9. Hal yang Belum Bisa Diterima

1.5K 112 2
                                    

SUDAH tiga hari setelah mereka ke kafe, namun Sarah masih bersikap aneh. Entah apa yang terjadi kepadanya. Apakah kata-kata Oliv salah bagi Sarah soal prasangkanya soal Sarah dan Alvin memiliki hubungan spesial?

     "Rah, lo jangan gini terus dong. Kita-kita bingung jadinya." Kata Paula. Sarah seolah tak mendengar perkataan Paula dan tetap memainkan ponselnya.

     "Kata-kata gue salah ya soal hubungan?" Tanya Oliv dengan muka yang sedikit melas.

     Anak kembar itu serempak berkata. "Farah dari kemarin diem aja."

     Sarah menengok ke arah Farah. Benar saja, cewek itu dari tadi tidak bertanya kepadanya kenapa ia menjadi aneh.

     Paula yang sedang memakan jajanannya langsung mengedarkan pandangannya ke arah Farah. "Lo masih sakit?"

     Farah hanya diam tak mau ikut campur. Dari pada membuat masalah lebih rumit--seperti yang teman-temannya lakukan--ia memilih diam.

     "Gue ke kamar mandi dulu." Farah beranjak dari kursinya dan menuju toilet sendirian.

     Oliv yang takut Farah tiba-tiba pingsan lagi, langsung mengikuti langkah Farah.

     Baru selesai ia mencuci muka dan membalikkan badannya, Farah kaget tiba-tiba Oliv ada dibelakangnya. "Ngapain lo?"

     "Gue takut lo pingsan lagi, makanya gue ikutin lo." Kata Oliv sambil berkaca. "Lo sama Sarah kenapa sih?"

     "Nggak kenapa-napa." Jawabnya.
     Oliv langsung menatap Farah dan meihat dari ujung kepala ke ujung kaki Farah. "Wah-wah, jangan-jangan--"

     Belum sempat Oliv melanjutkan kata-katanya, Farah memotong. "Udah diem, Liv. Gue lagi nggak mau bercanda." Ia pun langsung meninggalkan Oliv.

     "Lah, siapa yang bercanda." Oliv menatap kepergian Farah sambil memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.

***

Farah mengirim pesan ke Alvin.

Hari ini bisa nebeng balik ngga?

     Alvin tersenyum tipis saat membaca pesan itu diam-diam dikelas. Hingga Pak Johan menatap Alvin sambil melotot. "Kamu!" Bentakan Pak Johan membuat Alvin menatap ke arahnya. Bingung.

     "Kamu! Iya kamu! Sini kamu!" Alvin masih bingung siapa yang Pak Johan suruh maju.

     "Alvin Bastian Arfanata!" Ucap guru killer itu. Sontak membuat Alvin berdiri menuju guru itu.

     "Saya pak?" Tanya Alvin menatap Pak Johan dengan ekspresi datar.

     Murid-murid lain pasti takut, tegang, gemeteran, bahkan ada yang sampai cepirit karena dipanggil Pak Johan. Tapi, Alvin selalu dengan santainya menatap Pak Johan yang memanggilnya.

     "Iyalah. Dasar IQ jongkok!" Kata-kata khas Pak Johan terlontar 'IQ jongkok'

     Alvin menatap Pak Johan dan tiba-tiba tertawa. "IQ saya nggak jongkok, pak. Mana bisa IQ jongkok. Berdiri aja nggak bisa, apalagi jongkok. Bapak guru Biologi paling the best deh pokoknya."

     "Si Alvin kelewatan goblok." Kata Bimo yang berbisik kepada Bintang.

     Dengan emosi yang meledak-ledak, Pak Johan menyuruh Alvin keluar dari ruang laboratorium. Alvin yang disuruh keluar saat pelajaran guru killer itu malah senang, karena ia bisa bebas dari pelajaran 'terkutuk' itu.

     Alvin menghidupkan rokoknya di kantin yang sepi itu. Bude kantin hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan murid yang satu ini. Tak pernah takut jika tiba-tiba ada guru yang lewat dan menemukan ia sedang merokok di sekolah. Sudah berpuluh kali Alvin ketahuan merokok di sekolah dan ia masih belum kapok-kapok.

AlfaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang