Chapter 10

15K 1K 7
                                    

Melupakan kekesalannya pada Dion, Bianca menyambar kunci mobilnya lalu turun ke parkiran.

Jalanan tidak macet, jadi hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai ke Lucy. Dan Bianca menemukan Dion duduk di kursi bar, sendirian. Masih lengkap dengan jas-dasi, sepertinya ia pulang kerja langsung kemari.

Di depan Dion terdapat selusin gelas kosong. Bianca terbelalak melihatnya 'gila ini anak. Udah segini banyak masih sadar aja'

Bianca menepuk punggung Dion. Dion hanya tersenyum melihatnya. Terlihat sekali bahwa ia sudah sangat mabuk. Matanya bahkan hanya terlihat segaris.

"Close bill, mas" kata Bianca

"Apaan sih lo, gue masih mau minum"

"Lo udah teler, Yon. Gila ya lo" kata Bianca.

Bartender datang lalu memberi tagihan pada Bianca. 'Sarap ni anak, minun doang hampir 5 juta' umpat Bianca begitu melihat nominalnya.

Bianca langsung mengeluarkan credit card miliknya lalu menyerahkannya kepada bartender.

Setelah menyelesaikan pembayaran Bianca memapah Dion menuju mobilnya.

"Kita kemana nih?" Tanya Bianca

"Apart gue aja. Gue ngantuk" kata Dion

"Oke" jawab Bianca

"Ko lo bisa jemput gue?" Tanya Dion setengah sadar

"Berisik lo udah tidur aja"

Bianca segera mengarahkan mobilnya ke arah apartment Dion. Setelah sampai Binca lalu memapah Dion sampai atas, membawanya ke kamar pribadi milik Dion.

Bianca terkejut melihat isi kamar Dion. Dia kira kamarnya akan banyak coretan di dinding, karena setaunya Dion sangat menyukai graffiti. Namun dinding kamarnya polos. Sangat tenang dan sangat nyaman. Hanya ada satu foto yang terpajang di dinding. Foto Bianca dan Dion. Lalu foto keluarga Dion terpajang di meja belajar milik Dion.

Dengan susah payah, Bianca merebahkan tubuh Dion di kasurnya. Melepas sepatu milik Dion, lalu membetulkan posisi selimut. Saat Bianca hendak pergi, tangan Dion menahannya.

"Temenin gue Bi, gue butuh di temenin" pinta Dion.

Tanpa bertanya lebih jauh, Bianca duduk di pinggiran kasur. Ia tahu, pasti masalah sama Alvi. 3 tahun lalu pun kejadiannya sama seperti ini, saat Alvi memutuskan menikah.

"Tidur Bi, di samping gue" Pinta Dion sembari menggeser posisi tidurnya.

Tanpa banyak berkata Bianca merebahkan diri di samping Dion.

"Bi?" Panggil Dion

"hmmm, kenapa?" Jawab Bianca

"Boleh peluk lo ga?" Tanya Dion.

Bianca menoleh ke arah sahabatnya itu, matanya sangat merah. Mukanya kusut, terlihat sekali banyak pikiran. Bianca akhirnya merubah posisinya jadi menyamping menghadap Dion.

Langsung saja Dion memeluk Bianca. Ini pelukan mereka pertama kali. Sebelum-sebelumnya, mereka tak pernah bersentuhan fisik.

Bianca melingkarkan lengannya, memeluk balik Dion.

"Sabar yaa, apapun masalah lo gue disini ko" bisik Bianca.

Tanpa aba-aba, Dion mendaratkan bibirnya di bibir penuh milik Bianca.

Bianca shock bukan main sehingga bingung harus merespon apa. Setelah agak sadar, Bianca menarik dirinya.

Namun tanpa di duga, Dion segera menindih tubuhnya.

"Shit, Yon. Apaan sih" seru Bianca memberontak, namun tenaga Dion tetap lebih kuat meskipun sedang mabuk.

Dion mencengkram kedua tangan Bianca dengan satu tangan. Lalu tangannya yang lain melepas dasi yang ia kenakan.

Dengan mudah Dion mengikat kedua lengan Bianca menggunakan dasi ke tiang kasur.

"Shit!! Dion lo mau ngapain!!!" Jerit Bianca

Namun Dion seperti tidak mempedulikan Bianca, ia malah mencium bibir Bianca dengan bringas.

Bianca tersendak, jeritannya tertahan karena bibir Dion yang memaksa menciumnya.

Ciuman Dion beralih ke leher Bianca. Kembali Bianca menjerit, meminta Dion sadar dan berhenti. Lagi-lagi, Dion mengabaikan jeritan Bianca.

Dengan kasar Dion membuka kancing kemeja Bianca satu-per-satu. Memperlihatkan tubuh Bianca yang saat ini hanya tertutup bra berwarna putih

"Dion, stop Dion!! Please" pinta Bianca.

Namun Dion malah membuka kaitan bra milik Bianca dan menyingkapnya hingga payudara Bianca yang besar terpampang jelas di hadapan Dion.

"Shit, Bi. Lo cantik banget" seru Dion, suaranya terdengar mabuk.

Seketika Dion membenamkan wajahnya di payudara Bianca, mengecup kedua gundukan besar milik Bianca. Dion menghisap payudara sebelah kiri dan tangannya memainkan payudara yang kanan.

"Dion!!! Lo lagi mabok, Yon. Please. Lo berenti sekarang gue maafin ko" kata Bianca.

Namun, Dion tetap tak menghiraukannya. Malah sekarang ia berusaha membuka celana Bianca

"Yon, lo gila Yon. Stop please, Stoppp!!!!" Bianca sudah hampir kehabisan suara karena menjerit

Setelah celana Bianca terlepas. Dion kembali naik ke atas tubuh Bianca. Dengan cepat membuka semua pakaian yang ia kenakan.

Lalu mendaratkan bibirnya di bibir milik Bianca.

Bianca mulai menangis, ia tak menyangka sahabatnya sendiri seperti ini.

"Yon please, Yon. Stop!!" Seru Bianca disela-sela tangisannya, namun tetap tak di hiraukan oleh Dion.

Dion malah memainkan kedua payudara milik Bianca, sesekali menciumnya. Meninggalkan jejak merah di sekitar puting. Lalu kembali mencium bibir Bianca, beralih ke leher dan meninggalkan jejak juga disana.

"Dion, please. Stop!" Seru Bianca. Parau. Ia sepertinya sudah kehilangan setengah tenaganya.

Lalu, Dion memposisikan miliknya di depan milik Bianca. Harus di akui bahwa milik Dion sangat besar dan Bianca belum pernah making love dengan ukuran sebesar itu.

Mengetahui apa yang sebentar lagi akan di lakukan Dion, Bianca kembali menangis.

Dion meredam tangisan Bianca dengan mencium bibirnya. Lalu dengan sekali hentakan, memasukan miliknya ke milik Bianca.

Bianca menjerit sejadi-jadinya, dengan sisa tenaga yang ia miliki.

"Ohh shit. Bi. Punya lo sempit banget. Enak bangeeet" desah Dion diantara jerit tangis Bianca.

Kemudian, Dion mulai memompa. Bianca hanya memejamkan matanya. Menahan air matanya sementata Dion bergerak dengan diiringi desahannya sendiri.

'Shit. Yon. Lo bukan sahabat gue. Anjing lo. Make temen lo sendiri' umpat Bianca dalam hati

Dion fokus dengan tubuh Bianca. Menggerak-gerakkan miliknya dalam milik Bianca. Mencari kepuasannya sendiri.

Kemudian Dion mempercepat gerakannya, tanda bahwa ia akan mencapai klimaks.

"Ahhh shit. Bi" desah Dion, kemudian ia merebahkan tubuhnya di atas tubuh Bianca. Membiarkan miliknya tetap berada dalam milik Bianca

"Anjing, lo!!" Maki Bianca dalam hati

TBC

Dont forget to vote and comment. Thankyou

BFF [COMPLETED] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang