Chapter 22

13.5K 1K 11
                                    

Bianca, Evan dan Bi Yanti kembali ke Singapore. Dion tidak ikut karena ada tanggung jawab pekerjaan di Jakarta, namun janji akan menyusul karena ada proyek juga dengan perusahaan tempat Bianca bekerja.

Evan jadi makin rewel, ia ingin Daddy-nya. Face time tiap pagi dan malam lah yang meredakan kerewelan Evan.

Dengan kondisi Evan yang begini, mau tidak mau Bianca kembali memikirkan resign dari kantor yang dulu disuruh oleh Dion.

Namun hati kecilnya tidak mau, ia suka bekerja. Ia bisa mengurus anak sambil bekerja. Tapi di sisi lain, Evan butuh Dion.

Akhirnya Bianca memberanikan diri masuk ke kantor Pa Rizal, Bos Besar. Berkonsultasi soal rencana resign-nya

"Kamu tau isi kontraknya, Bianca" kata Pa Rizal

"Iya, Pak. Saya bakal bayar denda ko" ucap Bianca

"Saya ga permasalahin soal dendanya. Saya agak kecewa aja kamu mau resign. Kamu pegawai yang baik. Prestasi kamu bagus. Kalo kamu bertahan sampai akhir kontrak saya ada rencana loh buat promosiin kamu gantiin posisi Alo. Balikin dia ke Brunei" cerita Pa Rizal

"Saya sebenernya seneng Pa kerja disini, lingkungannya enak. Temen-temennya enak. Cuma ya problemnya anak saya. Dia mau nempel terus sama Ayahnya" kata Bianca, menjelaskan masalahnya

"Yaa kalo udah gitu ya saya mau bilang apa?" Kata Pa Rizal

"Jadi Bapak setuju saya resign?" Tanya Bianca

"Yaa, dengan berat hati" jawabnya.

"Maaf Pa. Nanti saya urus surat pengunduran diri saya beserta dendanya"

"Okee, Bian. Nanti saya siapin farewell party buat kamu"

Bianca hanya tersenyum dan pamit keluar dari kantornya.

Malam harinya setelah Face time dengan Evan, Bianca mengobrol serius dengan Dion.

"Aku udah obrolin soal resign sama Boss. Dia setuju" kata Bianca

Terlihat bahwa raut wajah Dion seketika jadi lebih senang

"Serius? Berapa dendanya? Nanti aku transfer"

"Udah gausah, urusan aku itu"

"Kamu tuh sekarang tanggung jawab aku loh, darl. Jadi urusan kamu ya urusan aku"

"Stop saying that. Aku gasuka orang-orang peduli sama aku tuh cuma karena tanggung jawab" kata Bianca langsung memutuskan sambungannya.

Dion lalu menghubungi Bianca namun di reject oleh Bianca. Ia kesal.

***

Bianca kini menetap di Jakarta, Bi Yanti tetap bekerja dengannya. Bianca menempati Apartmentnya yang dulu. Bersyukur niat untuk menjual apartment itu tidak di realisasikan olehnya.

Tiap hari Dion mampir untuk bertemu Evan, dan tiap hari pula Dion mengajak Bianca untuk pindah ke tempatnya dan di tolak mentah-mentah oleh Bianca.

"Jangan paksa aku, please" kata Bianca saat Dion memintanya pindah, lagi dan lagi.

"Kenapa?" Tanya Dion.

Mereka berdua kini ada di ruang tengah apartment Bianca. Evan sudah tidur di kamar Bianca dan Bi Yanti juga sudah masuk ke kamar kedua.

"Aku juga gatau"

"Oh, come on, Bianca. Kita gabisa gini terus"

"Aku mau tanya boleh?"

"Silahkan, tanyain apapun yang mau kamu tanyain, darl" kata Dion

"Kenapa kamu minta aku tinggal sama kamu? Kenapa kamu ngajak aku nikah? Please jangan bilang tanggung jawab. Aku muak dengernya" kata Bianca

Dion menghela nafas panjang sebelum menjawa pertanyaan dari Bianca.

"Karena aku ingin ngebangun keluarga yang sehat untuk Evan. Dimana kita semua ada dalam satu atap. Ga gini. Aku mau nikahin kamu karena aku sayang sama kamu, aku cinta kamu. Terlepas dari tanggung jawab. Aku tulus minta kamu tinggal bareng aku. Aku tulus ngajak kamu nikah. Faktor lain emang tanggung jawab, ayah bunda aku minta aku nikahin kamu karena tanggung jawab. Tapi aku minta itu karena aku mau. Karena aku cinta" jawab Dion

Bianca terdiam. Menyerna semua yang dikatakam Dion barusan. Itulah jawaban yang selama ini ia harapkan. Ketulusan. Bukan sekedar tanggung jawab.

Ia bersedia mengenalkan Evan pada keluarga Dion, ia bersedia pindah ke Jakarta. Itu karena rasa sayang dan ketulusannya terhadap Evan. Dan mungkin juga terhadap Dion. Bukan sekedar tanggung jawab sebagai orang tua.

"Kamu beneran cinta sama aku?" Tanya Bianca dengan suara tercekat. Ia berusaha menahan air matanya.

"Kenapa harus nanya itu? Kamu tau jawabannya. Sangat tau, Bianca" jawab Dion

"Kalau gitu yaudah, aku pindah. Kita tinggal bareng"

Dion langsung memeluk Bianca. Bianca yang sedari tadi menahan air matanya akhirnya terisak juga. Ia membalas pelukan Dion dan menenggelamkan air matanya di bahu Dion.

"Thanks, Bianca Citra Sambadha" ujar Dion pelan

TBC

Dont forget to vote and comment. Thankyou

BFF [COMPLETED] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang