"Apa kau marah?" tanyanya."Ya, aku marah" batinku
"Mianhae,..aku tak tahu apa yang membuatmu marah. Tapi,..."
"Tapi apa,..." sahutku.
"Mianhae,...jangan lakukan itu lagi"
'itu' apa maksudnya. Kenapa dia melarangku melakukan 'itu' padahal aku sendiri tak tahu apa maksudnya.
"Sebelum kau ke sekolah kami, kami sudah banyak mendengar tentangmu"
"Lalu?"
"Ya, tak banyak yang menyukaimu. Bahkan mungkin mereka ingin kau segera keluar dari sini"
"arra..." jawabku tenang.
"Karena itu, aku berharap kau bisa berhenti melakukan itu, pada Bobby dan juga semua orang"
"Jika kau ingin lebih lama disini. Aku yakin kau bisa menahan emosimu" tambahnya.Benar, aku harus bisa menahan emosiku jika aku ingin bisa lulus disini. Tidak, sebenarnya aku masih tetap saja tak dapat menahannya. Hanya saja aku selalu gagal melakukan itu karena kau ada di dekatku. Hanya kau yang bisa menghentikanku.
"Jangan lakukan itu saat aku tak ada"
Bodoh. Aku hanya bisa melakukan itu saat kau tak ada. Dan kau menyuruhku untuk tak melakukan itu saat kau tak ada. Ya sama saja. Itu artinya kau menyuruhku untuk tak melakukan apapun.
"Kkeurae, aku akan melakukannya saat kau ada disampingku"
"Kkeurae, laukan saja. Karena aku akan menghentikanmu"
"Pabbo"
Aku mengambil tumpukan kain di tangannya dan meninggalkannya pergi.
"Ya,..kajji kajja"
***
Keesokan harinya,
"Jennie-ah"
06:08
Masih cukup pagi bagiku. Tapi suara seseorang lagi-lagi mampu membuatku merinding. Pasalnya di pagi yang menurutku masih gelap ini, seseorang memanggil namaku. Suara tanpa rupa. Aku menoleh ke belakang, tak ada seorang pun di lorong yang gelap. Tepatnya di teras kelas, lantai 3. Yang ada hanyalah suara-suara hentakan kaki yang mengiringi sebutan namaku.
Memang tak seperti biasanya, aku berangkat lebih pagi dari biasanya. Hanya karena aku menghindari seseorang. Junhoe. Seseorang yang sempat membuatku kikuk dengan omongannya yang serius, membuatku berpikir dua-tiga kali untuk melakukan hal yang biasa aku lakukan sejak dulu. Hanya ada 2 pilihan untuk menghindarinya di pagi hari. Berangkat mendekati jam masuk atau berangkat ke sekolah sebelum dia berangkat artinya berangkat pagi sekali. Dan kurasa aku salah mengambil pilihan ini. Aku tak tahu sekolah ini telah dihuni oleh hantu-hantu sekolah. Menyeramkan.
"Jennie-ah"
Lagi. Suara itu semakin mendekat. Langsung saja aku mengambil langkah cepat.
"Jennie-ah"
'deg'
Sebuah tangan yang lebar dan jari-jari yang panjang bersarang di pundak kananku. Aku terkejut. Sontak aku menarik lengan dan menarik kuat pemilik tangan itu.
'bug'
"Ak,...Akh..." rengeknya.
Aku yang masih ketakutan, bahkan melakukan itu dengan menutup mataku. Merasa ada sesuatu yang janggal. Jika dia adalah seorang hantu, mungkinkah dia akan merasa kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
That SECRET [Jennie x Junhoe]
Фанфик"Mengapa kau memintaku?" "Rahasia" Aku hanya ingin menjadi bayangan. Ada diantara mereka namun tak terlihat. Keberadaan yang menjadi rahasia. Terinspirasi dari minidrama 'Puberty Medley' Highrank #40