11. Heart Cooler

243 26 9
                                    

Paman Jiyoung tersenyum kecut. Pasalnya promosi yang artinya naik jabatan juga naik gaji tentunya, sudah idamkan sejak lama. Bahkan aku yakin semua karyawan juga menginginkan hal tersebut. Tidak mudah mendapatkan kesempatan langka seperti ini. Tapi paman Jiyoung melepaskannya begitu saja. Aku hanya tak percaya paman Jiyoung melakukannya. Bagaimana dengan promosinya.

"Ayahmu..."

Ayahku mengatakan akan mengganti seluruh kerugian yang diderita paman Jiyoung. Ayah tak ingin mengecewakanku lagi.

Dia tahu berganti-ganti sekolah bukanlah keinginanku, bukanlah kemauanku yang akan membuatku bahagia. Tinggal beberapa bulan lagi untuk kelulusan, dan aku harus mempunyai kenangan yang akan selalu kukenang dengan teman-teman yang kumiliki, katanya.

Kenangan bahagia tentunya. Jika aku terus berpindah sekolah maka tak akan ada kenangan yang kumiliki bersama temanku juga tak ada teman yang memiliki kenangan bersamaku. Aku akan dilupakan, katanya.

"Kau bisa melanjutkan sekolahmu disini bersama teman-temanmu"

"Kita tak akan pindah ke Seoul"

Langkahku lebih berat dari biasanya. Menuju tempat yang akan menjadi tempat eksekusi. Atau mungkin lebih tepat disebut sebagai neraka bagiku. Pernyataan paman Jiyoung selalu berhasil membuatku syok.

Setelah kupikir aku akan syok dengan berita kepindahanku ke Seoul, ternyata ada hal yang lebih membuatku terkena serangan jantung. Aku tidak akan pindah. Lalu bagaimana dengan nasibku disini. Aku akan menjadi pesuruh Hanbin?? Menjadi bahan olokan Bobby?? Menjadi kekasih-tak beralasan Junhoe?? Menjadi kontestan di kontes menyanyi nasional??

Bagaimana aku bisa melakukannya?? Bahkan aku saja tak pernah melakukannya. Menyanyi?

Tidak.

"Sendirian saja??"

Pria ini lagi. Aku tak tahu sejak kapan dia di belakangku dan kini dia sudah berjalan di sampingku.

"Tidak. Aku berjalan bersamamu"

Bodoh.

Hanbin terkekeh.

Ayolah. Aku sedang tak berselera untuk bicara dengan siapapun. Apalagi denganmu. Jadi tinggalkan aku sendiri. Kim Hanbin.

"Aku tunggu di ruang seni saat istirahat nanti"

Untuk apa?

Hanbin pergi mendahuluiku. Ya, pergilah. Itu lebih baik.
.

.

.

.

.

.

"Kau sudah datang?"

Hanbin menyapaku, masih dengan laptop di depannya. Aku tak menjawab. Sebenarnya apa yang diinginkan Hanbin hingga menyuruhku datang ke tempat ini.

"Aku tak punya banyak waktu. Jadi cepat katakan. Kenapa kau menyuruhku kesini?"

"Baiklah. Tapi yang lain belum datang. Jadi bersabarlah sedikit"

'Yang lain'?

"Maaf aku terlambat"

Gadis ini? Apa yang membuatnya kemari. Gadis bersurai panjang ikal, yang sempat menyulutkan api di hatiku. Rose.

"Uh, tidak. Kurasa kita tidak terlambat. Bahkan yang lain belum datang" tambahnya

'Kita'?? Apa maksudnya. Dia tidak datang sendiri?

"Kau benar. Bahkan masih banyak yang belum datang"

Gadis bersurai hitam panjang, berdiri di sebelah Rose. Siapa dia? Gadis cantik, mungil dan bibirnya juga indah.

That SECRET [Jennie x Junhoe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang