12. Suatu Pertanda

1.4K 105 9
                                    

COWOK itu duduk disamping Farah. Ia menatap Farah lekat. Lalu memulai pembicaraan.

     "Farah gue boleh jujur nggak?"

     Farah melihat kedalam mata Alvin dan mulai berpikir apa yang akan terjadi. "Mau jujur? Boleh." Jawab Farah.

     Sepuluh detik terlewatkan dan Alvin belum berbicara sepatah katapun. Hingga Farah bertanya lagi memastikan. "Alvin? Mau jujur tentang apaan? Malah diem."

     "Sebenernya gue--" kata-kata Alvin menggantung.

     Ia melanjutkan kata-katanya. "--suka sama lo. Lo mau nggak jadi pacar gue?" Farah mengangguk dan Alvin langsung mendekapnya dalam pelukan.

***

Farah bangun dari bunga tidurnya. 'Huft hanya mimpi ternyata' batin Farah.

     Ia beranjak dari ranjangnya dengan malas--ya karena ini hari Minggu. "Apaan sih mimpi gue gaje banget."

     Dilihatnya ada mamanya yang sedang membuatkan sarapan untuk Farah, sedangkan Fatin sedang membaca majalah remaja di meja makan.

     "Kamu udah bangun, nak? Ayo makan. Papa nggak sempet sarapan soalnya tadi mendadak ada panggilan dari kantor. Rizal main kerumah temennya, itu anak pagi-pagi udah main aja." Kata Friska lembut.

     "Iya ma." Farah duduk dikursi masih dengan muka bantalnya. Bahkan ia belum cuci muka ataupun menggosok giginya.

     "Jorok banget lu, mau makan belum cuci muka." Celetuk Fatin sambil melirik Farah.

      Farah tak mempedulikan kata-kata kakaknya itu dan menempelkan dagunya ke meja makan, ia hanya masih mengantuk. Ponsel yang dari tadi ia pegang ia letakkan di meja makan. Tak lama, ponselnya bergetar. Farah membuka ponselnya dengan malas. Sedetik kemudian ia langsung duduk tegak dan sibuk memainkan ponselnya.

     "Tadi ngantuk, sekarang kayak abis minum kopi. Kalo pacar SMS pasti gercep bales." Kata Fatin sambil tertawa.

     "Apaan sih kak. Farah nggak punya pacar." Jawabnya tanpa melihat kearah Fatin.

     "Emang. Tapi punyanya gebetan."
     Bibir Farah menampilkan senyum samar-samar.

Alvin : Selamat pagi Farah

Farah : Sejak kapan lo jadi perhatian, haha

Alvin : Dari dulu kali. Lo aja yang nggak peka

     Farah mengkerutkan dahinya. "Hah, gue nggak peka?" Tanyanya pada diri sendiri tapi terdengar oleh Fatin dan Friska.

     "Iya. Lo emang nggak pernah peka apalagi soal perasaan." Jawab Fatin.

     "Kamu aja kalo mama tanya Rizal kemana kamu jawabnya 'nggak tau' gimana mau peka. Sama lingkungan aja nggak peduli." Timpal Friska.

     "Farah selalu terpojok." Farah menyantap sarapannya dengan lahap.

Alvin : Selamat paginya nggak dibales? Alvin sedih

     'Kok alay sih pake sedih segala'

Farah : Selamat pagi juga, Vin. Udah kan?

Alvin : Belum. Harus pake 'Alvin yang ganteng'

Farah : Suka-suka lo deh

     Ia tak mempedulikan ponselnya. Setelah selesai makan Farah mencuci piring dan mengambil ponselnya lalu menuju kamarnya. Ia langsung merebahkan badannya dikasur empuknya. Terdengar lagi suara dari ponsel Farah.

AlfaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang