28. Wake Up

158 19 0
                                    

Nyoongan...
Annyoong...

Menuju The End...

Thanks for coming..
Don't forget to Vomment...







Happy reading.....













"Jennie-ah. Bangunlah"

Pagi yang cerah.

Ah, benarkah?

Aku masih tertutup selimut putih berbalut motif coklat. Mataku terpejam, namun telingaku bisa mendengar suara pintu kamarku yang tiba-tiba terbuka. Aku selalu lupa mengunci pintu saat tubuhku sudah terlalu lelah dengan setumpuk buku di meja belajar. Bahkan aku tak tahu sejak kapan aku terbaring dikasur. Setahuku, aku menerima video call dari Lisa pada jam 2, hanya untuk meminta pendapatku tentang gaun yang akan dikenakannya untuk berjalan-jalan pekan ini. Dan setelah itu, aku tak tahu apa yang terjadi.

"Jennie-ah. Bangunlah"

Paman Jiyoung kembali mengoyak tubuhku. Aku mendengarnya dengan jelas. Tapi aku enggan untuk membuka mata.

"Temanmu ada dibawah. Kau tidak ingin menemuinya?" kata paman Jiyoung

Ya Tuhan. Jam berapa sekarang? Setelah semalam dia mengganggu belajarku, apa sekarang dia juga ingin mengganggu tidurku? Ijinkan aku untuk istirahat sebentar, Lisa.

"Suruh dia masuk, paman" tanpa membuka mata, aku meminta paman Jiyoung untuk membiarkan Lisa masuk ke kamar ku.

"Kau yakin?? Menyuruhnya masuk kesini??"

"Tentu"

Untuk apa aku menghindari Lisa. Aku tak perlu membersihkan kamarku lebih dulu. Lagipula dia sangat paham bagaimana keadaanku.

"Baiklah. Aku akan menyuruhnya masuk. Sebaiknya kau sedikit berbenah, Jennie"

Tak perlu, batinku.

***

Cklekk

Lisa membuka pintu kamarku. Mataku masih terpejam. Tapi aku bisa mendengar suara langkah kakinya, pelan.

Kurasa Lisa mengerti. Dia tidak langsung menubrukku yang terbaring di atas kasur. Dia juga tidak berteriak di samping telingaku atau mengoyak tubuhku untuk membangunkanku. Tapi dia berjalan pelan, sangat pelan, hingga kini dia sudah berdiri di samping ranjangku setelah menyibak tirai yang kini memberikan cahayanya.

"Untuk apa kau kesini sepagi ini?" aku masih enggan membuka mata meski matahari telah menyilaukan kelopak mataku.

"Kau ingin tidur bersamaku? Huh?"

Aku menggeser tubuhku ke tengah ranjang. Aku menarik lengan Lisa hingga membuatnya terduduk bahkan mungkin dia sudah terbaring disampingku karena aku merasakan hentakan yang cukup keras di ranjangku.

Tunggu.

Sejak kapan Lisa menjadi lebih gemuk. Apa Lisa terlalu banyak makan snack potato semalam sehingga ia lingkar pergelangan tangannya yang lebih besar dan berisi?

"Bukankah kau yang sangat berniat ingin tidur denganku?"

Tunggu.

Suara itu.

Suara pria.

"Hah?"

Aku membuka mata. Aku terkejut hingga membuatku terjatuh dari ranjang. Kini diriku yang terbaring dilantai menahan sakit bokong.

What. Kenapa dia ada disini? Apa yang dilakukannya di ranjangku? Bukankah Lisa yang datang? Kenapa dia?

"Gwaenchana?"

Junhoe menyembulkan kepalanya, masih diatas ranjang. Dia akhirnya turun untuk membantuku.

"Gwaenchana. Aku baik-baik saja" aku berbohong.

Aku bangkit, seolah tak terjadi apapun dan merapikan rambutku yang pasti berantakan karena bangun tidur ditambah terjatuh yang parah. Sakit dan malu, itulah yang aku rasakan saat ini.

"Bagaimana kau bisa ada disini?" tanyaku pada Junhoe sebelum dia menanyakan apapun kecuali keadaanku setelah terjatuh.

"Bukankah kau yang menyuruhku datang kesini?" jawabnya, sekaligus betanya.

"Aku?"

"Awalnya aku hanya ingin menunggumu di ruang tamu saja. Tapi Paman Jiyoung menyuruhku ke kamarmu, atas permintaanmu" jawabnya.

"Ah, iya.. Itu salahku, karena kupikir Lisa yang datang. Tapi... Maksudku.. Hmm.. Kenapa kau bisa ada di rumahku?"

"Rumahmu?"

Pria ini. Ah, sungguh. Apa dia sedang menguji kesabaranku?

"Ah, maksudku rumah Paman Jiyoung"

"Mandi dan bersiaplah. Aku akan menunggumu di bawah kecuali kau ingin aku menemanimu mandi"

"What? A-apa..?"

"Dongdam. Aku hanya bercanda"

Aishh. Sejak kapan pria yang kupikir otaknya bersih dan baik-baik saja, kini menjadi pria konyol berpikiran kotor. Huh.

"Aku akan ke bawah sekarang. Kau hanya perlu mandi dan berganti pakaian. Tidak perlu berdandan lagi. Kau sudah cantik. Bahkan saat tidur dengan rambut acak-acakan" Junhoe mengacak rambutku sebelum dia keluar dari kamatku.

Tunggu.

Kenapa wajahku terasa hangat dan menjadi panas. Apa sekarang pipiku merah? Apa tadi Junhoe sedang memujiku? Atau sedang mengolokku?

Ah. Molla.

*****

Aku sudah selesai. Kaos putih dengan rompi jeans dan celana hitam pendek sudah cukup. Seperti biasa rambut terurai tanpa apapun, meski awalnya aku ingin memakai jepit rambut silver pemberian Hanbin.

Aku menuruni tangga. Junhoe dan Paman Jiyoung yang sedang berbincang diruang tamu menatapku. Tidak. Tapi melihatku dengan tatapan tak biasa.

"Sudah selesai?"

"Woah.. Siapa dia? Apakah dia Kim Jennie?" tanya Paman Jiyoung yang justru terlihat menggodaku.

Apa? Aku hanya memakai pakaianku seperti biasa. Tidak ada yang aneh kan. Kecuali..aroma paefum ditubuhku dan tas slempang disisi kiriku. Ku akui aku tidak pernah memakainya, karena..tidak suka saja.

"Apa kalian akan jalan-jalan? Berkencan? Huh?" Paman Jiyoung menggodaku lagi.

"Paman, Ujian Nasional tinggal dua bulan lagi. Apa menurutmu kita punya waktu untuk berkencan? Apa kita terlihat akan berkencan? Huh?" aku membalas ucapan Paman Jiyoung.

"Iya"

"Aish.."

Jawaban Paman Jiyoung singkat namun menusuk, meski sebenarnya aku juga berharap seperti itu. Tapi sayanganya Junhoe tak mengatakan apapun.




Vomment Juseyo

That SECRET [Jennie x Junhoe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang