Bianca dan Dion telah menyelesaikan kuliahnya. 2 bulan yang lalu mereka sudah di wisuda.
Bianca menjadi marketer di sebuah perusahaan swasta. Sedangkan Dion bekerja di kantor milik Mas Niko. Meski begitu keduanya tetap sering bertemu.
Saat ini mereka sedang makan malam di The Edge.
"Gilaa atasan gue, sarap" keluh Bianca
"Kenapa?" Tanya Dion
"Sok nge boss banget. Kalo rapat janjian jam 9 dia dengan santai dateng jam 10. Terus kalo lagi rapat sama Boss besar on time banget, malah awal datengnya terus ngomel-ngomel ke bawahan yang datengnya setelah dia. Jijay gue" cerita Bianca
"Di setiap kantor pasti ada ko yang gitu" kata Dion
"Kalo di kantor lo, pasti elo yaa yang kaya gitu?" Ledek Bianca
"Hahaha lucu lo" kata Dion tanpa tertawa sedikit pun.
Kemudian jeda. Hening sesaat saat mereka menyantap makan malam yang barusan disajikan.
"Dua minggu lagi lo ulang tahun. Mau kado apa?" Tanya Dion
Bianca tersentak kaget. Baru kali ini Dion bertanya seperti ini.
"Tunbenan lo, biasanya kaga inget"
"Bawel lo, mau apa?" Tanya Dion
"Yang gue lagi mau banget?" Tanya Bianca
"Iyaa, apaan dah?"
"Range Rover" jawab Bianca sambil tersenyum.
"Sableng! Itu mah lo beli aja sendiri. Duit lo lebih banyak dari gue" kata Dion
"Eh tapi gue emang pengen ganti mobil sih, menurut lu apa ya yang bagus?" Tanya Bianca
"Emang Harrier lo kenapa dah? Sehat-sehat gitu juga"
"Ga kenapa-kenapa sih. Pengen beli aja" jawab Bianca
"Beli baru jadi 2 apa yang Harrier mau lo jual?" Tanya Dion
"Beli baru kayanya"
"Kalo mau beli baru jangan Range Rover lah. Beli mobil yang ukurannya kecil aja. Jadi imut kalo di bawa"
"Yaelah kalo gue yang bawa mah Jeep aja tetep imut ko" kata Bianca
"Anjis deh. Terserah lo aja" kata Dion
"Terus saran lo apa?" Tanya Bianca
"Toyota Crown. Udah mantep tuh"
"Gilaa itu mah mobilnya mentri-mentri kita" jawab Bianca
"So? Pilihan yang keren kan berarti" sahut Dion.
Keduanya kembali hening.
"Beberapa waktu ini, Alvi sering ke apart gue" kata Dion tiba-tiba
"Ngapain? Dia masih ribut sama laki-nya?" Tanya Bianca
"Complicated. Dia bilang udah ga sayang sama suaminya. Tapi masih mikir-mikir mau cerai apa engga. Suaminya gamau cerai. Alesannya anak. Ga ngerti lah gue"
"Lo having sex sama dia?" Tanya Bianca
"Anjis lah pertanyaan lo, gitu amat"
"Jawab!" Tuntut Bianca
"Iyaaa"
"Sejak kapan?" Tanya Bianca
"7bulanan yang lalu lah, dan rutin sampe detik ini. Tiap minggu" jawab Dion
"Anjir, udah ga sehat itu, Yon. Gue tau lo sayang banget sama Alvi. Tapi please, jangan diterusin. Biarin dia selama seminggu, atau dua minggu sama suaminya. Suruh dia pilih lo apa suaminya" ujar Bianca
"Gue gabisa. Gue takut kalo hasilnya dia malah milih suaminya"
"Ko gue baru tau yaa, sahabat gue yang satu ini pengecut parah" kata Bianca.
Dion langsung menatap mata Bianca dengan tajam. Bianca membalas tatapannya, lebih tajam. Yakin bahwa omongannya benar. Dion mengalah, ia membuang mukanya ke samping, mengamati jalanan yang sudah tidak padat. Dion mengambil dua lembar uang seratusan dari dompetnya, meletakan di meja, lalu keluar tanpa sepatah katapun.
Bianca yang ditinggal hanya tersenyum. Ia masih yakin perbuatannya benar. Sesaat kemudian ia memanggil waiters lalu membayar makanan mereka berdua, lalu pulang ke apartment nya.
***
Sudah hampir 2 minggu sejak pertemuan terakhir Bianca dengan Dion. Besok Bianca ulang tahun, akan mengadakan party di Ballroom Hotelnya yang di Jakarta dan ingin mengundang Dion. Namun Dion tidak mengangkat telfon Bianca. Puluhan kali Bianca menelfon hasilnya sama.
Bianca sendiri enggan mengirim pesan permohonan maaf atau apa. Gue gasalah, ngapain juga minta maaf. Dion aja yang terlalu culun. Kata Bianca dalam hati.
Akhirnya pesta ulang tahun Bianca tetap terselenggara dan tetap ramai meski tanpa Dion. Pestanya di hadiri oleh teman-teman kuliah Bianca dan segelintir rekan kerjanya di kantor.
"Dion mana? Tumben ga keliatan" tanya Andre. Teman Dion
"Lagi ngambek dia ke gue" jawab Bianca santai.
"Ada-ada aja lo berdua" sahut Andre
**
Meninggalkan kemeriahan pesta ulang tahun Bianca yang sudah selesai dari dua hari yang lalu. Bianca tak berusaha menghubungi Dion lagi.
'Entar juga kalo butuh nelfon' kata Bianca pada diri sendiri.
Hari-hari terlewati tanpa ada kabar dari Dion. Sampai pada akhirnya, kurang lebih satu bulan sejak pertemuan terakhir mereka. Ponsel Bianca berdering.
Dion Ganteng Calling...
Bianca sempat ragu ingin mengangkatnya, ini sudah pukul 11 malam. Ia sudah mengantuk.
Meninggalkan egonya. Akhirnya Bianca menjawab panggilan telfon tersebut.
"Hallo"
"Hallo, kenal yang punya nomer ini?"
"Iya, saya temennya. Kenapa?" Tanya Bianca. Agak panik
"Mas yang punya henfon ini mabuk, saya nelfon panggilan daruratnya nomor mba" jelas lawan biacara Bianca
"Oh iya mas, Dia dimana ya? Biar saya jemput"
"Di Lucy In The Sky, mba"
"Saya kesana" sahut Bianca
Kemudian sambungan telfonnya terputus.
'Kampret banget itu anak. Marah sama gue sebulan, nelfon lagi mabuk. Brengsek! Nyusahin. Gerutu Bianca
TBC
Dont forget to vote and comment. Thankyou
KAMU SEDANG MEMBACA
BFF [COMPLETED] ✔
RomanceDi private random untuk adegan 18+ | be wise || [COMPLETED] Katanya cewe sama cowo ga ditakdirin buat jadi sahabat. Hahaha I break the rule, buktinya adalah gue sama Bianca - Dion Yang gue harapkan dari hubungan ini adalah: gue bisa selamanya gila-g...