Anyeong yarabeun...
I'm back...You can click vote before reading...
Happy reading
Aku menelusuri koridor yang dingin sendirian di pagi ini.
"Jennie"
Aku menoleh pada sumber suara yang sudah akrab di telingaku. Jadi aku pun tak perlu terkejut lagi dengan kehadirannya. Si ketua kelas dan juga si penaat aturan sekaligus si rajin, Hanbin, dengan seragam rapi seperti biasanya. Namun tak membawa buku-buku berat dan buku tugas ketua kelasnya. Kali ini dia hanya Hanbin. Kim Hanbin yang sempat membuat jantungku berdetak lebih cepat karena perlakuan manisnya padaku.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
Baiklah. Aku tahu maksud pertanyaannya. Aku bukan siswa yang rajin. Jadi pasti terasa aneh jika aku berangkat sepagi ini.
"Berjalan"jawabku asal
Huft...
Hanbin menghela napas. Aku tahu dia kesal dengan jawabanku. Dan itulah tujuanku. Aku merasa puas.
"Ini masih pagi. Gunakan jaketmu dengan benar jika kau tak ingin membeku" Hanbin menarik tudung jaket di punggungku menuju ke kepalaku.
Dia menasihatiku tapi justru malah terkesan dia sedang menggodaku karena cara menarik tudung hingga membuat kepalaku menunduk. Dan Hanbin meninggalkanku dengan beberapa langkah kecil yang cepat.
"Aishh..." aku berlari mengejarnya untuk membalas perlakuannya padaku.
Sesampai di depan kelas dia berhenti dengan senyumannya. Dan aku mengurungkan niat balas dendamku. Aku memasuki ruang kelas, menuju loker dan mengambil beberapa bukuku.
"Sejak kapan kau jadi serajin ini??" tanya Hanbin yang lebih terasa seperti sebuah ejekan untukku.
"Sejak negara api menyerang" jawabku asal-lagi.
Aku meletakkan buku-buku itu diatas mejaku, menatanya dengan tumpukan rapi dan mendaratkan kepalaku di sana.
Ya, aku berangkat sepagi ini hanya untuk tidur. Setelah kontes menyanyi kemarin, aku merasa lelah dan ingin mengistirahatkan tubuhku. Sayangnya paman Jiyoung tak mengijinkannya. Pekerjaan paman Jiyoung tak selamanya berjalan lancar di kantor, dia terus bekerja di ruang kerjanya yang bersebelahan dengan kamarku, dan itu turut mempengaruhi ketenangan tidurku.
"Jadi negara api menyerang tidurmu sehingga kau..."
"Bahkan api-api itu sekarang sedang menyerangku" kataku menyindir Hanbin.
Hanbin tak segera menuju tempat duduknya di ujung paling depan. Dia justru berhenti di kursi Lisa, yang artinya wajahku sekarang berada di hadapannya.
"Apa yang kau lakukan disini? Pergilah" aku menegakkan kepalaku, mendorong dadanya. Tapi Hanbin justru menarik tanganku, membuatku lebih dekat dengannya.
"Uh, Maaf"
Menyadari tindakannya, Hanbin melepas tanganku."Ya"
"Maaf juga, aku pernah memperlakukanmu dengan buruk"
Memperlakukanku dengan buruk??? Bukankah sebaliknya??
"Maaf karena aku sering menyuruhmu melakukan ini-itu. Menyuruhmu mencuci kain horden, mengambil kapur tulis, membersihkan kelas dan hal lainnya"
Yah, aku mengingatnya kembali setelah cukup lama aku melupakan hal itu.
"Kau tahu kenapa aku melakukannya itu?"tanyanya
KAMU SEDANG MEMBACA
That SECRET [Jennie x Junhoe]
Fanfiction"Mengapa kau memintaku?" "Rahasia" Aku hanya ingin menjadi bayangan. Ada diantara mereka namun tak terlihat. Keberadaan yang menjadi rahasia. Terinspirasi dari minidrama 'Puberty Medley' Highrank #40