11. Mereka yang Lahir Bersama

1.4K 116 7
                                    

DI lapangan, kelas X-2 sedang belajar olahraga bersama Pak Roni. Hari ini materi yang diberikan Pak Roni adalah bola basket. Disaat mendribble bola adalah hal yang anak-anak cowok sangat sukai dan hal yang anak-anak cewek sangat tidak sukai. Ngerti lah maksudnya ya.

     "Widih, Cella mantap bos." Bisik Bintang kepada teman-teman sekomplotannya--Alvin, Baim, dan Bimo.

     Bintang tak henti-henti melihat tubuh Cella yang sedang memantul-mantulkan bola basket itu.

     "Anjas, membal-membal gitu ya." Kata Baim dengan girang.

     Bimo pun terdiam menatap Cella fokus. Seolah disitu hanya ada ia dan Cella berdua. Tersenyum dengan senyuman jahatnya.

     "Mata lo pada dijaga napa, udah pada punya cewek juga. Kecuali lo, Ntang. Jomblo nelangsa lo mah. Makanya cepetan tembak Tina." Kata Alvin yang sama sekali tak tertarik pada Cella.

     Walau Alvin sering menggoda cewek-cewek, tetapi ia tak pernah membuat harga diri wanita serendah yang teman-temannya lakukan. Ia tak pernah mau merusak martabat seorang wanita.

     "Kayak lo nggak pernah nonton bokep aja, Vin. Sok suci." Bintang menjawab ceramahan Alvin.

     Baim yang selalu menyambung-nyambungkan kata dengan sepenggal lirik lagu langsung bernyanyi. "Kalian semua suci aku penuh dosahh, pake huruf h, inget."

     Alvin mendengus kesal. Ia tak merasa sok suci, ia hanya tak mau harga diri seorang cewek menjadi rendah karena ejekan yang menyangkutpautkan fisik seorang cewek.

     "Gue nggak bilang gue nggak pernah nonton begituan, gue bilang mata lo pada dijaga kalo sama temen sendiri." Alvin memantul-mantulkan bola basketnya yang dari tadi ia pegang dengan kesal.

     "Wajar, manusiawi." Jawab Baim.

     "Nanti nonton dirumah Bimo yok." Ajak Bintang keteman-temannya.

     Alvin yang masih memainkan bola basketnya langsung menatap Bintang dengan wajah berseri. Penuh harapan dan memasang muka genit.

     "Ayok lah. Mau nonton apalagi? Yang kemarin kan udah selesai." Jawab Alvin yang tadinya malas-malasan menjadi sangat antusias.

     "Alah, giliran nonton gituan aja semangat. Giliran kita goda-godain Cella lo marah-marah." Sahut Bimo.

     Alvin mendengus lagi. "Kan lebih baik nonton sendiri daripada godain orang."

     Mereka kecuali Alvin terkekeh. Sebenernya dua-duanya nggak ada yang baik.

     Terdengar suara panggilan kepada Alvin dari sudut lain. Pak Roni memanggilnya untuk memberikan contoh yang benar dalam mendribble bola, karena ia adalah pemain basket kelas X terbaik diantara yang terbaik. Ia juga jago main voli. Alvin pun menuju tengah lapangan untuk memeragakan cara yang benar. Anak-anak cewek yang melihatnya langsung klepek-klepek. Terdengar beberapa sahutan. "Gila keren abis." Keren abisnya itu bukan keren main basketnya, tapi keren gayanya. Alvin hanya melirik cewek itu dan kembali fokus. "Ya Tuhan ciptaanmu sungguh indah." Ew lebay. "Andai gue bisa jadi pacarnya."

     Selesai Alvin memberikan contoh, ia melewati cewek-cewek sekelasnya itu dan memasang senyuman miring. "Sori sori aja, hati gue cuman buat satu cewek."

     Ami yang tergila-gila dengan Alvin langsung menutup mukanya malu, padahal Alvin tak berbicara didepan mukanya--hanya menatap sebentar cewek-cewek itu dan berkata. Ami sangat-sangat tergila-gila dengannya, entah apa yang membuatnya seperti itu. Alvin memang termasuk golongan cowok-cowok ganteng di SMA itu, tapi, seperti tak ada cowok lain saja didunia ini.

AlfaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang