I am back. Sorry udah lama gak update. Lama banget malah.. Yaudah next aja lah..
"Aku pu...."
Aku berhenti pada kata terakhirku.
"...lang"Sebenernya aku tidak perlu melanjutkannya. Tak ada yang akan mendengar ataupun menjawabnya. Hanya kain horden beterbangan di tempatnya karena aku lupa mengunci jendela tadi pagi. Bukan, tapi aku terlalu malas untuk melakukannya.
Lagi-lagi. Paman Jiyoung belum juga menampakkan mata indah dan juga suaranya yang kadang terdengar latihan menyanyi dari kamar sekaligus dijadikan kantor keduanya.
Dan lagi-lagi lagi. Aku harus kelaparan malam ini. Tak ada makanan apapun di atas meja. Hfft.. Akhirnya aku harus berpaling ke kulkas putih. Kubuka dengan sisa tenaga yang masih menempel dalam tubuhku. Setidaknya masih ada air putih disana. Kutuang dalam gelas, meminumnya, setidaknya cacing-cacing diperutku tidak terlalu protes dengan seteguk-dua teguk air putih menyegarkan.
'bugk'
Kulempar tasku yang sedari tadi menggelayut di pundakku. Pegal. Sekali lagi. Kulempar tubuhku diatas kasur putihku.
"Aku merindukanmu"
Merindukan sentuhan lembut kasurku yang kenyal. Bantal lembutku. Baru 14 jam aku meninggalkannya. Butiran ringan menghampirinya.
Kuraih dan kutatap ponsel hitamku.
"Mino"
Scrool up down. Kuputar bola mataku keatas dan kebawah. Mengikuti alunan jariku yang membawa layar ponselku menuju sebuah nama.
"Mino"
Lagi. Jari dan mataku masih mengalir mencari sebuah nama dalam ponsel. Tak kutemukan nama itu. Apa aku sudah menghapusnya? Tidak. Memori di otakku masih menyimpan namanya. Aku tak melupakannya. Pria yang pernah singgah dihatiku. Bukan, tak hanya singgah. Pria yang turut mempengaruhi kehidupanku. Merubahnya menjadi beberapa warna dalam hidupku.
"Huge Boy"
Aku menemukannya.
"Syukurlah"
Meskipun semua berlalu. Setidaknya aku masih menyimpannya dalam hatiku. Bukan Mino sebagai kekasih. Tapi Mino sebagai 'Hyungnim' yang mengajariku sebuah kehidupan.
"Jadi, kau dan Mino hanyalah.. Mantan?"
Pikiranku melayang, hinggap pada sebuah kalimat itu.
Hmm
Senyuman kecil di bibirku mencuat tak mengerti. Kalimat yang diucapkannya membuatku terbayang akan dirinya. Tingkah konyol yang gak pernah kubayangkan dari seorang Junhoe. Si raja cuek pada semua manusia tapi sangat peduli pada bertumpuk-tumpuk buku dan...
"Pohon?"
Konyol. Sepeduli itukah? Senyumku masih saja terukir hingga pipiku mengembang.
"... Ada hal lain yang menarik perhatianku.."
Aaa.. Mungkinkah.
"Tidak tidak"
Aku menggeleng kepalaku tak percaya. Bukan tak percaya. Tapi aku tak terlalu percaya diri dengan ocehan-ocehan yang ada di kepalaku.
"Molla"
Aku tak peduli dengan apa yang dipikirkan kepalaku tentang pria itu. Aku hanya perlu fokus pada diriku sendiri. Aku harus fokus untuk tidak ceroboh melakukan kesalahan lagi. Tinggal beberapa bulan dan aku harus bertahan disini sampai akhir.
***---***
'Kleeck'
"Jennie-ah. Kau sudah tidur?"
KAMU SEDANG MEMBACA
That SECRET [Jennie x Junhoe]
Fanfiction"Mengapa kau memintaku?" "Rahasia" Aku hanya ingin menjadi bayangan. Ada diantara mereka namun tak terlihat. Keberadaan yang menjadi rahasia. Terinspirasi dari minidrama 'Puberty Medley' Highrank #40