Jilid 30 : Menyerbu istana Pangeran Ho-sek

2.8K 34 0
                                    

Sin Gan kaget, inilah ia tidak sangka, la lantas bertindak cepat sekali. Ia berkelit seraya mementang kedua tangannya.
Tiong Hoa menyerang pula, ketika inipun gagal, ia menyerang untuk ketiga kalinya, ia mendesak hingga pahlawan istana itu mesti terus main menyingkirkan diri.
Luar biasa serangan si anak muda. Tangan kanannya tetap tak bergerak. tangan kanan itu tetap menutup diri, adalah tangan kiri- nya, dengan jerijinya, yang menotok saling-susul itu. Dan memang benar, ia selalu bersilat dengan ilmu silat Thay Kek Pay. Yang aneh ialah kegesitannya itu.

Liong Hoei Giok menyaksikan dengan perasaan sangat puas. Ia memuji didalam hatinya: "Tak kecewa dia menjadi seorang jago muda, sekalipun ilmu silat partaiku dia dapat menelad dengan baik sekali."
Sin Gan membuka lebar matanya, ia mulai mengerahkan tenaganya. Tidak dapat ia main acuh tak acuh lagi. Sekarang ia, mulai membalas menyerang, dari perlahan rampai jadi cepat, dari kendor hingga menjadi keras.
Tiong Hoa berlaku gesit dan lincah. Ujung bajunya memain berkibaran. Jangan kata tubuhnya, bajunya pun tak dapat disentuh Bouw Sin Gan, hingga akhirnya dia ini menjadi mendongkol dan kata dalam hatinya saking dengki: Mana dapat aku membiarkan bocah ini mengangkat nama"
Karenanya dia tertawa lebar dan kata dengan mendadak:
"Kongcoe, sambutlah tanganku"
Dan tangan kanannya terus meluncur dengan tenaga tujuh bagian-

Tiong Hoa menyambut serangan itu dengan nadanya dibikin kosong dan tangan kanannya memapaki, dengan begitu kedua tangan mereka beradu keras. Kesudahannya itu yalah tubuh Bouw Sin Gan limbung sedang si anak muda terhuyung mundur tiga tindak. mukanya merah dan napasnya memburu.
Mulanya Hoei Giok kaget, habisnya ia tertawa dalam hatinya: "Sungguh cerdik Lie Kongcoe, Dia dapat bersandiwara sempurna sekali. Jikalau aku bukannya telah mengenal dia, pasti aku pun kena diabui..."

Sin Gan berkata cepat: "Aku kesalahan menggunai tenagaku terlalu keras Apakah kongcoe terluka?"
Hoei Giok tertawa.
"Oh. tidak. tidak." sahut si anak muda dengan air muka jengah. Sin Gan berpaling pada tuan rumah.
"Lie Kongcoe berlebihan kegesitanny a," kata dia tertawa. "cuma latihan tenaganya yang masih kurang. Tapi dia masih muda sekali dia sudah memiliki kepandaiannya ini, dia tak dapat dicela."
"Kau telah membikin kaget Lie Kongcoe Bouw Hian-tee" katanya. "Maka itu besok malam kau harus didenda dengan sebuah pesta."
"Itulah pasti" sahut Sin Gan, juga tertawa. Dia berhenti sejenak, untuk terus menambahkan- "Besok aku akan menantikan kongcoe serta tayjin dirumah makan Lioe Hiang Kie"

Tiong Hoa berniat mencegah tetapi Liong Hoei Giok telah mendahului ia dengan memberikan jawabannya: "Apakah cuma kami berdua? Selayaknya diundang terlebih banyak tetamu lainnya"
Sin Gan pun menyahut cepat: "Aku gemar keramaian, maka tak usahlah tayjin memesan lagi, pasti aku akan membuat tayjin puas"
Demikian ujian disudahi, lalu mereka kembali kedalam untuk duduk memasang omong sambil minum teh. Tapi Bouw Sin Gan tidak berdiam lama, ia lantas berbangkit untuk pamitan-

Begitu mengantarkan tetamunya pergi, Hoei Giok berbisik pada sipemuda: "Aku tanggung besok malam dia bakal roboh dalam perangkapku" Dengan berbisik juga.
Ia menjelaskan tipu dayanya. Tiong Hoa mengerti, ia bersenyum.
Hoei Giok mengurut kumisnya, ia bersenyum seraya berkata pula: "Dengan siasat demikian rupa, kongcoe akan berhasil membawanya ke Tay In San supaya Kang Ban ceng dapat mencari balas dengan membunuh musuh dengan tangannya sendiri. Dengan begitu juga setan sekalipun tak akan mengetahui perbuatan kita."
"Dasar Tayjin pintar, aku kalah" kata si anak muda dengan pujiannya.
"Sekarang silahkan kongcoe pulang," kata Hoei Giok kemudian- "Ayah kongcoe sangat rindu kepada kongcoe. Aku pun harus menghadap Pangeran Tokeh. Tentang kembalinja cangkir kemala sedikitnya selama dua tiga hari ini belum boleh ada yang mengetahui."
Tiong Hoa menurut, maka ia pamitan, dengan duduk kudanya perlahan-lahan ia menuju kegang Kim Hie Ho tong.

Malam itu rembulan jernih sekali, jalan besar terang. Disana kaki kudanya si anak muda terdengar bertindak nyata. Tapi anak muda itu berjalan pulang dengan hati tidak tenteram. Ia percaya dirumahnva ia bakal disambut dengan wajah yang dingin yang ia paling jemu melihatnya yang toh ia mesti menemuinya ...
Hanya sejenak itu, buat kesekian kalinya Tiong Hoa membayangi saat dia buron karena ia kesalahan membinasakan Goei Loo-hoeeoe, si pemegang kas. hingga dia membayangi juga seperti setannya pemegang kas itu datang menagih jiwa padanya.

Bujukan Gambar Lukisan - Wu Lin Qiao ZiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang