2. Nostalgia

3.3K 184 3
                                    

MUNGKIN sudah waktunya Farah menutup rapat semua kenangan bersama Rafi. Toh, menurutnya sudah tidak ada celah untuknya dihati Rafi. Tetapi lelaki itu hingga sekarang masih saja menggodanya, membuatnya tertawa dengan segala tingkah lakunya yang kelewatan batas, dan yang paling sukses membuatnya menangis.

     Farah sedang duduk ditaman dekat rumah bersama Meira dan Monik--dua teman rumahnya yang juga teman disekolahnya kelas 11.

     "Eh Far, gue sama Meira mau beli minum dulu di warung, mau nitip?"

     "Terserah apaan aja, gue sih ngikut aja."

     Monik dan Meira berjalan ke warung dekat taman, Farah duduk sendiri di bangku taman sambil melihat anak-anak lain berlari-larian.

     "Farahhh...lagi ngapain? Sendiri aja." Lelaki itu muncul lagi dan pasti akan membuat dinding raksasa yang sudah Farah bangun susah payah kembali hancur untuk kesekian kalinya.

     "Ngapain lo?" Balasnya tanpa melihat kearah Rafi.

     "Masih belum bisa maafin gue? Yaudah, nggak pa-pa. Gue sih ikhlas aja." Tangan Rafi yang semula berada di belakang badannya, tiba-tiba memunculkan dua buah eskrim vanila kesukaan Farah--juga menu favorit mereka disaat dulu mereka pacaran.

     "Ngapain sih pake beli eskrim segala?"

     Meira dan Monik berjalan kearah Farah dan Rafi. Monik langsung berlari disaat ia melihat Rafi sedang bersama Farah. "Lo ngapain teman gue? Mau gue hajar?!" Monik mencengkram lengan Rafi kuat-kuat. "Udah Mon, kasihan. Gausah sampai digituin juga."

     "Masih peduli kan sama gue? Gue tahu kok, Far. Yaudah gue balik dulu. Jangan lupa dimakan eskrimnya nanti keburu meleleh." Rafi pun pergi dari taman meninggalkan mereka. Farah menatap punggung Rafi, lelaki yang dulu ia cintai.

***

Hari ini ada acara bersih-bersih sekolah dan semua siswa kecuali OSIS menggunakan baju olahraga. Acara akan selesai pukul setengah dua belas siang.

     "Baru masuk 3 minggu udah disuruh bersih-bersih aja." Cetus salah satu siswa dari kelas lain.

     "Semua siswa sudah dibagi kelompoknya per kelas. Silakan kalian bersih-bersih ditempat yang sudah ditentukan." Leon berbicara menggunakan pengeras suara.

     Kelas X-4 membersihkan daerah disamping sekolah--got sekolah. Kelas mereka dipandu oleh Tika-OSIS dari kelas 12-IPA-5.

     "Jijik banget gue megangnya ih, udah berlendir-lendir lagi." Ana dari sebelum membersihkan got sudah mengeluh karena dia tidak suka kotor-kotoran. Berbeda dengan kembarannya, Ani sangat menyukai bersih-bersih. Hingga mereka berdua dijuluki 'tampang sama sifat beda' julukan itu awalnya diprovokatori oleh Rahman, yang memang sengaja membuat julukan itu agar dia bisa dekat-dekat dengan Ana.

     "Bantuin gue nyabut rumput yang paling bawah dong yang nyampe." Paula memohon ke teman-temannya. Budi pun bersedia membantu Paula. Bukan karena ada maksud tertentu, tapi Budi kalau masalah bantu-membantu, sangat ringan tangan.

     "Makasih ya, lo emang baik banget kalau masalah bantu-bantu gini."

     "Oh, nggak masalah. Gue sih emang ngga bisa diam, harus tetap gerak biar vit." Omongan Budi mulai ngelantur.

     "Maafin teman gue ya. Emang kebiasaan dia kalau udah dipuji-puji jadi ngelantur gini ngomongnya." Teman-teman yang lain sudah pada memaklumi kalau sifat Budi memang seperti itu.

     "Minggir woi, minggir. Entar ketabrak." Dhava dan Sakha berteriak-teriak seperti orang dikejar setan. Dibelakang mereka ada Alvin yang mengejar mereka, Alvin jadi dimarahi Bu Yulia karena Sakha dan Dhava melaporkan bahwa Alvin tidak ikut bersih-bersih.

AlfaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang