vero, ikut nimbrung.

Seketika Dion langsung shock.

"Kata siapa lo?" Tanya Dion, penasaran

"Gue ketemu dia minggu lalu di cafe HYDE. Perutnya buncit, gue tanya udah 19 minggu apa berapa gitu lupa gue. Pas tanya siapa bapaknya dia malah nyengir. Kan sableng" jelas Vero.

shit. Itu pasti anak gue. Gue gapake kondom waktu tidurin dia. Gue tau banget Bianca kalo ML pasti pake kondom. Anjir. Mati gue. Umpat Dion dalam hati

"Kalo 19 minggu kira-kira berapa bulan?" Tanya Fachri

"Emm kayanya 4 bulan lebih deh" jawab Icha

"4 bulan yang lalu Bianca pacarnya siapa, Yon? Kayanya gue ga denger dia pacaran setelah putus sama Vino" tanya Andre pada Dion

"Duh gatau gue, ga inget" jawab Dion.

Jelas-jelas Dion sendiri yang menghamili sahabatnya. Shit. Gue harus secepetnya ketemu Bianca. Batin Dion

"Lo tau tempat tinggal barunya, Ver? Dia pindah apart ga bilang-bilang abisnya" tanya Dion

"Duh gatau, orang ketemu gue aja cerita-cerita cuma bentar. Katanya dia pindah kerja ke luar negeri" jawab Vero

Luar negeri? Gila aja Bianca. Dia kemana coba. Kata Dion dalam hati

Pertemuan hari ini lancar-lancar saja. Topik utama obrolan adalah absennya Bianca dan isu seputar kehamilannya. Membuat Dion uring-uringan setengah mati.

Mas Niko calling

Ponsel Dion bergetar ketika ia hendak tidur.

"Kenapa, Mas?"

"Bunda sakit, minta kamu pulang ke Bandung. Mas udah urus izin kamu. Besok ke Bandung, ya" kata Mas Niko

"Sakit apa, Mas?"

"Biasa, Asem Urat sama gatau ngeluh pusing kata Mba Rachel. Mba Rachel udah di Bandung" jelas Mas Niko.

"Yaudah malem ini aja aku pulang" kata Dion

"Oke, hati-hati. Dek"

"Iya, Mas. Makasih infonya"

Dion mematikan sambungan teleponnya.

Kepala Dion serasa mau pecah. Beberapa jam yang lalu ia dapat kabar kalau Bianca hamil. Sekarang Bundanya sakit.

Dion mencoba menenangkan diri sebentar sebelum akhirnya menyambar kunci mobil.

Ia menyetir dengan kecepatan standart. Kepalanya sudah terlalu berat untuk kebut-kebutan. Lagi pula, ia mengantuk parah.

Sesampainya di rumah orang tuanya yang di Bandung. Dion langsung masuk dan mencari Bundanya.

Bu Lidya sudah tidur. Pa wijaya tidur di sampingnya.

"Besok aja kalau mau ke Bunda. Lagi tidur jangan di ganggu" kata Mas Marlo

Dion hanya mengangguk lalu duduk di teras belakang.

"Kamu kenapa? Kaya banyak masalah gitu, Al?" Tanya Mas Marlo

"Keliatan emang, Mas?" Tanya Dion

"Keliatan jelas, cerita gih"

"Aku ngehamilin Bianca" kata Dion langsung

Mas Marlo kaget setengah mati

"Serius kamu? Katanya temen tapi kok kamu tidurin?" Tanya Mas Marlo

"Aku lagi mabuk waktu itu, aku ga inget jelas. Yang aku inget seem like I raped her"

"Kamu gilaaa?" Hanya itu respon Mas Marlo

"Aku tau, aku gila. Sumpah Mas aku ga gatau harus apa ini" jelas Dion

"Dia nuntut kamu? Udah berapa bulan?"

"Aku ngarep dia nuntut aku tanggung jawab Mas. Tapi engga, dia ngilang. Aku bingung"

"Bisa gitu... berapa bulan?"

"Lebih kurang 5 bulan Mas" jawab Dion

"Gilaaa, Dion Alexander Wijaya!!!! Itu udah hamil gede Al"

"Aku tau, mas. Bingung aku"

"Kamu selesaiin. Gimana caranya. Ayah Bunda jangan tau dulu. Entar Ayah kepikiran terus Bunda makin sakit" kata Mas Marlo. Dion hanya mengangguk

"Udah tidur sana, udah pukul 2 ini" kata Mas Marlo

Dion berjalan ke arah kamarnya. Tertunduk lesu.

Ia merebahkan diri dikasurnya, dingin. Sudah lama Dion tidak pulang ke Bandung.

Dion masih berusaha mengingat kejadian terakhirnya bersama Bianca. Dion sendiri bingung bagaimana Bianca bisa menjemputnya, yang ia tahu panggilan terakhir telfonnya memang nomor Bianca.

Yang Dion ingat jelas dari malam itu adalah jeritan Bianca. Ia mengingat betul, dan yang paling ia ingat adalah saat ia klimaks. Ia tak pernah merasakan klimas se-dahsyat itu bersama perempuan lain. Hanya kali itu, bersama Bianca.

Sampai saat ini, Dion merekam moment itu dalam ingatannya. Tak ingin moment itu memudar dari ingatannya. Bahkan, sejak terakhir bersama Bianca. Ia belum pernah berhubungan sexual lagi....

TBC

Dont forget to vote and comment. Thankyou

BFF [COMPLETED] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang