29. One Day

166 21 0
                                    

Annyeoong..
Nyeoongan...

Go to 'End'

Thanks for coming and Voting..
But... Don't forget to Vomment again..

Geumawo Yarabeun..







Happy reading










Junhoe berjalan di depanku, aku mengikutinya dari belakang. Aku tak tahu kemana dia akan membawaku pergi bersamanya.

Pagi yang hangat dan angin berhembus menyejukkan wajahku. Sesekali aku menyampirkan rambutku yang beterbangan dan menghalangi pandanganku.

"Kita akan kemana?" tanyaku, membuka percakapan.

Junhoe berbalik menghadapku. Aku berhenti saat kulihat Junhoe mulai berbalik arah dan mendekatiku. Kenapa?

"Kita akan sedikit berolahraga" katanya saat tepat dihadapanku. "Tidak baik terus tidur dipagi hari". Junhoe menyibak rambutku dan menyampirkannya di belakang telinga.

Aku tak tahu kenapa semua orang sangat senang membuatku jantungku berdetak kencang seolah dia akan keluar dari tempatnya. Ah, bukan semua orang. Tapi Junhoe dan juga Hanbin sudah sering melakukannya padaku. Dan sialnya, aku selalu tak bisa melakukan apapun. Bahkan untuk mengatakan sesuatu saja sudah sangat kesulitan.

"Setidaknya kau harus punya tubuh yang segar untuk mendapat otak yang segar" lanjutnya. Kali ini Junhoe tak hanya merapikan rambutku tapi dia maju satu langkah lebih dekat padaku, yang membuat jantungku terus terpompa cepat.

"Bukankah belajarmu akan lebih mudah dengan tubuh yang lebih segar" katanya lagi. Dan kali ini dia sudah ada di belakangku. Tangannya mengelus kepalaku. Merapikan dengan jari lalu menyatukannya di pusat kepalaku. Aku tak tahu sejak kapan Junhoe mengeluarkan benda merah itu. Dia mengikat rambutku dengannya.

"Kajja" katanya, setelah selesai mengikat rambutku. Dia berjalan lagi mendahuluiku.

Aku tak bisa melihatnya langsung. Tapi kutahu ikat rambut ini pastilah cantik. Kini aku tak perlu lagi sibuk merapikan dan menyampirkan rambutku di belakang telinga.

"Kenapa kau tak mengatakannya kalau kita akan berolahraga. Setidaknya aku bisa mengganti pakaianku dengan dengan pakaian olahraga"

"Apa kau berharap kita akan benar-benar berkencan saat kau memilih pakaian itu?"

"T-tidak. Untuk apa kita berkencan saat kita bukanlah siapa-siapa" jawabku asal. Karena aku akan lebih malu jika aku mengatakan sangat berharap bisa berkencan dengannya. Ini bukan waktu yang tepat.

"Kau yakin? Ah, jadi aku tak perlu menunggunya lagi. Hanbin pasti senang mendengar kemenangannya" katanya, yang terlihat jengkel meski aku tak melihat ekspresi wajahnya.

"Tidak tidak. Bukan begitu maksudku"

"Benarkah?"

"Aissh.. Terserah kau saja" aku merajuk. Dan mendahului jalannya.

"Jennie-ah. Kau mau kemana?"

Aku tak menjawabnya. Kuharap dia tahu aku sedang merajuk.

"Kajja"

Ha?

Junhoe sudah berada di depanku lebih cepat dari yang kupikir. Dia menyusulku dengan sebuah sepeda. Darimana dia mendapatkan sepeda itu. Aku tahu, itu adalah sepeda biru yang sama saat dia memboncengku ke sekolah. Sepeda yang menjadi korban karena aku mengatakan asal bahwa aku ingin naik sepeda. Tapi sebenarnya aku tak bisa mengendarai sepeda.

That SECRET [Jennie x Junhoe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang