14. Ketua OSIS Bule

1.5K 102 0
                                    

SEPULANG sekolah, perwakilan kelas 10, OSIS kelas 11, bersama mantan OSIS kelas 12--yang masih dipercaya untuk membantu adik-adik OSISnya--diperintahkan untuk menghadap OSIS di ruang OSIS. Hari ini mereka akan membicarakan masalah razia rokok.

     Pulang sekolah, Farah bersama Paula langsung berjalan menuju ruang OSIS. Sesampainya mereka berdua disana, sudah ada beberapa perwakilan kelas 10, OSIS kelas 11, juga empat OSIS kelas 12--Leon, Tika, Dani, dan Panji.

     Leon langsung mempersilahkan Farah dan Paula duduk. Seperti biasa, jika mereka mau rapat, pasti rapatnya lesehan. Kata Leon biar lebih santai aja, kalau dibangku terlalu formal. Walau seharusnya memang formal, tapi kebijakan itu diterima baik oleh para anggota OSIS.

     Tepat disamping Farah, Panji duduk. Entah mengapa, sejak kejadian yang lalu, Farah jadi agak canggung jika bertemu teman-teman Alvin, terutama Alvin.

     Setelah semua lengkap, Leon mulai bicara. "Silakan salurkan saran kalian mengenai razia rokok ini sebebas-bebasnya."

     Beberapa siswi perwakilan kelas 10 dan 11 ada yang berbisik soal Leon. Bagaimana tidak. Leon adalah ketua OSIS dan ia dipandang sangat bijaksana. Dalam menyelesaikan masalah sekolah pun ia bertindak sangat santai tapi tepat.

     Belum lagi perawakan Leon tinggi, sedikit berisi, sixpacknya sedikit kelihatan, putih, sedikit bicara membuatnya terkesan cool, mata biru terangnya menambah pesona lelaki itu, rambutnya acak-acakan tapi tetap terlihat seperti pemimpin. Rambut berdominasi cokelat dengan sedikit pirang membuatnya tambah tampan. Leon adalah anak dari blasteran Indonesia-Inggris. Ibunya orang Indonesia dan ayahnya orang Inggris campur Belanda, tetapi Leon lahir di Indonesia.

     Sebagai figur ketua OSIS, banyak sekali yang menjadi secret admirernya. Terkadang ia agak risih dengan banyaknya orang yang sering memperhatikannya.

     Leon juga seharusnya tahun ini sudah tak menjadi ketua OSIS, tapi karena prestasi dan peningkatan sekolah naik drastis--karena kerja kerasnya--ia masih diminta oleh kepala sekolah untuk menjadi ketua OSIS hingga semester 1 berakhir. Ketua OSIS kelas 11 yang sudah terpilih pun tak keberatan jabatannya dipakai dulu oleh Leon.

     "Gimana kalo kita kasih denda bagi yang masih berani membawa rokok." Saran Dhira. Leon segera menyuruh Tika selaku sekretaris untuk mencatatnya.

     "Kalau kata saya nih, kak. Denda aja nggak bakal buat niat mereka ciut." Kata Kiki.

     "Terus menurut kamu bagaimana?" Tanya Dani.

     "Lebih baik disaat ada apa gitu, OSIS langsung cek satu-satu tasnya. Terus kalo udah ketemu siapa aja yang bawa rokok, mereka disuruh berdiri dijalanan lepas baju bawa kardus tulisannya 'saya nggak bakal membawa rokok lagi ke sekolah'" Kata Kiki mantap.

     "Saran ditampung." Kata Tika sambil melanjutkan mencatat.

     Paula membisiki Farah. "Pacar gue idenya keren banget ya." Farah hanya geleng-geleng. Disaat rapat pun Paula lebih memikirkan pacarnya itu dibanding rapatnya.

     "Gimana kalo si Panji suruh temen-temennya yang cek. Kan lo OSIS nggak bener. Suruh aja mereka." Kata Noval--Kak Noval ini pacar Meira, kelas 11-4.

     "Terus, Pal. Terus katain gue OSIS nggak bener." Jawab Panji malas.

     Farah langsung berpikir, kadang yang orang katakan itu nggak semuanya benar. Panji memang berteman dengan anak-anak berandal, tapi itu tak merusak jati dirinya sebagai OSIS. Kenapa harus dijuluki OSIS nggak bener?

     "Kalau berhubungan sama anak-anak itu, gue nggak mau." Jawab Leon ketus.

     "Jangan karena lo dendam sama Alvin yang dulu bikin lo emosi, bikin lo sekarang nggak mau minta bantuan dia." Kata Panji.

AlfaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang