Jilid 21 : Jumpa sahabat lama

3K 38 1
                                    

Sesudah jalan sekian lama, tiba-tiba ke tiga orang itu menghentikan tindakannya untuk berdiri dipinggiran- Mereka seperti menjerikan sesuatu, seperti yang hendak mengasi ^alan, roman mereka tegang.
Tiong Hoa heran- jalanan sepi, sangat sedikit orang yang beria lu- lintas disitu, ia lantas melihat kedepan, Belasan tombak jauhnya disebelah depan ada seorang tua berbaju ungu berjalan dengan tindakan enteng, romannya pendiam tetapi keren. ia heran untuk orang tua itu tetapi ia berjalan terus, seperti tidak terjadi sesuatu.

Tiba-tiba satu diantara ketiga orang itu berlompat menghampirkan- tangannya menolak. mulutnya msmb entak: "lh, pelajar konyol, masih tidak minggir Apakah kau mau cari mampusmu?"
Hampir tak terlihat gerakannya, Ticng Hoa lolos dari serangan itu ia berjalan terus, si penyerang heran hingga matanya mendelong.
Ketika itu si orang tua sudah datang dekat, Tiong Hoa melewati dia dengan sikapnya wajar, akan tetapi caranya lewat itu membikin si orang tua memperdengarkan suara heran.

Tanpa menoleh, Tiong Hoa berjalan terus dengan tenang, sampai mendadak ia terperanjat Dari belakangnya ia mendengar suara angin mendesir ia tahu bahwa ia lagi dibokong, maka itu ia tertawa dingin, sembari memutar tubuh, ia menyampok dengan kipasnya.
Itulah seorang bertubuh besar yang membokong, Dia yang menyerang secara curang, tetapi dialah yang kaget, itulah karena kipas si anak muda meluncur kejalan darah hiong kam. Dengan lekas-lekas dia menarik pulang kedua tangannya, guna menutup diri. Dia jugamendelong karena dia heran si pelajar yang dikatakan konyol itu demikian liehay, si orang tua, yang telah berjalan jauh kira enam tombak. turut menjadi heran-

Tiong Hoa tidak mau menyerang orang, ia tidak mengulangi serangannya, Barusan pun ia melainkan membela diri. Akan tetapi, sambil menarik kipasnya, ia kata dingin: "Aku yang rendah tidak bermusuh dengan kau, tuan, mengapa tuan membokong aku?"
orang itu membuka mata tanpa bisa menjawab, cuma kulit mukanya yang hitam bersemu merah gelap. suatu tanda ia jengah, Hanya sejenak kemudian, matanya jadi bersinar bengis.
"Tak sedap tuan besar kamu melihat padamu" katanya keras, "Aku ingin mencoba-coba kau." walaupun dia berkata demikian, bukannya dia maju hanya dia bertindak mundur.

Tiong Hoa bersenyum, mendadak sebelah tangannya meluncur pesat, mengenai jalan darah kin-ceng dari orang kasar dan galak itu, yang berseru tertahan, terus tubuhnya roboh.
Dengan berseru keras, dua orang yang lain nya lantas maju menyerang, Mereka kaget mereka gusar.
Tiong Hoa menjadi mendongkol menyaksikan kegalakan tidak keruan itu. ia melakukan perlawanan. Dengan kipas dita ngan kanan ia bergerak dengan tipu silat. "Membiak mega, membuyarkan kabut, d e ngan itu ia menyambutjalan darah tioe-wan dari penyerangnya yang dikiri yang bersenjatakan pedang.
Dengan tangan kiri, dengan lima jeriji terbuka, dengan ilmu silat sia uw Thian cee ia menyambar nadi lawan yang dikanan, untuk terus dilempar kearah pedangnya si kawan.

Disaat kedua orang itu hampir beradu satu dengan lain, hingga pedang si kawan bakal menghajar kawan lainnya, mendadak si orang tua berlompat maju menyambar masing-masing mereka itu, untuk dibikin terpisah, hingga terhindarlah satu perkara darah, Habis itu orang tua itu menatap tajam kepada si anak muda.
Selagi tak puas itu, Tiong Hoa kata keren: "Diwaktu siang benderang ini, dimata umum kenapa kamu main membokong orang? Teranglah kamu bukan bangsa manusia baik baikjikalau kamu tidak diajar adat, pasti kamu bakal menjadi semakin tak kenal takut. si orang tua tidak gusar, sebaliknya dia tertawa.
"Teguran kau tepat, tuan-" katanya, "Sebentar aku si orang tua bakal memberi nasihat untuk kurang ajarnya mereka itu, Hanya aku...."

Tiong Hoa heran orang tak gusar itu, tetapi mendengar suara itu, ia menduga mesti ada ekornya, sedikitnya orang bakal menanya she dan namanya, itu berarti ia tak dapat segera berjalan terus. Maka itu ia mendahului berkata:
"Kalau begitu, karena aku yang rendah masih mempunyai urusan penting, aku meminta diri lebih dulu." ia memberi hormat seraya terus memutar tubuh untuk bertindak pergi. "sungguh anak muda yang cerdik." terdengar si orang tua kata kagum.
Tiong Hoa bertindak dengan cepat, Ketika kemudian ia mendapat kenyataan orang tua itu tidak menyusul padanya, baru ia perlahankan tindakannya, ia tadi mengambil jalan kecil, sekarang ia kembali kejalan besar, untuk terus menuju kejalan besar kota Koen-beng, jalan besar dengan batu halus yang lebar.

Bujukan Gambar Lukisan - Wu Lin Qiao ZiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang