"Evan, ilang" kata Bi Yanti
Bianca langsung menutup ponselnya. Ia langsung berlari ke arah lobby. Secara tak sengaja hampir menabrak Pa Alo, Dion dan Martha yang sedang menunggu lift.
"Eh, Bian. Kenapa? Buru-buru banget" tanya Pa Alo
"Gapapa, Pa. Maaf" seru Bianca. Ia melanjutkan dengan berjalan cepat.
"Martha, kamu ajak Pa Alex ke ruangan saya. Saya mau ke Bianca dulu" kata Pa Alo
"Saya ikut Pa" seru Dion
"Gausah, Pa ini bukan urusan proyek ko. Pa Alex ke ruangan saya aja. Sebentar ko"
Lalu Pa Alo berjalan meninggalkan Dion dan Martha.
"Bi, gimana sih? Ko bisa ilang?" Tanya Bianca, panik
"Tadi bibi ke kamar mandi, Evan tunggu di luar. Pas bibi keluar Evan udah ga ada" jelas Bi Yanti. Tak kalah paniknya.
"Kenapa ini, Bianca?" Tanya Pa Alo melihat kepanikan di muka Bianca
"Anak saya ilang, Pa" jawab Bianca.
"Anak? Kamu udah punya anak?" Tanya Pa Alo kaget.
"Udah Pa. Saya mau cari anak saya dulu." Kata Bianca
"Bi, bibi tunggu sini. Kabarin aku kalo ada kabar soal Evan. Oke?"
Bianca segera berlari, menuju tangga darurat. Ia menghindar dari lift karena ada Dion disitu.
Bisa-bisanya ini terjadi. Ia bertemu Dion. Dan anaknya hilang di kantornya. Bianca mencari ke toilet di setiap lantai. Bahkan hingga ke rooftop.
Bianca melepas heels yang ia kenakan. Untuk mempercepat langkanya.
Setelah kurang lebih 20menit ia berkeliling. Kemudian ponsel di tangannya bergetar.
Bi Yanti calling
"Kenapa, Bi?" Bianca langsung menjawab telfonnya
"Ini ada, udah ketemu. Di lobby yang tadi dianter sama orang" jelas Bi Yanti.
Bianca lega mendengarnya. Ia ada di lantai 10 sekarang. Ia pun turun dengan lift menuju lantai 2
Begitu keluar lift dan berjalan ke lobby. Ia kaget. Evan sedang di pangku oleh Dion sambil memainkan action figure iron man milik Evan.
"Evan sini" kata Bianca.
Evan turun dari pangkan Dion menuju Bianca. Bianca langsung meraupnya dalam gendongannya.
"Kamu kemana, sayang? Mommy nyari kamu" tanya Bianca. Ia sedikit tenang sekarang. Namun tetap tegang karena ada Dion di hadapannya.
Dion pasti tau ini anaknya. DNA never lie dan muka Dion yang tercetak sempurna di wajah Evan membuat Dion tak perlu bertanya lebih jauh.
"Evan aus. Mom. Jadi cari minum. Terus ketemu om ganteng itu. Terus dianter kesini" jelas Evan sambil menunjuk Dion.
Kejadian ini disaksikan oleh beberapa karyawan lantai 2. Bahkan Pa Alo pun ada di sana.
"Jadi main, mommy?" Tanya Evan. Bianca menggangguk.
"Pa Alo. Saya pamit" kata Bianca
"Iya terimakasih ya, Bian" seru Pa Alo.
Bianca tersenyum "ayo, Bi Yanti" ajak Bianca.
Saat ia berjalan menuju lift tangan kanannya di tahan oleh seseorang. Bianca menoleh dan melihat Dion. Sedari tadi Bianca menjaga ekspresinya. Menahan suaranya.
"Bi. He is our son, Right?" Tanya Dion. Semua mata yang sudah tertuju pada Bianca makin terbelalak mendengar ucapan Dion itu.
"No, he is my son. Not our son" jawab Bianca sambil menarik tangannya lalu masuk ke lift yang kebetulan terbuka.
Bi Yanti diam tidak berkomentar apa-apa selama berada di lift.
Di dalam mobil perjalanan menuju Zoo suasananya sangat hening. Evan tertidur di kursinya di belakang. Bu Yanti sepertinya takut untuk mengatakan apapun.
"Bi Yanti kalau mau tanya, tanya aja. Bi Yanti udah nemenin aku selama ini. Bi Yanti berhak tau" kata Bianca. Ia sudah mengendalikan dirinya.
"Emm anu Neng. Jadi bener Mas ganteng yang tadi bapaknya Evan?" Tanya Bi Yanti.
"Iyaa, Bi. Temen aku pas dulu di Jakarta" jawab Bianca
"Mukanya beneran yaa, Mirip De Evan"
"Yeah, itu yang bikin aku sebel. Ga ada mirip-miripnya sama aku" kata Bianca
"Matanya mirip" sahut Bi Yanti
"Mata doang, Bi. Dari keseluruhan semua nyetak dari bapaknya" kata Bianca. Mencoba membawa obrolan ini menjadi santai. Tidak serius.
"Mau di kenalin nanti ke De Evan?"
"Evan kan selama ini tau Daddy nya kerja. Gatau laah. Dion juga udah nemuin aku. Liat nanti aja" sahut Bianca
"Mas Ganteng itu gamau tanggung jawab? Apa gimana?" Tanya Bi Yanti
"Susah Bi dijelasinnya" kata Bianca.
Lalu Bi Yanti diam, tak melanjutkan pertanyaannya.
Sesampainya di Kebun Binatang Evan sudah bangun. Ia antusias. Ini kali pertama ia mengunjungi Zoo.
Banyak pertanyaan yang ia tanyakan dan di jawab Bianca dengan senang hati.
Tiba-tiba Bianca ponsel Bianca bergetar. Ada telfon dari unknown number. Karena tidak mau di ganggu, ia me-reject telfon itu. Lalu masuk satu pesan baru.
From: unknown number
Ini aku, Bi. Kamu jangan lari lagi, please. Aku mau ketemu kamu, sama anak kita.Bianca membacanya dan menghela nafas. Ia tahu kalau ia harus mengesampingkan ego untuk anaknya. Evan harus tau siapa ayahnya. Kemudian Bianca membalas pesan tersebut
To: unknown number
Iya. Tapi nanti. Aku lagi main sama Evan.Dengan cepat masuk balasan
From: unknown number
Evan? Anak kita namanya Evan? Kalian dimana? Aku susulinTo: unknown number
Evan Wijaya Sambadha. Aku rasa kamu perlu tau namanya. Ketemu nanti malem aja. Di resto D'dawn. Aku bawa Evan. Jam 7 malemFrom: unknown number
Oke, can't wait. Thank you so much, Bi. Maaf buat semuanya. Sent my kiss for Evan.Bianca memilih tak membalas pesan itu.
TBC
Dont forget to vote and comment. Thankyou
KAMU SEDANG MEMBACA
BFF [COMPLETED] ✔
RomanceDi private random untuk adegan 18+ | be wise || [COMPLETED] Katanya cewe sama cowo ga ditakdirin buat jadi sahabat. Hahaha I break the rule, buktinya adalah gue sama Bianca - Dion Yang gue harapkan dari hubungan ini adalah: gue bisa selamanya gila-g...