'sreeeek'
pintu kelas kembali terbuka.Sial. Siapa lagi yang berani mengganggu aktivitasku.
'deg'
Ah sakit. Kena kau. Kepalan tanganku mengenai pintu loker di belakang Bobby. Gangguan si pendatang membuatku tak bisa berkonsentrasi dan justru pukulanku mengenai benda keras ini.
"Junhoe" batinku
Apa yang dilakukannya? Sial. Kedatangannya selalu saja dapat menghentikanku. Junhoe masih menatapku. Semua orang diam, mungkin takut dengan situasi ini. Tiba-tiba...
Junhoe menghampiriku dan menarik tanganku keluar meninggalkan kelas.
Huft. Gagal lagi. Aku tak tahu apa yang dipikirkan Junhoe saat ini. Dia ingin melindungiku?? Bodoh. Seharusnya Bobby lah yang butuh perlindungan dari pukulanku. Lagi pula Junhoe hanyalah pacarku. Bukan. Lebih tepatnya status pacar. Dan kurasa dia tak benar-benar ingin berkencan denganku karena dia masih memiliki perasaan terhadap Rose, mantan pacarnya."Lepas!"
Dia yang sedari awal menarik tanganku, menuntun ke tempat tanpa tujuan. Berbalik menghadapku dengan masih menggenggam tanganku. Lagi, dia memandangku. Dan lagi, aku tak mengerti maksud dari pandangannya itu. Mungkin dia marah. Perlahan dia menurunkan tanganku. Dan kembali berbalik menghadap jalannya. Tak mengatakan apapun dan meninggalkanku. Sebenarnya apa yang ia inginkan.
"Kau tak mau ikut??"
"Heh??"Dia mengajakku? Sebenarnya apa yang ia inginkan dariku.
"hmm"
Terpaksa aku mengikuti langkah kakinya.
Canggung. Dia tak mengatakan apapun padaku. Apa dia marah karena aku tak menemuinya pagi tadi? Atau dia marah karena hampir saja aku memukul Bobby. Ah,...ini membuatku frustasi saja. Ayolah. Katakan apa yang sedang kau pikirkan terhadapku. Jjeball.
"Apa kau marah?" tanyaku
Junhoe diam dan masih melanjutkan langkahnya. Mungkin dia benar-benar marah. Aish... hari ini aku benar-benar sial. Melihat Junhoe bercanda dengan mantannya, tidurku diganggu Bobby, pukulanku nyasar ke loker besi dan Junhoe diam seribu bahasa padaku. Dan sekarang Junhoe terlihat marah padaku, seharusnya akulah yang marah padanya. Melihat pacarnya bercanda dengan gadis lain, bukankah itu menyakitkan.
Aku mengghentikan langkahku.
Tunggu. Apa yang akan dilakukannya disini. Didepan jalanku kulihat papan reklame, bukan, papan nama tempat bertuliskan 'Paradise Motel'. Apa dia sudah gila?"Wae? Kau tak mau masuk?"
"he??"Aku masih bingung. Aku menoleh ke tempat itu dan menoleh lagi ketempat ini. Lagi dan lagi.
"Kau mau ke tempat itu?" (tersenyum, menggodaku) matanya menunjuk ke arah motel
"kau gila!?"
"Keureom, Kajja. Bukankah kau sudah lapar?" ajaknyaBagaimana dia tahu? Aku memang sedang lapar karena tak makan apapun sejak kemarin. Bahkan makanan yang diberikan paman Jiyoung tak sempat aku lahap. Tapi syukurlah, setidaknya dia tak mengajakku ke tempat itu (motel). Letak motel dan kedai makan kecil ini sangat dekat. Jadi kupikir dia gila akan mengajakku ke motel sialan itu.
Kami memakan makanan yang Junhoe pesan. Tteokbokki. Hanya saja ahjumma memberikan sepiring kimbab untuk kami. Ya, karena Junhoe merupakan pelanggan tetap di kedai kecil itu. Dan tentu saja, Junhoe dan ahjumma pemilik kedai terlihat akrab.
Cara makan yang aneh. Junhoe menenggelamkan kimbab pada tteokbokki. Menenggelamkan semakin dalam agar saus tteokbokki menempel pada kimbab. Apakah enak? Dan aku, aku hanya memakannya dengan caraku sendiri, memakan mereka secara terpisah.
Dia makan dengan sangat tenang. Apakah dia tak ingin mengatakan sesuatu padaku. Apakah dia tidak penasaran mengapa aku tak menemuinya pagi ini. Dan kenapa justru aku yang dibuatnya penasaran. Aish...haruskah aku yang memulainya?
KAMU SEDANG MEMBACA
That SECRET [Jennie x Junhoe]
Fanfiction"Mengapa kau memintaku?" "Rahasia" Aku hanya ingin menjadi bayangan. Ada diantara mereka namun tak terlihat. Keberadaan yang menjadi rahasia. Terinspirasi dari minidrama 'Puberty Medley' Highrank #40