Jilid 26 : Menyusul In Nio dan Pouw Keng

2.8K 34 1
                                    

Sampai itu waktu, Pouw Llok It barulah menyingkirkan kain penutup mukanya hingga tampak kumis dan jenggotnya yang terpencar lima dan panjang, hingga kelihatan juga romannya yang tampan dan berpengaruh. Ia mengawasi Na Loen Gan baru ia kata:
"Obat itu termasuk satu diantara ketiga benda pusaka, yalah cangkir kemala Lou giok coei-in-pwee. Jikalau cangkir itu dituangi arak simpanan Pek Jian Tin-cioe, lalu dicampuri obat buatanku, siapa minum arak itu segera racunnya musnah"

Mendengar itu hati Tiong Hoa tergerak.
Ho cin coe mengawasi jago she Pouw itu ia tanya: "Kabarnya cangkir itu telah lenyap dari istananya pangeran Tokeh. mungkinkah sekarang telah berada ditangan Pouw Loosoe."
Pouw Llok It mengangguk.
"Boleh juga kalau mau dibilang begitu," sahutnya. "cuma..."
Belum sampai jago tua itu bicara habis antara sinarnya si Puteri Malam, dari pohon Pek yang tua dan tinggi serta lebat, terlihat beberapa orang berlompat turun, semua orang melihat gerakan mereka itu, semuanya terkejut.
Tiong Hoa bermata sangat awas, ketika ia mengenali satu diantaranya, ia menggeser tubuh kebelakangnya Lee Hoen.

Orang yang maju dimuka, usianya enam-puluh lebih kurang dan tubuhnya jangkung menghampirkan Pouw Llok It. Dia bergerak sangat gesit, terus dia menanya nyaring: "Pouw Tayhiap. benarkah cangkir kemala itu berada ditanganmu?"
Liok It melihat orang mengenakan seragam hok-wie dari istana raja, ia lantas mengenalinya. Ia masih menatap ketika, ia menjawab:
"Kiranya Liong Hoei Giok Tayjin dari pasukan pahlawan istana yang datang. Tidak kusangka urusan sebuah cangkir kemala sampai membuatnya tayjin bercape lelah melakukan perjalanan laksaan lie. Sayang cangkir kemala itu tidak ada ditanganku si orang she Pouw, maka itu maafkan aku tak dapat menjawab kau."

Kumis dan jenggot Liong Hoei Giok juga panjang sampai di dada, ia melirik orang di depannya, ia menyapu dengan sinar matanya kepada semua orang, yang semua mengawasi ia dengan berdiam saja, lalu ia tertawa lebar dan berkata:
"Pouw Tayhiap. aku si orang she Liong tidak ingin mencampur tahu urusan Rimba Persilatan, akan tetapi mendengar kata-kata kau barusan, pasti kau ketahui dimana adanya cangkir kemala itu. oleh karena itu aku minta sukalah kau beri petunjuk padaku, supaya aku dapat pergi kepada orang yang bersangkutan, guna meminta pulang dari ianya."
Pouw Llok It tertawa.
"Liong Tayjin, kau juga asal orang Rimba Persilatan- dari itu undang-undang kaum Rimba Persilatan, tak nanti kau sudah lupa" sahutnya, "tidak dapat aku menjawab kau."

Matanya Liong Hoci Gick bersinar bengis kumisnya sampai bergerak. Saking menahan sabar, sampai sekian lama ia berdiam saja, ia mengendalikan berdebarannya dadanya. Selagi pahlawan istana itu berdiam, dua orang berkelebat maju.
"Liong Tayjin, percuma saja untuk terus omong kosong" kata satu diantaranya. "Ijinkanlah kami membekuknya."
Tiong Hoa mengenali dua orang itu, adalah Mauw San siang kian- dua jago pedang dari gunung Mauw San- yaitu ceng Leng dan ceng in- la tertawa dalam hatinya dan pikir: "Rupa-rupanya mereka ini kuatir nanti tidak keburu mati" segera nampak roman Pouw Llok It menjadi angker.
"Eh. Mauw San siang Kiam, sejak kapan kamu menjadi gundalnya pembesar negeri?" ia menegur. "Kenapa golongan agama Sam ceng dapat mengeluarkan murid-murid semacam kamu?"
Hebat teguran itu. Mukanya ceng in menjadi merah.
"Tua-bangka, jangan mencaci orang" dia kata nyaring. Jangan kau memikir gila hendak bermusuhan dengan Pemerintah. Apakah kau mau mencarijalan mampusmu sendiri? jikalau kau tahu diri, lekas kau sebutkan cangkir kemala itu ada dimana"
Habis berkata, ceng in menghunus pedangnya, ditelad oleh kawannya, Maka pedang mereka itu lantas mengeluarkan sinar berkeredepan- Dengan memasang kuda-kuda, mereka berdiri berendeng, bersiap untuk bertempur.

Liong Hoei Gick sebaliknya mengerutkan alis. Dia kata didalam hatinya: "Inilah Pouw Llok It. cara bagaimana kamu berani main gila terhadapnya?"
Sebaliknya tak dapat dia menghalang-halangi, karena tindakannya itu dia anggap bakal membikin Pouw Liok It menjadi mendapat hati. Pouw Liok It mengawasi dua imam itu.
"Kenapa kamu tidak mulai menyerang?" ia tanya menantang. "Manusia tidak mempunyai mata, baiklah kamu lekas mundur"
Mauw San Siang Kiam menjadi sangat gusar, lantas mereka menyerang.
"Hm" berseru Pouw Llok It. yang dua tangannya meluncur cepat sekali, ia melakukan itu sambil mendak.
Hanya dalam segebrakan itu, ceng Leng dan ceng in menjadi sangat kaget. Diluar sangkanya, pedang mereka terlepas dari tangan mereka, pindah ketangannya orang yang diserang itu Pouw Liok It tertawa.
"Didalam dunia Rimba Persilatan, aku si orang tua diberi julukan Giam ong leng" ia kata bengis. "maka itu siapa yang melanggar aku, dia mesti binasa." Lantas dia menyerang dengan kedua pedang ditangannya itu. yang ia timpukkan-
Mauw San Siang Kiam kaget, sudah begitu, diserang demikian rupa, kaget mereka bertambah. Dalam gugupnya mereka berkelit. Siapa saja mereka kalah gesit. Maka keduanya lantas menjerit keras sekali, tubuh mereka menyemburkan darah, terus keduanya roboh terbinasa. Kedua pedang nancap didada masing-masing pemiliknya itu.

Bujukan Gambar Lukisan - Wu Lin Qiao ZiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang