28. Pencerahan

1.2K 90 11
                                    

MATA yang bengkak memang sudah menjadi rutinitas Farah beberapa hari ini. Akhir-akhir ini ia sering tak bisa tidur dan juga menangis. Apalagi kalau bukan karena Alvin.

     Teman-temannya pun sudah berusaha membuat Farah kembali ceria lagi, namun tak ada satu pun yang berhasil.

     Mereka yakin betul obat satu-satunya yang paling manjur untuk Farah adalah Alvin. Hanya Alvin. Namun mau bagaimana, hubungan antara mereka berdua sedang pecah.

     Jangankan yang lain, Sarah saja tak berani untuk meminta Alvin. Takut-takut malah akan memperburuk keadaan jika Sarah meminta hal itu.

     Di kantin, Farah sama sekali tak memesan jajanan apa pun. Sedangkan teman-temannya memakan bakso dan siomay.

     Jiwanya terbang entah kemana. Mencari kebenaran yang sebenar-benarnya. Kebenaran untuk hatinya.

     Oliv melambai-lambaikan telapak tangannya di depan muka Farah. "Lo ngelamun terus, Far?"

     "Eh--" Farah langsung memijit pelan pelipisnya.

     "Lo kenapa? Sakit? Gue anterin ke UKS yuk." Kata Paula.

     Farah menggeleng. "Nggak kok. Gue cuman agak pusing."

     "Lo jangan nggak makan mulu kayak gini. Sakit aja, baru tau rasa." Ucap Paula.

     "Gue nggak lapar." Jawab Farah lemas.

     Ani bicara. "Mau gue cekokin pakai jamu penambah nafsu makan lo?"

     Sepertinya dia sudah sangat berpengalaman dengan jamu menjamu.

     Lalu Sarah memutuskan beranjak dari tempat yang ia duduki dan pergi menuju meja teman-teman Alvin. Ia sudah tak tahan lagi melihat Farah yang terus-terusan seperti ini.

     "Gue perlu ngomong sama Alvin." Ucap Sarah setelah sampai di meja bad boy itu.

     Awalnya Alvin enggan untuk mengikuti Sarah. Namun Baim memaksanya dengan gerakan mata yang berarti 'ikutin aja dulu siapa tau penting'.

     Lalu Alvin bangkit dan mengikuti langkah Sarah. Mereka berdua berdiri di area kantin yang tak terlalu ramai sehingga Sarah dapat lebih leluasa untuk bicara dengan Alvin.

     "Kenapa?"

     "Lo sama Farah harus baikan. Nggak baik marahan sama teman lebih dari tiga hari. Bahkan lo udah lama banget marahan sama dia." Pinta Sarah.

     Alvin menjawabnya seperti tak berminat dengan permintaan Sarah. "Masalah gue bukan masalah lo."

     Sarah memegang kedua tangan Alvin. "Gue mohon banget nih, Vin. Gue nggak mau sahabat gue di sakitin. Apalagi di sakitinnya sama saudara tiri gue sendiri."

     Dengan cepat Alvin menepis pegangan Sarah. "Apaan sih lo pegang-pegang!"

     "Karma has no deadline." Ucap Sarah memperingati Alvin.

     "Justru karena karma nggak ada deadlinenya, Farah yang kena karma karena dia ninggalin gue." Kata Alvin.

     Alvin tau perkataannya itu sangat lah egois, namun ia memang masih belum bisa untuk memulai semua kembali dengan Farah.

     "Dan lo bakal kena karma lagi karena udah menyia-nyiakan hati gadis yang mencintai lo dengan tulus kayak Farah." Sarah menunjuk dada Alvin dengan telunjuknya.

     Karena respons Alvin dari tadi negatif, Sarah pun pergi meninggalkan Alvin dan berjalan ke tempat duduknya semula.

     "Belum waktunya." Gumam Alvin. Lalu Alvin kembali ke meja kantinnya untung mengobrol lagi dengan teman-temannya.

AlfaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang