33. Bingung

1.5K 107 2
                                    

RUTINITAS yang di jalani Farah dan Alvin untuk pulang bersama kembali terjadi. Setelah pengungkapan rasa antara keduanya, mereka sama-sama berusaha untuk lebih saling mengerti satu sama lain.

     Mereka berdua sadar bahwa semua masalah seharusnya dibicarakan dengan baik-baik. Bukannya malah saling menjauh.

     Justru yang seperti itu lah yang membuat hubungan menjadi renggang.

     "Mau mampir ke kafe dulu nggak?" Tanya Alvin yang masih mengeluarkan motornya dari parkiran sekolah.

     "Mau. Terserah aja sih." Jawab Farah.

     Setelah Alvin beres dengan motornya, Farah menaiki jok motor Alvin dan mereka pergi ke kafe yang dituju.

     Masih menunggu pesanan mereka, mereka berdua saling berbincang mengenai hal-hal yang tak penting--memang sudah menjadi kebiasaannya.

     "Gue bersyukur." Ujar Alvin.

     Farah mengernyit. "Bersyukur karena apa?"

     Saat Alvin tersenyum dengan sangat manis, hati Farah malah meleleh. "Gue bisa di kasih kesempatan kedua buat milikin lo lagi."

     Walau Farah tak bisa memastikan kalau Alvin tak akan mengecewakannya lagi, ia sekarang sudah percaya dengannya.

     "Gue juga."

     Pesanan mereka datang. Dan tepat setelah pesanan mereka datang, seseorang yang tak di inginkan Farah dan Alvin keberadaannya malah datang.

     Kenapa setiap di kafe, sesuatu yang tak di inginkan pasti muncul.

     Alvin bergumam. "Shit. Jangan lagi."

     Orang itu berhenti tepat di samping meja mereka. "Selamat ya kalian udah balikan." Ucapnya dengan nada sinis.

     "Ngapain lo ke sini?" Tanya Alvin dengan nada yang tak kalah sinis.

     "Ini tempat umum. Gue berhak dong ke tempat ini."

     "Ferena, lo kalau mau bikin ribut mendingan keluar aja jangan di sini." Kata Farah.

     Ferena menatap Farah tajam nan sinis. "Makasih banget ya udah ngerebut yang milik gue."

     "Maksud lo apa ngomong gitu?" Farah bingung.

     Lagi-lagi, Ferena malah tertawa. "Alvin itu udah janji buat sama-sama gue lagi pas gue udah balik dari Jepang. Tapi sekarang lo malah ngerebut dia... untuk yang kedua kalinya."

     "Kita pergi aja, Far." Ajak Alvin yang langsung membereskan barang-barangnya.

     Langsung lah Farah juga membereskan barangnya dan mereka berdua pergi meninggalkan Ferena tanpa berkata sepatah kata pun.

     Di luarnya, Alvin menggerutu. "Gara-gara dia semuanya jadi rusak, kan."

     Pundak Alvin di tepuk-tepuk oleh Farah. "Nggak boleh gitu. Mendingan kita pulang aja sekarang."

***

Farah memandangi ke luar jendela kamarnya. Ia jadi mengingat-ingat kejadian saat dulu Alvin menembaknya di bawah sana, di hadapan teman-temannya.

     Ia bicara sendiri. "Bukan masa depan yang aku takuti, tapi mengulang masa lalu di masa depan"

     Masih ada sedikit perasaan takut di hatinya mengenai Alvin. Ia tak mau jatuh ke lubang yang sama untuk yang kedua kalinya, namun ia masih mau memberikan kesempatan untuk Alvin.

AlfaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang