Jilid 11 : Perselisihan kakak beradik seperguruan

3.7K 40 0
                                    

"Cioe Goan Yauw" ia menanya, membentak cuma sebegitu suaranya, lantas dia berdiam, sebab diluar tahunya, orang telah menotok punggungnya, Terus tubuhnya ditarik kedalam perahu.
Goan Yauw kaget, Kembali ia mengeluarkan keringat dingin, Ketika itu perahunya pun sudah diapit kedua perahu yang baru sampai itu.
Kam Jiak Hoei berbisik: "Kita jalan berendeng, inilah bukan urusan, lama-lama rahasia bakal pecah juga, Lebih baik kita perlahankan perahu kita, supaya kita ketinggalan dan lolos. Kabut masih tebal, dapat kita menyingkir dari mereka ini. Dengari kita milir menuruti angin, tidak nanti mereka dapat mengejar kita." Bocah cerdas itu lantas saja mendapat pikirannya itu.

Hay-Ma Cioe Gan Yauw menggeleng kepala.
"Daya itu tidak sempurna." dia berbisik juga, "Memang kita bisa lolos tapi kita tetap dicurigai itulah berbahaya untuk rahasianya Cee Pangcoe."
Toecoe ini bingung sekali. Justeru begitu, ia lantas mendengar suara jeritan. ia menjadi kaget dan lebih bingung pula, apapula itu waktu terlihat dua bayangan orang dari perahu kiri berlompat ke perahunya, keduanya menanya keras: "Cioe Tocoe, mana Lo Hiocoe?"

Sebelum Cioe Goan Yauw, sempat menjawab, Kam Jiak Hoei sambil tertawa nyaring lompat maju memakai dua bayangan itu, dengan bandringnya ia menyerang. Tepat serangannya ini, dua orang itu tanpa berdaya kena terjambret, mereka menjerit, mereka memuntahkan darah, terus tubuh mereka terlempar kesungai
Menyusul itu dari perahu kiri dan kanan itu terlihat pedang dan golok berkilauan terus terdengar suara yang berisik, itulah karena sejumlah awak perahu itu pada berlari-lari untuk berlompat kendaraan airnya si kuda laut.

Di saat yang berbahaya itu dari dalam perahu Cioe Goan Yauw terlihat satu tubuh berlompat keluar seraya memperdengarkan siulan nyaring. Dengan begitu dia dapat di kenali sebagai sin-heng sioesoe Kim som yang lantas saja turun tangan.
Hanya sebentar, lantas separuhnya orang-orang dari kedua perahu yang meluruk datang itu pada terlempar ke air dimana jiwa mereka melayang, sebab mereka kena disampok dengan kebutan tangan baju yang lihai dari gurunya Jiak Hoei. sejenak itu, sisa orang-orang kedua perahu kiri dan kanan itu pada merandek.

Dari dalam perahu Goan Yauw lantas terlihat Cee Cit muncul sambil membawa mayatnya Lo siang dia berlompat maju terus dia berdiri dengan roman bengis mengawasi awak kedua perahu itu, Diapun lantas tertawa nyaring, seram terdengarnya.
Segera orang-orang Pang coan itu mengenali ketua mereka yang dikabarkan sudah mati pada sepuluh tahun yang lalu itu, mereka kaget dan takut, hingga semuanya menjadi pucat mukanya dan guncang hatinya.
"Anak-anak, apakah kamu masih kenali aku si orang tua?" Cee Cit tanya setelah dia berhenti tertawa, suaranya berpengaruh.

Tidak tempo lagi, semua orang Pang coan itu pada menekuk lututnya.
Lewat sudah saat yang genting, selagi cuaca cerah, ketiga perahu terlihat lagi menuju ketempat yang ditunjuk Cioe Goan Yauw, untuk mereka menyembunyikan diri di sarang yang baru untuk sementara waktu itu.
Tepat selagi matahari mulai selam di- barat, dari dalam perahu terlihat Cee Cit muncul bersama-sama Kim som dan Kam Jiak Hoei. Mereka mendarat, Kim som tak sudi terlihat dalam dunia Kang ouw, dia menyerahkan Jiak Hoei pada sahabatnya itu.

Dia memberi hormat, lantas dia berangkat seorang diri. Dia cuma berjanji akan nanti bertemu pula.
Cee Cit dan Jiak Hoei mengawasi orang sampai orang itu tak nampak lagi, berdua mereka menuju ke kota Tong-touw untuk masuk kedalam kota di saat seluruh kota sudah memasang lampu. Mereka menarik perhatian orang karena mereka tua dan muda dan ketua Pang Coan itu disamping rambut dan kumisnya yang panjang, kakinya cuma sebelah hingga dia mesti berjalan dengan dibantu tongkatnya.

Selagi berjalan itu, mendadak matanya Cee Cit bersinar bagaikan kilat, itulah sebab sinar matanya itu mendadak bentrok dengan seorang yang dandan sebagai sasterawan, yang berjalan di sebelah depan mereka, meskipun orang itu terlihat hanya punggungnya.
Jiak Hoei dapat melihat sikap aneh dari kawan itu, ia melihat kedepan, ia tidak tahu siapa sasterawan itu, Tapi Kwie Kian cioe lantas berbisik padanya: "Kau tahu siapa sasterawan itu? Dialah Tiat-tek-coe Jie siong Gan Tak terlihat olehnya, maka itu. Aku mau memisahkan diri dari kau nanti kita bertemu pula dikuil Hwee sin Bio dipintu barat, disana aku menanti kau. sekarang kau kuntitlah dia, untuk, mendapat tahu dimana dia menaruh kaki, kau mesti lekas membawa kabar."
Habis berkata, Cee- cit nelusup ke sebuah gang didekat situ.

Bujukan Gambar Lukisan - Wu Lin Qiao ZiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang