Halo...
Hello...
Hai...
Annyeong...Yarabeun...
Thanks udah baca my little fanfic...
Thanks for your vote and comment...
Don't be silent reader...Happy reading
"Jennie-ah"
Pipiku masih terasa panas.
"Jennie-ah. Bangun"
Aku menggelengkan kepalaku tak percaya.
"Jennie-ah. Bangunlah"
Benar. Bangunlah Jennie.
"Jennie-ah. Cepat bangun sebelum guru Han datang dan menghukummu"
Guru Han??
Tubuhku terasa terguncang hebat. Aku mengusap mataku. Kepalaku terasa pening.
"Jennie, bisa jelaskan padaku? Kenapa kau tidur saat waktu jam pelajaran?? Dan itu di waktu pelajaran Bahasa Inggris yang aku ajarkan" tanya seorang pria tinggi besar dihadapanku dengan suaranya yang menggelegar.
Guru Han??
Bagaimana seorang pria bisa berdiri di dalam kamar mandi wanita?
Aku mengedarkan pandanganku. Aku salah. Semua mata menuju padaku. Bukan hanya wanita tapi banyak pria, tak hanya guru Han, menatapku. Edaran pandanganku berhenti pada sosok pria yang selalu duduk di ujung depan. Kali ini dia tersenyum.
Bangun Jennie!! Ayolah bangun.
Ini bukanlah mimpi. Aku sudah membuka mata sejak tubuhku terguncang oleh Lisa dan guru Han yang berdiri di hadapanku. Dan tentu saja senyuman Hanbin pun bukanlah mimpi.
"Jennie, kau masih belum kembali dari mimpimu?"
"Maaf, guru Han. Aku akan mencuci muka sekarang" aku lekas berdiri.
"Kau pikir dengan pergi ke kamar mandi dan mencuci muka kau akan lolos hukuman dariku, Jennie?"
Aku lupa. Guru Han bukanlah guru yang punya rasa belas kasihan seujung kuku pun. Semua orang tahu itu. Dia di kenal sebagai guru killer yang tak kenal ampun. Menantangnya pun bukanlah hal mudah, meski aku bisa, karena pastinya akan ada hukuman berlipat jika membantahnya.
Aku duduk kembali.
"Kenapa duduk? Apa aku menyuruhmu untuk duduk?"
Ya tuhan, aku sudah lelah hanya dengan kegiatan kontes menyanyi kemarin. Setidaknya biarkan aku istirahat barang sehari saja.
"Berdiri dan maju ke depan"
Haruskah? Aku sedang malas melakukan apapun. Dan akhirnya aku hanya menurutinya sebelum segala hukuman melimpah pada diriku. Aku berada di depan sebagai tontonan semua mata yang menujuku dan aku bisa melihat wajah Hanbin karena aku berdiri di hadapannya.
"Anak-anak. Kalian tahu kemarin hari apa?"
"Nde.."jawab mereka, dan aku masih berdiri di depan.
"Ya, kemarin adalah hari yang sangat menakjubkan bagi sekolab kita. Kenapa?" tanya guru Han. "Karena sekolah kita mendapat penghargaan sebagai juara pertama lagi pada olimpiade kemarin"jawabnya sendiri
"Dan kalian tahu, siapa yang melakukan itu semua?"
"Junhoe.." serentak semua penghuni kelas menjawab dengan kompak dan tepuk tangan kembali membuat gaduh kelas.
Seperti yang dikatakan Junhoe kemarin, akan ada pengumuman di kelas tentang olimpiade matematika yang diikuti Junhoe. Dan inilah hasil yang dijanjikan Junhoe. Junhoe tersenyum, berdiri dan membungkuk sebagai tanda terimakasih atas pujian guru Han.
"Dan...."
Dan...guru Han berhasil membuat kelas kembali tenang akibat satu kata yang membuatnya penasaran kembali.
"Sekolah kita juga berhasil meraih juara di kontes menyanyi nasional yang di adakan kemarin"
"Youhuuu..."
Dan semua sorak, siulan dan tepuk tangan kembali membuat kelas gaduh dengan kebanggaan. Bobby menepuk dadanya, bangga. Donghyuk dan Yunhyung memberikan tos tanda kemenangan. Jinhwan terus saja menepuk pundak Hanbin dari bangku belakang."Terimakasih atas dukungan kalian dan partisipasi tim yang dipimpin Hanbin. Dan salah satunya adalah...."guru Han menjeda kalimatnya berusaha menciptakan suasana tegang
"Kim Jennie..." guru Han memanggil namaku dengan mengayunkan kedua tangannya, seolah dialah pembawa acara yang sedang memanggil bintang tamunya. Dia bertepuk tangan diikuti dengan sorak dan siulan dari beberapa siswa laki-laki.
"Jennie, bisa kau tunjukkan sedikit cuplikan penampilan kalian kemarin?" pinta guru Han.
"Nde??"
"Ya"
"Jennie. Jennie. Jennie..." kurasa semua penghuni kelas ini adalah pendukung guru Han. Mereka menikmati saat aku dipermainkannya.
"Baiklah"
Guru Han mulai memainkan musiknya dan aku mulai menggerakkan tubuhku.
Aku menyanyikan bagianku, selanjutnya adalah Hanbin. Aku tak bisa menyanyikannya yang bukan bagianku, jadi aku hanya perlu menarikannya. Tak kusangka Hanbin memilih untuk berdiri dan menyanyikan bagiannya bersamaku. Apa aku masih bermimpi? Lisa, Bobby, Jinhwan, Donghyuk, Yunhyung dan Chanwoo ikut bernyanyi dan menari bersamaku dan Hanbin. Tanpa adanya Rose dan juga Jisoo penampilan singkat ini hampir mendekati sempurna. Hingga akhirnya Junhoe juga ikut bernyanyi bersama. Tak kusangka, dia masih mengingat gerakan koreo yang sudah cukup lama tak dia ikuti. Karena aku tahu, Junhoe melakukan yang terbaik dalam segala hal. Dan itulah Junhoe.
Masih dalam suasana yang menakjubkan gembira, tepuk tangan dan siulan terdengar setelah penampilan singkat yang kami lakukan.
"Terimakasih, Jennie dan lainnya"
.
.
.
"Jennie-ah"
Koridor sekolah memang tak pernah sepi di jam seperti ini. Berjalan berdua, bertiga atau berempat untuk menuju ke tempat tujuan masing-masing. Perpustakaan, ruang latihan, lapangan, toilet dan yang paling diminati adalah kantin sekolah adalah tujuan mereka. Aku menoleh ke belakang saat seseorang memanggil namaku.
Aku kembali menoleh, memghadap ke depan, ke jalan yang akan aku lalui setelah kutahu dengan jelas orang yang memanggil namaku.
"Jennie-ah. Tunggu"
Aku semakin mempercepat langkahku, sesegera menghindarinya.
Tunggu.
Untuk apa aku berlari? Untuk apa aku menghindarinya? Aku tidak melakukan kesalahan apapun. Lagipula itu hanyalah mimpi. Pastinya dia tak akan tahu tentang mimpiku jika aku tak mengatakan padanya.
Vomment juseyo
KAMU SEDANG MEMBACA
That SECRET [Jennie x Junhoe]
Fanfic"Mengapa kau memintaku?" "Rahasia" Aku hanya ingin menjadi bayangan. Ada diantara mereka namun tak terlihat. Keberadaan yang menjadi rahasia. Terinspirasi dari minidrama 'Puberty Medley' Highrank #40