Perayaan ulang tahun Evan yang kedua sangat meriah. Semua teman sekolahnya hadir meramaikan acara. Keluarga Dion hadir semua, bahkan keluarga Bianca yang dari Bali turut memeriahkan ulang tahun Evan.
Bunda sempat membocorkan rencana pernikahan Bianca-Dion ke beberapa keluarga Bianca. Kemeriahan berlanjut bahkan setelah pesta selesai.
Nicholas Sambadha (Papa-nya Bianca) mengundang mereka semua makan malam di hotel milik Bianca yang dikelola olehnya. Kemudian pembahasan selanjutnya adalah tentang pernikahan Bianca dengan Dion.
"Udah kalian diem aja. Tentuin tanggal terus santai-santai aja. Semuanya kita yang urus" kata Rafi, sepupu Bianca.
"Iya, entar bunda juga bantu ko" celetuk Bunda.
Kemeriahan malam itu tidak berlangsung lama karena anak-anak sudah mengantuk. Keluarga Bianca menginap di hotel Syltha (hotel milik Bianca di jakarta). Sedangkan keluarga Dion kebanyakan langsung pulang ke Bandung. Ada beberapa juga yang menginap di hotel.
Bianca dan Dion sudah dalam perjalanan pulang. Evan sudah terlelap dalam dekapan Bianca. Tadi ia rewel saat hendak didudukan di babyseat nya.
"Eh ini kemana? Ko bukan ke arah apartment" kata Bianca saat mengetahui arahnya salah.
"Kita mampir dulu" jawab Dion santai
"Evan udah tidur gini masa mau mampir-mapir sih, bae" kata Bianca
"Bentar ko"
Kemudian mereka tiba di depan sebuah rumah yang lumayan besar. Berwarna putih gading dengan 2 lantai. Dion membunyikan klakson dan keluar seorang pria dari arah garasi rumah membukakan gerbang.
"Kita mampir ke siapa?" Tanya Bianca penasaran karena tidak mengetahui rumah milik siapa ini.
Dion tidak menyahut. Ia langsung memarkirkan mobilnya di halaman rumah itu. Dengan cepat Dion keluar lalu membukakan pintu untuk Bianca. Mengambil alih Evan dari gendongan Bianca. Lalu meraih lengan Bianca untuk digenggam.
"Ini pak. Parkirin di dalem, terus tutup pintunya yaa" kata Dion memberikan kuncinya ke bapak tua itu.
"Itu siapa?" Tanya Bianca saat mereka mau masuk ke rumah putih itu.
"Pa Tono. Yang jaga rumah ini" jawab Dion.
"Ga pencet bel dulu kamu?" Tanya Bianca saat mereka sudah tiba tepat di pintu rumah tersebut.
Dion menoleh menatap Bianca, ia tersenyum. Lalu mengeluarkan sebuah kunci dari sakunya dan membuka pintu yang ada di depannya.
"Welcome home, darl" kata Dion saat melangkahkan kakinya
Bianca masih terpaku di ambang pintu. Matanya menjelajah ruang tamu rumah ini. Suasananya tenang. Interior rumahnya tidak berlebihan. Ada sofa coklat muda yang menyambutnya, lengkap dengan meja. Ada beberapa foto Evan terpajang di meja yang terdapat di sudut ruangan.
"Ayo masuk" ajak Dion seraya meraih tangan Bianca. Setelah Bianca masuk, Dion menutup dan mengunci pintu rumahnya itu.
"Tidurin Evan dulu yuu. Baru room tour" kata Dion
Dengan tangan masih menggengam tangan Bianca. Dion mengajak ke kamar Evan di lantai 2. Menuju kamar dekat tangga, membukanya dan nuansa kanak-kanak tercipta sempurna di kamar ini. Dengan tema Buzz Lightyear, kamar ini di dominasi warna hijau muda - ungu - putih.
Pelan-pelan Dion meletakan Evan diatas kamar barunya. Lalu menyusun guling di pinggiran kasur agar Evan tidak jatuh.
Dion memperhatikan sosok Bianca yang terdiam di depan pintu, ia menghampiri wanita kesayangannya itu.
"Sekarang kamar kita" kata Dion. Menggengam kembali lengan Bianca dan membawanya ke kamar yang ada di pojok. Diantara kamar Evan dan kamar Utama, ada space kecil yang dibuat seperti ruang keluarga untuk bersantai. Ada TV dan sofa bed yang tersedia disana.
Dion membuka pintu kamar tersebut, ruangan ini di dominasi warna biru. Warna favorit Bianca.
Di tengah-tengah kamar terdapat ranjang ukuran king size yang menunggu mereka. Ada 2 pintu di masing-masing sudut ruangan.
"Mau yang kiri apa yang kanan dulu?" Tanya Dion
Bianca yang masih tercengang bingung harus menjawab apa.
Dion membawa Bianca masuk ke pintu kiri.
Pintu ini ternyata kamar mandi. Ada 2 washtafel di dalamnya. Tempat mandi yang terbuat dari box kaca. Dan yang paling mendominasi. Sebuah jacuzzi yang muat untuk 2 orang.
"do you like it?" Tanya Dion
Bianca mengangguk. Tak bisa berkata kata.
"Ayo kesebelahnya" ajak Dion.
Mereka keluar dan Dion membuka pintu yang satunya. Dalamnya adalah walk in closet yang sudah tertata rapi. Ada beberapa pakaian di dalam sana. Pakaian baru yang sengaja dibeli oleh Dion. Dan ternyata ruangan ini memiliki pintu yant terhubung dengan kamar mandi. Dion memang sengaja mengajak Bianca lewat pintu luar.
Bianca tersenyum menatap Dion, lalu memeluknya.
"Berapa lama kamu siapin ini?" Tanya Bianca
"Sejak kamu pindah ke jakarta aja. Tapi momentnya belom ada yang tepat karena kamu belom mau nikah terus. Aku rasa ini moment yang tepat. Kita mau nikah dan hari ini ulang tahun anak kita" jelas Dion
Bianca melonggarkan pelukannya. Menatap ke mata coklat milik Dion. Lalu menciumnya. Tanpa di minta, Dion membalas ciuman itu. Ciuman mereka kali ini bergairah. Saling menuntut dan penuh nafsu.
Dion menggendong Bianca, reflek Bianca langsung mengaitkan kakinya di pinggang Dion. Lalu Dion membawa Bianca ke kasur.
Agak kurang ajar memang kalau menyia-nyiakan ranjang king size tersebut. Batin Dion
Dion perlahan meletakan tubuh Bianca ke kasur, memandanginya sebentar. Ia suka pemandangan seperti ini. Dion lalu bangkit menunu pintu keluar, menutup dan langsung menguncinya.
Sekarang fokusnya Bianca. Dion membuka kemejanya perlahan. Bianca mengamati gerakan Dion tersebut, lalu Bianca bangun dan melepas kancing dan zipper celana Dion.
Dion tersenyum lalu menanggalkan celananya.
"Aku belum pernah mainin ini" kata Bianca sambil menyentuh milik Dion
"Mainin aja" jawab Dion tersenyum
****
TBC
thanks for reading. Dont forget to vote and leave a comment.
Dont be a silent reader heheehe xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
BFF [COMPLETED] ✔
RomanceDi private random untuk adegan 18+ | be wise || [COMPLETED] Katanya cewe sama cowo ga ditakdirin buat jadi sahabat. Hahaha I break the rule, buktinya adalah gue sama Bianca - Dion Yang gue harapkan dari hubungan ini adalah: gue bisa selamanya gila-g...