Chapter 23

25 1 0
                                    

"Oh,jadi dia..,dia itu sahabat aku,dia sahabat aku dari sejak aku kecil dulu,tapi semenjak aku pindah ke Irlandia,aku dan dia tidak pernah bertemu lagi,dan salah satu alasanku untuk datang ke Indonesia,dan memilih Universitas ini itu semua karena aku ingin mencari sahabatku itu,karena aku dengar bahwa dia juga berada di Universitas ini,aku sangat merindukannya,apakah kalian mengenalnya?

................

Ketiga sahabat itu hanya diam saja,tidak ada satupun dari mereka yang menggubris pertanyaan dari Nindy tadi.

"Kenapa kalian hanya diam saja?,ah sudahlah tidak perlu di bahas lagi,oh iya aku hampir lupa,aku ingin mengembalikan buku ini dulu ke perpus,oke,aku duluan ya,bye bae!".

"Guys,kita ke kelas aja yuk,udahlah nggak perlu dipikirin lagi,mereka kan juga cuma sahabat".

Nuri mengajak kedua bestiesnya itu kembali menuju kelas.

Vella bangkit dari kursinya menuju kelasnya,ia mengikuti Nuri dari belakang.

Namun,tidak dengan Vanya,ia bahkan tidak merespon apa yang telah Nuri katakan padanya.

Vella dan Nuri berhenti sejenak dan kembali menoleh ke arah belakang,setelah mereka tahu bahwa Vanya tidak ikut bersama mereka.

Vella dan Nuri saling bertatapan dengan penuh tanya,mereka tidak mengerti kenapa Vanya sangat memikirkan apa yang telah diceritakan Nindy pada mereka tadi,terlihat dari raut wajah Vanya yang terpancar rasa cemburu,seolah-olah Nindy memiliki hubungan khusus bersama Alto,hubungan yang lebih dari sekedar persahabatan.

"Kalian duluan saja,nanti aku menyusul".
Vanya memilih untuk menyusul kedua sahabatnya itu saja,aneh sekali sebelum Nuri dan Vella mengajukan pertanyaan padanya,Vanya telah menjawabnya duluan seolah-olah dia telah mengetahui apa yang akan teman-temannya katakan.

"Kau yakin?,tapi nanti kau akan sendirian di sini".(Vella said).

"Ya,aku yakin.aku baik-baik saja,tolong jangan khawatir,aku akan segera menyusul".(Vanya said).

"Baiklah kalau begitu".(Nuri&Vella said).

Vella dan Nuri pergi menuju kelas meninggalkan Vanya,sedangkan Vanya masih duduk di sendiri di sana.

------------

Nindy berjalan terburu-buru menuju kelasnya,sembari memeriksa kertas-kertas yang berada di tangannya.

Dann........

"Gubrakk!!"

"Awww".Nindy menjerit kesakitan karena ia terjatuh ke lantai,lututnya berdarah.

Laki-laki yang di tabrak oleh Nindy ternyata adalah Alto,laki-laki yang sangat tenar di kampus itu,ya,tenar karena ketampanannya dan juga kecerdasannya,baik dalam bidang kurikuler maupun ekstrakurikuler.

"Maaf,maaf,tolong maafkan aku,aku benar-benar tidak sengaja".Alto bangkit seraya membereskan kertas-kertas yang tadinya berada di tangan Nindy,namun sekarang telah berserakan di lantai.

"Ya,tidak apa-apa".Nindy masih berada pada posisi terduduk di lantai,seraya ia melihat Alto yang sedang membereskan kertas-kertas yang berserakan di lantai.

Setelah selesai membereskan kertas-kertas itu Alto pun membantu Nindy berdiri.

"Aww,kakiku sakit,kurasa lukanya cukup dalam".

"Maafkan aku sekali lagi,baiklah bila kau tidak sanggup berjalan biarlah aku menggendongmu saja".

"Tidak,tidak,kurasa itu tidak perlu".

Namun,sebelum Nindy melanjutkan kata-katanya,Alto telah menggendongnya.

"Aku akan merepotkanmu bila seperti ini".

"Tidak,kau tenang saja,aku akan membawamu ke ruang Uks dan akan mengobati lukamu di sana".

Nindy membalas dengan senyuman manis pada Alto.

Ia menatap dalam pada Alto,seolah-olah perempuan cantik berambut coklat itu telah jatuh cinta pada pandangan yang pertama kepada ketua osis yang tampan itu.

"Terima kasih telah membantuku".

"Tidak apa-apa,ini juga salahku,dan ini juga kewajibanku untuk menolongmu sebagai sesama manusia".

----------

Vanya ingin keluar kelas,ia ingin menunggu pujaan hatinya itu yang selalu lewat di depan kelasnya.

Namun,aneh sekali,pangeran impiannya itu belum lewat juga hingga sekarang,Vanya dibuat menunggu oleh pangerannya itu.

Vanya membawa secarik surat yang ingin ia berikan pada kekasihnya itu,namun,ia sangat terkejut ketika melihat Alto menggendong seorang perempuan,yang tak lain adalah Nindy.

Surat yang tadinya berada di tangannya kini telah melayang entah kemana.

"Alto...". Ia berbisik kecil menyebut nama kekasihnya itu.

Ia juga meneteskan air matanya,seolah tak percaya akan apa yang telah dilihatnya itu.

Vella dan Nuri dan seluruh teman kelasnya melihat adegan itu,mereka juga turut merasakan apa yang dirasakan Vanya,ya!perasaan tak percaya,dengan apa yang tadi telah mereka lihat.

"Ketua osis itu,mungkinkah dia tega menyakiti Vanya?".pertanyaan sama yang dilontarkan setiap teman Vanya.

Vanya berlari entah kemana sambil menangis tersedu.

Ia kecewa!sangat kecewa!.

*tbc

"Lalu bagaimanakah selanjutnya?

"Apa yang akan di katakan Alto pada Vanya nanti?

-Only You and Just You-



Only You And Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang