Chapter 6

14K 1.1K 7
                                    

Hanya tinggal Bianca dan Dion yang berada di depan api unggun. Mereka sedari tadi hanya diam memandang langit yang bertaburan bintang.

"Kita disini sampe kapan?" Tanya Bianca memecah keheningan

"Kalo seminggu gimana?" Dion menjawab pertanyaan Bianca dengan pertanyaan lagi

"Kelamaan, Yon. Gaenak gue"

"Santai aja, orang tua gue nyantai, kakak-kakak gue nyantai. Kita emang sering gini, kumpul tiap 2 bulan. Kaloga disini ya di rumah Bokap-Nyokap di Bandung" jelas Dion

"Emang tiap kumpul gini lo suka bawa temen juga?" Tanya Bianca

"Kaga. Gue ngajak lo biar lo kaga stress aja. Kan lo abis putus sama Vino. Nah mending disini maen sama ponakan-ponakan gue" jawab Dion

"Thanks yaa" kata Bianca

"Yoi. Eh kemaren tuh gue mau cerita juga tauk"

"Apaan?"

"Lanjutan kenapa gue ga nembak Mona"

"Iyaa, apaan?" Tanya Bianca

"Di kamar aja yu, dingin lama-lama disini" ajak Dion

"Idihhh, nada lo kek ngajak istri" kata Bianca sembari tertawa

"Yee kampret seriusan gue" kata Dion. Sembari bangkit lalu mengambil karung goni pojokan.

Dion mematikan api unggun lalu masuk ke dalam, setelah Bianca masuk baru Dion mengunci pintu lalu menutup gordyn.

Bianca berjalan duluan ke kamar diikuti Dion dibelakangnya.

"Gue di pojok yaa" kata Bianca. Memilih posisi tidurnya

"Iyaa" sahut Dion.

Bianca masuk ke kamar mandi yang tersedia di kamar ini. Mencuci muka dan menyikat giginya. Setelah itu gantian Dion. Bianca naik ke kasur. Menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dari angin malam yang berhembus.

Beberapa saat kemudian Dion keluar, ia bahkan sudah mengganti baju dengan kaus oblong dan boxer tipis, lalu naik juga ke kasur.

"Duaan dong selimutnya" pinta Dion

"Emang ga ada 2 ya?" Tanya Bianca

"Tau deh emak gue"

"Yaudah" kata Bianca sambil membuka selimutnya. Dion merayap masuk kedalamnya.

Posisi tidur mereka berdua kini di tengah menghadap langit-langit kamar, karena keduanya harus berbagi selimut.

"Orang tua lo ko biarin gini sih lo sama gue?" Tanya Bianca

"Mereka mah orangnya asik. Lagian mereka percaya anaknya lelaki baek-baek" jawab Dion

"Baek-baek dari Hanoi" kata Bianca

"Eh gue mau lanjutin cerita nih"

"Iya apaan?" Tanya Bianca

"Alvi, dia chat gue lagi"

"Serius lo?"

"Iyaa Bi, masa iya gue becanda" kata Dion

"Lo bales tuh?" Tanya Bianca, ia mendadak antusias mendengar cerita Dion

"Ya iya lah gue bales. Gila aja chat itu anak ga gue bales" jawab Dion

"Yon, dia udah punya suami. Udah punya anak juga kan? Dia nikah udah 2 tahun lalu. Lo masih belom move on?" Tanya Bianca

"Ga ngerti deh gue perkara move on apa belom. Lo tau gue sayang banget sama dia, Bi" jelas Dion

"Dia chat lo dalam rangka apa?" Tanya Bianca

"Ribut katanya sama suaminya, minta gue temenin dia minum" kata Dion

"Lo temenin tuh?"

"Iyalaah. Dia sempet nginep di apart gue. Gue yang bawa dia gegara dia udah mabok parah. Kalo gue anter kerumahnya entar masalah. Jadi gue bawa aja ke apart"

"Gilaaa lo, Yon. Ini kejadian kapan sih? Ko lo baru bilang sama gue"

"Seminggu yang lalu. Lo lagi mesra-mesranya sama Vino. Tadinya gue mau bawa ke apart lo. Cuma lo kan jadi jarang angkat telfon gue waktu itu"

Bianca mengingat kembali kenangan seminggu yang lalu. Liburan pertama bersama Vino. Mereka berdua ke pulau seribu. Pesta semalam suntuk.

"Sorry yaa" kata Bianca

"Gausah bilang sorry" kata Dion

"Terus sekarang gimana?"

"Ya gitu-gitu aja. Dia masih suka ngajak ketemu buat sekedar lunch atau ngopi-ngobrol doang"

"Jangan keseringan, Yon. Inget istri orang"

"Iyee bawel" sahut Dion

"Udah ah gue tidur. Ngantuk banget ini" kata Bianca.

Lalu ia berbalik menghadap jendela. Dion juga berbalik menghadap lemari. Mereka berdua tidur saling berpunggungan.

**

Paginya Dion terbangun dan menemukan ranjang disebelahnya sudah kosong. Ia bangkit dan mendengar keramaian dari luar. Dion lalu masuk ke kamar mandi dan mencuci muka sambil kumur-kumur.

Saat keluar, ia menemukan seluruh keluarganya dan Bianca berkumpul di ruang makan yang menyatu dengan dapur.

Lark, Aga dan Tatiana dengan ributnya memakan sereal mereka.

Mas Niko dan Mas Marlo sibuk mengobrol entah apa topiknya.

Ayahnya sedang memasak dibantu oleh Bianca.

Dan Bunda, Mba Rachel dan Mba Mutia sedang asik menata meja sambil berbincang.

Dion memutuskan bergabung dengan Mas Marlo dan Mas Niko.

"Mas, aku boleh lah entar kalo lulus kerja di kantor Mas Niko" kata Dion menyela obrolan Mas-mas-nya itu

"Gampang itu mah" sahut Mas Niko

"Kamu tuh Al, maunya gampang terus. Gamau usaha dikit" sahut Bu Lidya

"Duh Bun, sekarang tuh nyari kerja susah. Kalo bisa gampang mah kudu dimanfaatin"

Kemudian Mas Niko tertawa. Kemudian lanjut mengobrol bersama Marlo. Ternyata mereka sedang membahas mesin-mesin mobil. Karena tidak tertarik Dion memutuskan mengganggu ponakan-ponakannya yang sedang makan.

"Mamaaaaaaa Om Al nihhhhhhh" jerit Lark

"Al ahh, jangan digangguin!!" kata Mba Rachel

"Abis aku laper, Ayah masaknya lama bangeeet" keluh Dion

Tak lama kemudian sarapan yang dibuat Pa Wijaya selesai. Semuanya langsung meng-cut bicara dan makan dalam diam. Menikmati setiap suapan demi suapan. Maklum, setelah pensiun menjadi Chef Pa Wijaya jarang memasak.

TBC

Dont forget to vote and comment. Thankyou

BFF [COMPLETED] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang