27. Salah Paham

1.2K 106 23
                                    

PAGI-paginya sekali, Farah hangout dengan teman-temannya untuk merayakan kedatangannya kembali. Untung saja sudah ada restoran yang buka pagi-pagi begini. Sebenarnya teman-temannya yang meminta hal ini.

     Dan di sinilah mereka sekarang. Farah mentraktir teman-temannya--suatu keberuntungan untuk anak SMA yang duitnya pas-pasan.

     Mereka semua larut dalam atmosfer bahagia yang sudah lama mereka pendam. Hingga telepon dari Baim ke ponsel Sarah membuat mereka hening seketika.

     "Kenapa, Im?" Tanya Sarah yang sedang meletakkan ponselnya di telinga kirinya.

     "Hah?! Mabok lagi? Serius, Im? Astaga!" Raut wajah Sarah berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya yang bahagia. "Iya aku secepatnya ke sana."

     Seluruh mata temannya tertuju pada wajah Sarah. "Kenapa, Sar?" Tanya Paula.

     "Tau, kok lo kayak kaget gitu?" Sahut Ana.

     Sarah menatap Farah terlebih dahulu sebelum bicara. "Alvin--dia mabok terus 'itu' sama mantannya. Dan sekarang Alvin udah di rumah Kak Dhava."

     Seketika bahu Farah melorot. Jantungnya berdetak tak karuan. Apa yang Sarah maksud dengan 'itu'? Mantannya Alvin? Apa yang di maksud adalah Ferena? Farah benar-benar ingin menangis.

     "Itu? Gitu-gituan?" Pikiran mesum Ani mulai keluar.

     Oliv menempeleng kepala Ani. "Wah-wah pikirannya."

     "Bukan. Nanti aja di jelasin sama Baim. Ayo kita harus cepet ke rumah Kak Dhava."

     Mereka semua langsung beranjak dari tempat duduknya dan memesan taksi untuk ke rumah Dhava.

***

Begitu sampai rumah Dhava, terlihat Alvin yang sedang tertidur di kamar Dhava. Teman-temannya memang sengaja tak membawa Alvin ke rumahnya dulu agar ibunya tak syok mengingat ibu Alvin memiliki penyakit jantung.

     Farah langsung menangis di tempat, namun ia tak menghampiri Alvin. Ia hanya diam di tempat dan tak bisa bernapas dengan benar.

     "Udah jangan nangis, Far." Ucap Panji sambil menepuk-nepuk pundak Farah.

     "Seharusnya kepulangan lo ke Jakarta bakal buat kita bahagia, tapi Alvinnya--" Sakha tak melanjutkan lagi ucapannya.

    Sarah yang dari tadi sedang memeluk Alvin langsung menyuruh Farah untuk mendekat. Farah berjalan dengan sangat pelan--seperti pengantin.

     Lalu yang lainnya memberikan space untuk Farah agar dapat leluasa bersama Alvin. Walau semuanya sudah keluar dari kamar Dhava, Farah masih saja tetap diam.

     Ia bahkan bingung ingin melakukan apa sekarang. Sebelumnya ia sangat berniat untuk memeluk Alvin sesudah sampai di Jakarta, namun sekarang entah apa yang menahannya untuk melakukan hal itu.

     Ia kecewa. Sangat kecewa pada Alvin. Sebelumnya teman-teman Alvin sudah menjelaskan apa yang terjadi tadi malam dan Farah tak habis pikir.

     Satu gerakan kecil Farah lakukan, mengusap punggung tangan Alvin sambil memandangi wajah lelaki itu.

     "Lo harus tau, Vin. Gimana pun kondisinya, gue bakal tetap sayang sama lo." Farah mengusap hidungnya yang mulai meler.

     Mata Alvin perlahan terbuka. Objek pertama yang di tangkap matanya adalah sosok gadis yang selama ini ia rindukan. Alvin ingin memeluk sosok itu, namun mengingat apa yang sudah terjadi, ia mengurungkan niat itu. Alvin tetap diam sampai Farah bicara.

AlfaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang