19. D-Day: Promise

170 23 0
                                    


Anyeoong...
Sorry for late update...

Next yah, but don't forget to Vomment and don't be silent reader












Happy reading





"Are you ready?"

"Are you ready for showtime?"

Hanbin mengulangi kalimatnya, memberi semangat.

"We are ready"

.

.

It's Showtime

Di barisan terdepan ada Hanbin dan gue di belakangnya. Kami menaiki tangga menuju panggung besar itu. Perkenalan kecil yang tak dianggap. Aku sempat melihat penonton yang sibuk dengan perbincangan mereka bersama penonton di kursi sampingnya. Atau remaja yang menikmati senyum kecil dengan ketukan cepat ibu jari di atas ponsel hitamnya. Atau remaja lain yang terlihat lebih muda memainkan popcorn di tangannya dan melemparnya kepada temannya yang terus terkekeh. Atau seorang ahjumma yang mengejar balita mungilnya yang berlarian kecil. Tapi lebih dari semua itu, tidak ada antusias untuk menyambut walau hanya sekedar tepuk tangan ringan untuk kami yang tengah berdiri di sini dengan gugup.

Disamping semua pandanganku kepada semua penonton. Pandanganku mencari satu sosok yang rasanya akan mustahil berada disini sekarang.

"Aku akan kesana untukmu"

Satu kalimat yang mustahil untuk dia penuhi karena kutahu dia tidak di sini sekarang. Dia berada di daerah lain untuk berjuang sendirian. Aku tidak memintanya untuk datang, tapi apa yang dikatakannya membuatku berharap Junhoe berada disini dan mencairkan kegugupan yang aku rasakan.

Sudahlah. Aku bilang itu mustahil.

"Hm" Hanbin mengangguk, memberikan sedikit kepercayaan diri sebelum memulai pertunjukkan.

Musik telah dimainkan. Gadis di tim kami -Lisa, Rose, Jisoo dan aku- memulainya memulai koreografi dengan melayangkan lengan ke atas dan melangkah ke depan empat langkah dengan sedikit menggerakkan pinggul. Aku mulai menyanyikan bagianku dan di lanjutkan dengan Hanbin bersama tim laki-laki dengan perlengkapan mobil dari tim kreatif.

Detik demi detik akhirnya terlampaui. Meski dengan separuh napas kami, kami perjuangkan semuanya. Seorang nenek mulai berdiri dan menggerakkan tubuhnya. Diikuti ahjumma dan ahjussi di belakangnya dengan tepuk tangan memberikan semangat pada kami. Mendekati saat-saat terakhir terdengar siulan-siulan semangat dari remaja di belakang.

Aku yakin bisa melaluinya setelah latihan kerja selama hampir satu bulan. Tangan kanan Hanbin menggenggam tangan kiriku, begitu juga tangan kananku menggenggam tangan Lisa dan seterusnya, merangkai. Kami menunduk sembilanpuluh derajat, memberikan penghormatan terakhir. Tepuk tangan dan juga siulan masih terdengar diantara langkah kami menuruni tangga. Aku melihat antusias mereka. Tapi aku tak melihat Junhoe saat ku mengedarkan pandanganku ke semua penjuru penonton.

Sudah kuduga.

"Yuhuuu"

Sorak kebahagiaan dan rasa lega tergambar jelas setelah penampilan yang berawal cukup menegangkan.

"Kau hebat Jennie" Hanbin menepuk pundakku.

"Aku??"aku menunjuk diriku sendiri setelah Hanbin melangkah menemui yang lain.

Benarkah???

"Kalian hebat"

Aku tahu. Tak hanya aku yang membuat penampilan hari ini terasa hebat. Kerja keras memang tak akan pernah mengkhianati.

.

.

.

"Encore. Encore. Encore"

Aku tersenyum puas setelah musik kami kembali dimainkan. Masih dengan pertunjukkan yang sama namun suasana hati yang berbeda. Kami melangkah dan menggerakkan setiap anggota tubuh sesuai koreografi dengan senyum melebar karena kepuasan hati bukan rasa kegugupan. Permintaan setiap penonton untuk melakukan encore setelah kami ditunjuk sebagai pemenang kontes menyanyi tahun ini, kami lakukan dengan senang hati.

Pandanganku mengedar pada setiap penonton yang bersorak dan ikut menari bersama. Pandanganku terhenti pada sosok pria yang tengah berdiri dengan senyuman lebar disana. Aku membalas senyumannya dan kembali melakukan encore dengan mantap.

"Kau menepatinya" batinku.

.

.

.

Aku mengemas barangku. Meski tak banyak seperti barang bawaan Hanbin tapi aku tetap perlu mengemasnya.

"Ini"

Aku melepas penjepit rambut silver milik Hanbin. Bukan. Aku tak tahu milik siapa penjepit rambut itu. Yang jelas, Hanbinlah yang membawanya. Jadi aku hanya perlu mengembalikannya pada Hanbin.

"Simpan saja" katanya sambil mengemas beberapa barang dan aksesorisnya dalam kotak.

"Aku letakkan disini?" aku meletakkannya di dalam kotak miliknya.

"Tidak. Simpan saja disini" Hanbin menatap puncak kepalaku dan meletakkan kembali jepit silver itu di rambutku.

De javu. Tidak tidak. Memang baru beberapa jam Hanbin melakukan ini padaku. Jadi ini bukan rasa pengalaman yang terulang. Tapi dia memang melakukannya dua kali. Begitu juga dengan degub jantungku. Masih sama seperti yang kurasakan beberapa waktu lalu.

"Kau boleh mengambilnya"

Masih sama, nafas hangatnya berhembus di puncak kepalaku.

"Untukku?"

"Tentu. Anggap saja itu hadiah kecil dari ku atas kerja kerasmu selama ini" jawabnya setelah menurunkan tangannya dari elusan lembut di kepalaku.

"Kau datang?"

Seorang pria memasuki tenda dan disambut dengan sapaan dari Rose.

Junhoe?

"Kau datang?" Hanbin menoleh pada Junhoe setelah Junhoe mengedarkan pandangannya dan menuju ke arahku.

Junhoe menghampiriku dengan senyumannya. Junhoe selalu bisa menghentikanku dan kali ini hampir saja detak jantungku yang berhenti hanya dengan senyumannya.

"Aku hanya memenuhi janjiku" katanya.

"Janji??"tanya Hanbin heran

"Apa semuanya berjalan dengan lancar?"tanyaku pada Junhoe, sebelum ia menjawab pertanyaan Hanbin yang bisa membuatku malu jika Junhoe menjawab pertanyaannya.

"Entahlah"jawabnya singkat

"Bwo???"

"Kurasa guru Younha akan mengumumkan semuanya besok"

"Tap-"

"Kau sudah selesai kan. Kajja"

Sebelum selesai aku memprotes jawaban Junhoe yang membuatku penasaran dengan hasil olimpiadenya, Junhoe lebih dulu mengajakku untuk pulang.

Baiklah. Dan sekarang memang sudah waktunya untuk kembali.













Gk nyangka bisa sampek 19 part.

Vomment juseyo

That SECRET [Jennie x Junhoe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang