Annyeoong...
Sorry, udah lama nggk update n part ini juga nggak sepanjang part sebelumnya..
Thanks udah vomment untuk FF ini..
Happy reading..
Seseorang memanggil namaku. Aku menoleh pada pintu bagian belakang kelas. Disana sudah berdiri seorang pria dengan seragam yang sama sejak hampir 2 jam yang lalu, seperti ku dan Junhoe. Dia sedang mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal, dia sedikit membungkuk. Kemudia berdiri tegak.
Aku dan Junhoe hanya menatapnya. Heran. Kenapa dia kembali kesini dengan seragam lengkap bahkan tas hitamnya masih menggantung di punggung. Kupikir dia sudah pergi bersama Jinhwan setelah membantu guru Younha tadi.
"Kau masih di sini?" tanyanya lagi.
"Ya, aku masih menyelesaikan tugasku" jawabku.
"Syukurlah"
"Kenapa?"
"Bukan apa-apa. Hanya saja.. Aku tak melihatmu pulang berasama Lisa. Katanya kau di sini sendirian. Syukurlah, kau tidak apa-apa"
Kurasa Hanbin baru saja berlari setelah tahu jawaban dari Lisa.
"Wae? Aku...tentu saja aku baik-baik saja"
"Aku...hanya mengkhawatirkanmu. Kupikir kau akan melakukan hal buruk saat tak ada siapapun" jelasnya.
"Jennie sedang belajar bersamaku. Jadi kau tak perlu mengkhawatirkannya" jawab Junhoe. Perkataan Junhoe pada Hanbin seolah dia sedang mengatakan kepemilikannya. Apa Junhoe tahu tentangku dan Hanbin? Apa Junhoe tahu tentang Hanbin yang menyatakan perasaannya padaku?
"Ah, sebenarnya dia tidak belajar dan memperhatikan penjelasanku. Tapi dia sedang memperhatikanku" kata Junhoe menggodaku. Apa Junhoe sedang memanas-manasi Hanbin.
"Yass.. Aku tidak sedang memperhatikanmu" bantahku pada Junhoe
"Ah, benarkah?" raut wajah Hanbin menyurut. "Keureom, haruskah aku pergi saja"
"Tidak""Ya" jawabku dan Junhoe serentak, namun beda jawaban. Hanbin tidak perlu pergi karena akupun akan segera pulang dengan kepalaku yang panas, pikirku. Tapi Junhoe berkata lain. Dia menginginkan Hanbin pergi, tanpa kutahu alasannya.
"Tidak. Kau tak perlu pergi. Aku sudah selesai dengan belajar ku" jelasku. Aku menutup buku-bukuku dan merapikannya.
"Kau sudah selesai? Bukankah kau masih belum memahami penjelasanku?" tanya Junhoe.
Kurasa akan segera ada perang dunia. Jadi aku harus menghentikannya sebelum hal buruk terjadi.
"Kurasa aku sudah memahaminya. Sangat memahaminya" jawabku tegas, dwngan mengambil pena di tangan Junhoe. Aku sangat memahami situasinya, bukan penjelasannya. Sebenarnya aku masih ingin bersama Junhoe, sangat. Tapi situasinya akan lebih buruk jika aku masih bersama Junhoe.
"Aku pulang" kataku sambil menggendong ransel hitam di punggungku.
"Aku akan mengantarmu" kata Hanbin dan Junhoe serentak. Aku menoleh pada Hanbin kemudian Junhoe. Ya tuhan. Ada apa ini. Haruskah seperti ini? Aku tak bisa memilih diantara keduanya.
"Kenapa kita tidak pulang bersama saja" jawabku.
******------******
Seperti de javu. Ini kedua kalinya aku pulang bersama mereka. Masih seperti yang dulu, tak ada suara dariku dan kedua manusia ini.
"Mau makan tteokbokki lagi?" tanyaku, mencoba mencairkan keheningan.
"Tidak. Aku sedang menghindari makanan pedas" kata Junhoe
"Aku...mungkin lain kali aku akan makan bersamamu" jawab Hanbin.
Suasana hening kembali.
Mencari tema pembicaraan memang sulit.
"Kau sudah punya jawabannya?" kata Hanbin.
"Jawaban?" tanya Junhoe penasaran.
"Bukan apa-apa. Aku hanya bertanya sesuatu padanya. Mungkin pertanyaan sedikit sulit"
Kurasa aku tahu maksud dari pertanyaan Hanbin. Ini kedua kalinya dia menanyakan itu padaku. Tapi kali ini lain. Dia tak ingin mendesak dan membuatku tertekan dengan pertanyaan itu. Tapi dia tahu, Junhoe ada di sini. Seolah dia ingin menunjukkan sebuah kata 'lepaskan Jennie' dan 'aku akan menjaganya'.
"Ah, maaf. Aku belum sempat memikirkan jawabannya" jawabku.
"Tak apa" "Lagipula aku akan terus menunggumu" kata Hanbin.
"Maaf. Aku masih sibuk untuk mempersiapkan ujian nasional tiga bulan lagi"
"Apa kau kesulitan? Aku akan membantumu"
Aku kesulitan. Sekali. Tapi haruskah aku mengatakannya sekarang. Maksudku Junhoe ada di sini, aku tak ingin menyakiti perasaannya jika aku menerima bantuanmu. Karena Junhoe juga pernah menyatakan perasaannya padaku. Dan aku..tak bisa memilih..
"Tidak. Terimakasih"
Tak terasa sudah di pertigaan. Saatnya Hanbin untuk memisahkan diri dari jalan kami.
"Hanbin-ah"
"Hmm?" Hanbin menoleh dan membalik badan karena panggilanku.
"Kau tak perlu terus menunggu" kataku
"Hmm?"
"Beri aku waktu, tiga bulan"
Tiga bulan lagi ujian nasional.
"Aku akan mengatakannya setelah ujian berakhir"
"Kau juga, Junhoe"
Vomment Juseyo
KAMU SEDANG MEMBACA
That SECRET [Jennie x Junhoe]
Fiksi Penggemar"Mengapa kau memintaku?" "Rahasia" Aku hanya ingin menjadi bayangan. Ada diantara mereka namun tak terlihat. Keberadaan yang menjadi rahasia. Terinspirasi dari minidrama 'Puberty Medley' Highrank #40