Jilid 5. Dari celaka mendapat kawan liehay

3.7K 54 0
                                    

Habis berkata begitu, anak itu berhenti sebentar, lantas dia tertawa dan kata: "Aku masih hendak bicara dengan ibu, maka itu maafkanlah aku" ia memberi hormat, lantas ia menghilang pula ke dalam rimba.

Yan Loei berdiri melengak. mukanya merah dan pucat bergantian ia malu dan mendongkol dan bersusah hati juga, Akhirnya dia mendamprat: "Perempuan hina Kau tidak suka menemui aku, sudah perlu apa kau menyuruh anakmu ngoceh tidak keruan? Apakah maksudmu?"
saking gusar, ia lantas menyerang ke arah pohon-pohon bambu, hingga disitu terdengarlah suara berisik dari robohnya beberapa batang p^hon itu. Maka itu nyatalah liehay nya majikan dari Yan Kee Po ini.

Hampir Hoan Thian ciang berlompat ke dalam rimba itu, atau di detik terakhir, dapat ia menguasai diri, bukan karena saking sabarnya, hanya disebabkan ia jeri pada Cian cioe Koan im, isterinya, yang liehay itu, ia membanting kaki, lantas ia memutar tubuh, meninggalkan hutan itu.
Di antara sinar matahari, dari antara rumpun bambu itu, terdengar suara tertawa ejekan yang tawar
ooooo

LAMA Lie Tiong Hoa dipermainkan hawa amarah, menyesal dan berduka, akhirnya ia dapat juga berpikir. setelah menjadi sabar ia ingat pembilangan bahwa bangsa pendeta dapat menguasai diri dengan duduk berdiam menghadapi tembok, tanpa dahar dan tanpa minum,
karena ada yang sampai bertapa di dalam guha batu sampai bertahun-tahun, setelah keluar dari pertapaan, dia lantas memperoleh ilmu kepandaian yang mujijat, dia mencapai kesempurnaan Lalu ia ingat, mendiang gurunya juga pernah mengatakan demikian-" Kenapa aku tidak mau mencoba?" pikirnya, "Lain orang dapat, kenapa aku tidak?
Baiklah aku bersemedhi menurut ajaran guruku, barangkali saja aku dapa^ h^dup terus sampai aku dapat melihat pula langit dan matahari..."

Karena ini, segera ia mengambil keputusanny a, lantas ia duduk bersila. ia merapatkan kedua matanya, ia memusatkan pikirannya, lalu ia berdiam sambil menyalurkan napasnya dengan beraturan, perlahan tetapi tentu, inilah pelajaran la y- kee, atau ahli tenaga dalam, yang sejati. ia hanya tak mengertijelas bahwa itupun dasar pokok ilmu silat sejati.
Gurunya tidak menjelaskan itu. guru itu cuma membilang i ia, pelajaran bersamadhi itu dapat membantu memperkokoh tubuh...

Lama Tiong Hoa duduk berdiam mematung itu, pikirannya dipusatkan terus, untuk tidak memikirkan urusan lain ada juga. Mulanya ia merasa pegal, ia tidak menghiraukannya, ia menguatkan hatinya. Kekuatan hatinya itu segera juga mendapat bayarannya yang setimpal, ia merasa napasnya tersalur baik, b eg itupun seluruh jalan darahnya.
Yang menggirangkan ia yalah ketika ia tak merasa berdahaga lagi, sedang tadinya ia ingin sangat minum. Len ap hawa panas, itu terganti dengan hawa dingin dan nyaman, bantu bekerjanya sisa obat.

Latihan semedhi ini membantu bekerjanya sisa obat Pouw-thian-wan dari Thian Yoe
sioe, si orang tua penjelajah langit. Tiong Hoa terkejut, ia merasa tubuhnya bergerak-gerak. seperti juga ada tenaga hebat yang menolaknya dari dalam. Beberapa kali ia seperti mau mental naik, ia mengendalikan diri, ia, lawan itu, ia lantas ingat inilah mungkin yang dinamakan godaan.

Katanya setiap pertapaan ada penggodanya, yang dapat membikin orang memasukijalan sesat, inilah tak ia kehendaki, Maka ia mempertahankan hatinya.
Akhir-akhirnya datanglah saat yang membikin Tiong Hoa kaget tidak terkira, ia bagaikan mendengar guntur menggelegar di-telinganya, lantas matanya menjadi kabur, lalu kepalanya terasa sangat pusing. Kali ini ia merasa tak dapat mempertahankan lagi tubuhnya, ia merasa ia jatuh menyender ke-tembok besi.. Ia lantas tak ingat apa-apa lagi.

Di dalam gelap. di mana tidak ada sinar matahari atau rembulan, orang tak mengetahui sang waktu. Demikian Tiong Hoa. Tak tahu ia berapa lama ia telah pingsan, Kerika ia tersadar dan membuka matanya perlahan-lahan dalam tempo yang pendek. hatinya menjadi terbuka, hingga ia merasa girang luar biasa, kalau tadinya ia tidak dapat melihat apa juga, sekarang matanya menjadi terang sekali.

Hanyalah ia merasa letih, tulang-tulang seperti ngilu. ia menduga itulah tentu disebabkan pengalamannya tadi, hingga ia kehabisan tenaganya. Maka lekas-lekas ia berduduk pula dengan tegak, guna bersemedhi lagi, Matanya pun dirapatkan pula.
Kali ini Tiong Hoa tak usah bersemedhi lama, ia lantas merasa lenyap semua keletihannya, tubuhnya menjadi segar sekali, Tak lagi terasa ngilu di tulang-tulang. Bahkan ia merasa tubuhnya enteng sekali mencoba menyalurkan jalan darahnya, ia menjadi
bertambah girang, ia merasa nyaman seluruhnya.

Bujukan Gambar Lukisan - Wu Lin Qiao ZiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang